Tak butuh waktu lama bagiku sampai di tempat kerja Ayah. Perjalanannya lancar. Arus kendaraan tidak terlalu padat, tidak semacet ketika aku baru sampai di tanah kelahiranku ini.
Gedung tinggi berwarna hitam keabuan berarsitektur modern itu sudah tampak dari ujung jalan. Di depannya terpampang tulisan besar 'Antakesuma' beserta tanaman hias dan kolam air mancur berbentuk persegi memanjang tepat di bawah nama perusahaan.
Halaman parkir depan gedung yang luas terlihat penuh dengan mobil para karyawan. Akhirnya, Panca menurunkanku di depan lobi, sedangkan ia dan Ayu menuju tempat parkir basement.
Walaupun gedung perusahaan begitu megah dengan berbagai fasilitas canggih mengikuti perkembangan zaman, tetapi itu sama sekali tidak meninggalkan sisi tradisional masyarakat Indonesia. Perusahaan yang bergerak di bidang fashion, khususnya yang berfokus pada perkembangan mode berdasar kain batik ini, terus mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu perusahaan yang turut terlibat dalam program mempromosikan kekayaan budaya nusantara ke kancah internasional. Hal itu terlihat dari interior gedung yang bernuansa batik dan pewayangan. Bukan hanya sebagai dekorasi, kain-kain batik dari seluruh Indonesia yang terpampang rapi dalam figura, juga disematkan informasi asal daerahnya masing-masing, sebagai edukasi untuk setiap pengunjung baik klien dari luar kota maupun luar negeri agar mengenal lebih jauh salah satu warisan budaya bangsa Indonesia ini.
Ketika aku berjalan memasuki lobi, atmosfer berbeda langsung terasa. Para karyawan langsung mengenaliku, sang putra tunggal presiden direktur sekaligus pemilik perusahaan Antakesuma. Mereka langsung membukukkan tubuh seiring langkah kakiku masuk ke dalam lift menuju ruang kerja Ayah.
**********
"Mas Judo sudah pulang, Pak," ucap Dimas, sekretaris Brahmana, pria muda nan tampan yang sangat ulet dan setia pada pekerjaannya, berdiri menemani Brahmana menonton berita di televisi tentang kepulangan Judo, putra semata wayang atasannya itu. Tubuh tegapnya berbalut setelan jas lengkap. Sikapnya santun. Tangannya menggenggam sebuah jurnal berlapis kulit coklat muda guna mencatat hal-hal penting yang bersangkutan dengan Brahmana maupun urusan perusahaan.
"Dia tidak berubah sama sekali," tutur Brahmana dengan suara yang berat dan dalam menunjukkan usianya sudah menginjak kepala 5. Rambutnya sudah sepenuhnya memutih. Keriput di wajahnya berkisah banyak hal tentang kehidupannya selama ini. Matanya sayu memandang Judo lekat-lekat di balik kaca matanya. Putranya itu nampak terus tersenyum di kelilingi wartawan.
"Apakah Bapak ingin menghubungi Mas Judo? Akan kubantu segera."
"Tidak, Dimas. Kau tak perlu melakukannya," tolak Brahmana.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Brahmana dan Dimas dari televisi.
"Masuk," perintah Brahmana.
Pintu terbuka menunjukkan seorang laki-laki tampan di ambang pintu. "Selamat siang, Pak," sapanya ramah.
"Oh, Wajendra! Masuklah!"
Wajendra, seorang laki-laki berparas tampan dengan garis rahang yang tegas, rambut hitam pendek tersisir rapi, manik mata hitam yang teduh, hidung yang mancung, bibir plum penuh senyum, juga suara yang lembut terdengar ramah. Tubuhnya tinggi atletis dengan bahu lebar dan dada bidang menampilkan sosok pria maskulin dalam dirinya. Penampilannya yang rapi dengan setelan jas lengkap berwarna hitam semakin membuatnya terlihat sempurna.
Wajendra membungkukkan tubuh kemudian melangkah menghampiri Brahmana yang duduk di meja kerjanya dengan Dimas yang masih berdiri setia di sisinya.
"General manajerku yang hebat! Terima kasih sudah membantuku mengurus Antakesuma selama ini. Tanpa kau, aku tidak bisa apa-apa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Get In Touch (TAHAP REVISI)
FantasiJudul awal : Loving Princess [Genre : Comedy - Romance - Fantasy] Kamala Wikrama Indurasmi, seorang Gusti Putri suatu kerajaan seribu tahun yang lalu. Bukan hanya cantik dan anggun, Kamala juga seorang gadis tangguh yang menguasai keahlian berperang...