Pertengkaran antara aku dan ayah kembali terjadi. Sejak dahulu aku selalu berselisih dengan ayah. Situasi ini sudah menjadi pemandangan biasa di rumah. Para asisten rumah tangga pun mengetahui bagaimana hubunganku dan ayah yang berubah menjadi tidak baik semenjak kematian bunda.
Aku tidak bisa menahan perasaanku jika harus terus-menerus tinggal bersama ayah. Jadi, saat aku berhasil mencapai karir yang sangat luar biasa sebagai idol dan memiliki materi yang tentunya lebih dari cukup, aku memutuskan untuk pergi dan tinggal sendiri di sebuah rumah mewah yang kubeli dengan hasil jerih payahku selama ini.
Berlama-lama berhadapan dengan Ayah membuat perasaanku tidak stabil. Amarahku, emosiku, terasa sampai di ubun-ubun. Tak ingin pertengkaran ini menjadi lebih panas, aku keluar dari ruang kerja ayah tanpa sepatah katapun lagi.
Dengan gusar, aku menekan tombol lift. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Untung saja lift sedang kosong, sehingga gelagatku yang baru saja bertengkar dengan ayah tidak terlihat oleh para karyawan.
Sepanjang lift bergerak menuju lobi, aku terus berusaha menenangkan degup jantungku. Aku merasakan wajah dan tubuhku panas, meski berada di dalam lift yang jelas-jelas sejuk dan dingin. Dampak dari emosiku yang memuncak masih belum hilang sepenuhnya. Berkali-kali aku menarik dan menghembuskan napas perlahan agar tenang--berpacu dengan laju lift yang dengan cepat membawaku ke lobi.
Mengapa aku bisa datang ke sini? Mengapa aku menemui ayah? Mengapa aku bilang pada Panca untuk mengantarku ke tempat orang yang selama ini tidak ingin kuhubungi lagi? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Seribu pertanyaan berkecamuk memenuhi kepalaku. Aku benar-benar tidak mengerti dengan diriku sendiri. Tubuhku bergerak tidak sesuai dengan hati dan pikiranku. Ratusan kali bahkan ribuan kali aku mengatakan tidak, tetapi tubuhku malah bertindak sebaliknya. Apakah ini karena pengaruh ucapan Kris di bandara? Tidak, tidak. Ini bukan karena Kris. Jika memang aku tidak mau, maka aku tidak akan melakukannya dan tidak akan pernah ada di sini. Seharusnya aku tahu. Seharusnya aku bisa membedakan, mana kata hatiku dan mana yang bukan. Dan pertemuanku dengan ayah sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Tetap saja seperti dahulu, hanya pertengkaran yang tercipta. Lagi dan lagi.
Pintu lift terbuka membuyarkan lamunanku dengan pemandangan lobi yang mulai kembali ramai oleh para karyawan--yang baru saja kembali dari makan siang mereka. Emosiku juga sudah mereda. Aku pun melangkah keluar dari lift dan melenggang santai di lobi tanpa harus mengkhawatirkan apapun lagi.
Dari kejauhan, mataku menangkap sosok laki-laki yang amat kukenal, yang beberapa waktu lalu kulihat berada di ruang kerja ayah. Dia berjalan dengan tubuh tinggi tegapnya menuju ke arahku. Walaupun dia tersenyum kepadaku, aku tidak peduli. Aku terus berjalan melewatinya seolah dia tidak ada di sana.
"Apa kabar, Judo?" Suaranya terdengar bersahabat membuat langkahku mendadak berhenti di tengah-tengah lobi.
"Mengapa kau diam saja? Aku ada di belakangmu. Tidak sopan jika kau tidak membalas sapaan, apalagi berdiri membelakangiku seperti itu."
Aku memutar tubuh menghadapnya dengan mendengus kesal. "Apa yang kau inginkan?"
"Aku tidak menginginkan apa-apa. Aku hanya menyapamu saja."
"Jangan bertele-tele. Sebenarnya, apa yang ingin kau bicarakan? Aku tidak bisa membuang-buang waktu untuk meladenimu di sini."
"Aku tahu bagaimana perasaanmu. Pasti menyenangkan menjadi idol, terkenal, dan dipuja semua orang di seluruh dunia. Kau dikelilingi orang-orang yang mencintaimu."
"Tanpa kau jelaskan, aku tahu semua itu. Kau menghentikanku cuma karena ingin bicara ini? Cih! Benar-benar tidak sesuai dengan penampilanmu."
"Kau benar. Seharusnya aku tidak menyampaikan hal yang jelas-jelas kau ketahui dan kau alami sendiri. Rasanya seperti menurunkan derajat intelektualitasku. Begitukah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Get In Touch (TAHAP REVISI)
FantasyJudul awal : Loving Princess [Genre : Comedy - Romance - Fantasy] Kamala Wikrama Indurasmi, seorang Gusti Putri suatu kerajaan seribu tahun yang lalu. Bukan hanya cantik dan anggun, Kamala juga seorang gadis tangguh yang menguasai keahlian berperang...