Haduh, emang maklumin punya sahabat yang otaknya cuma seperdelapan mah begini. Orang lagi serius dibawa ngelawak mulu, jangan-jangan cita-citanya mau jadi penghibur di RSJ lagi... Oups!
"Lo tau? Bagas itu sebenernya baik kok, cuma yah emang orangnya begitu..."
"Iya baik nggak sakit, lagian dianya aja kaya irit ngomong gitu gimana pada mau temenan sama dia?"
"Yasalam, besok gue akan nunjukin gimana seorang Bagas."
"Nggak mau, males ah, gue aja dikacangin sama dia!"
"Pokoknya harus! Lagian itu nasib lo, belum beruntung! Coba lagi..."
"Ogah!"
.
.
.
"Selamat pagi, Gas." sapa gue ke Bagas --satu-satunya murid yang udah ada di kelas-- seraya berjalan melewati tempat duduknya dan berjalan kearah tempat duduk gue.
Krik... Krik...
Lagi-lagi gue mendapati diri gue di kacangin sama makhluk irit ngomong seantero tersebut.
Gue pun mendudukan diri sambil meletakan tas sekolah gue di atas meja, lalu mengeluarkan komik gue dari tas dan mulai melanjutkan membaca komik dari batas semalam gue yang ketiduran akibat mengantuk berat.
Heran nggak sih? Untuk ukuran anak yang datengnya jarang pagi seperti gue tiba-tiba aja jam 06.40 sudah berada di dalam kelas? Biasanya gue sampai di kelas itu pas banget jam 07.30 atau pun paling telat yah jam 07.45.
Nggak tau kenapa, gue niat aja mau berangkat pagi. Lagian gue mau ngetes juga sih, apa iya yang di ngomongin sama Evanto bener apa nggak kalau Bagas merupakan murid yang paling awal dateng ke kelas. Dan ternyata binggo! Evanto nggak hoax mengenai Bagas murid terajin di kelas gue.
"Gas," gue mencoba untuk memanggil Bagas, tapi ternyata percuma. Manusia irit ngomong itu cuma menoleh dan kembali fokus ke buku yang lagi di bacanya tersebut.
Gue pun yang sebenernya kesel, cuma bisa ngelus dada sambil bilang 'sabar' berkali-kali.
Kemudian akhirnya gue mengeluarkan smartphone gue yang niatnya sih mau mengirimkan chat ke Evanto berupa umpatan dan keluhan atas ide gilanya tersebut. Namun, entah kenapa gue mengurungkan niat gue dan kembali membaca komik sambil beberapa kali melirik ke arah Bagas.
Iya Bagas, orang yang dengan antengnya menatap buku diatas mejanya dan beberapa kali berpaling ke layar ponselnya.
"Morninggg~" sapaan cempreng yang nggak asing dari ketua kelas gue yang memasuki kelas membuat gue meletakan kepala gue diatas meja dengan melasnya.
Kenapa Sonia udah dateng kekelas aja sih?
"Eh, ada Tandri...", serunya seraya menghampiri tempat duduk gue, "ada angin apaan lo sepagi ini udah ada dikelas? Jam weker lo rusak?" ejeknya yang membuat gue memutarkan kedua bola mata gue malas.
Yaelah, dari sekian beberapa murid yang udah dateng di kelas, kenapa nenek lampir satu ini pakai segala ngeledekin gue sih?
Rese' banget!
Lagian gue mah dateng pagi yah biarin ajalah, bukannya itu malah sebuah kemajuan?
"Jangan-jangan lo mau ngerjain tugas yah?" tebaknya asal, yang membuat murid lain menatap gue horor.
Sialan!
Kamfret!
Sembarangan! Gue bukan termasuk murid yang begitu yah!
"Emangnya ada tugas?" itu suara salah satu siswa cowok terpintar dikelas gue, namanya Hendrik.
"Serius, tugas apaan nih?" kalau yang ini suara salah satu siswi cewek nyinyir dikelas gue yang kerjaannya ngaca sama gosip doangan, namanya Soraya.
"Nggak ada tugas." nah, kalau yang ini mah suaranya si makhluk irit ngomong seantero, siapa lagi kalau bukan Bagas.
Eh tunggu? Siapa? Bagas?
Gue akhirnya di notice nih? Eh pastinya bukan deng, itu kan gara-gara si Sonia kamfret yang pagi-pagi rese' banget!
"Nggak ada tugas kok, gue cuma ngejek si Tandri aja." dan dalam hitungan 3 detik, sang nenek lampir pun mendapat sorakan 'woo' dari beberapa murid yang udah tegang karena takut ada tugas...
Sialan!
"Sering-sering masuk pagi, kali aja pak Irwan ijin lagi. Hehe."
"Lah kamfret! Maksudnya apa?" ujar gue sedikit sewot.
Iya lagian apa hubungannya Pak Irwan ijin sama gue masuk pagi coba?
"Gara-gara lo masuk pagi, pak Irwan ijin hari ini nggak masuk kelas." tiba-tiba aja suara sahabat gue si Evanto nyeletuk sambil mendudukan diri di samping gue.
Emang kamfret!
"Ciee, yang masuk pagi demi gebetan.."
"Anying! Diem lo!"
Dan hampir semua anak sekelas gue yang udah pada dateng pun menoleh kearah gue...
Evanto monyet!
.
.
.
Kali ini gue makan sambil memperhatikan seseorang, yang membuat gue penasaran dan penuh tanda tanya.
Bagas termasuk yang irit ngomong kan?
"Yaelah, liatin Gesha mele..." cibir Evan yang lagi melahap bakso uratnya.
Gue pun mengernyitkan dahi gue, dan melanjutkan makan mie ayam gue.
"Jadi gimana?" pertanyaan Evanto monyet membuat gue nggak paham, maksudnya apaan?
"Udah ada cara lain buat ngedeketin Gesha sang Dewi lo itu?"
Gue pun hanya mengendikan kedua bahu gue, dan menoleh kembali ke tempat makan Gesha dan Bagas.
"Atau lo mau menyerah aja?"
Gue pun lagi-lagi mengendikan kedua bahu gue sambil menghabiskan mie ayam gue.
"Gesha itu bawel nggak sih?" gumam gue yang masih memperhatikan obrolan kecil Gesha dan Bagas yang sepertinya di dominasi oleh Bagas.
"Nggak usah putus asa gitu, kalau kata gue sih, mending lo deketin Gesha langsung aja, Tan."
Emang kamfret! Evanto maunya apa sih?
"Maksud lo?"
Dan Evanto pun langsung berdiri, menghampiri tempat makan yang ternyata cuma tinggal Bagas doangan.
.
.
.
[20170404]
😂🙈🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes? No? Maybe [Completed]
Humor[Completed] Ini hanya cerita konyol gue yang putus asa dikarenakan penolakan dari gebetan sengklek gue! Another Boys Love Story😂. . . . copyright © csw407 [Maret 2017]