Menjelang malam di aula Istana Stepa.
"Di mana Pangeran Vrizy?" tanya Ratu Sezy Leon kebingungan.
"Jawab ...!" bentak Raja Diandro Leon pada penjaga istana.
"Ampuni kami, Yang Mulia! Kami sudah berjaga sepanjang waktu. Mungkin, Putra Mahkota lewat pintu rahasia." Kepala Penjaga Istana mulai bicara.
"Kalian para penjaga dan pengawal tidak becus!" Amarah Raja Diandro memuncak.
"Kami mohon maaf, Yang Mulia! Putra Mahkota tidak berpamitan pada kami sama sekali," ucap Kepala Pengawal yang sudah senior. Para anggota pengawal hanya menunduk.
Sudah dua hari Pangeran Vrizy pergi tanpa kabar. Ia tidak berpamitan pada seorang pun penghuni Istana Stepa. Kedua orang tuanya sangat bingung mencari-cari sang putra mahkota.
"Siapa calon Kepala Pengawal yang bertugas mendampingi Pangeran Vrizy?" Mata Raja Diandro menyusuri para pengawal muda.
"Hamba, Yang Mulia Raja!" Suara lantang Arga memecah kesunyian.
"Hai, anak muda! Seharusnya kamu tahu kan di mana putraku berada?" tanya Ratu Sezy geram.
"Ampuni hamba, Yang Mulia Ratu. Saya ... tidak tahu," jawaban Arga yang sangat menjemukan. Pasti kedua penguasa negeri itu semakin murka.
'Aku yakin, Pangeran menemui Mini di Desa Ravel!' batin Arga menjerit tapi ia tak sanggup berkata tentang dugaannya. Ini urusan pribadi antara dua orang lelaki.
"Kalian harus cari Pangeran Vrizy di penjuru negeri! Sekarang!" perintah Raja Diandro dengan suara menggelegar.
Para pengawal dan penjaga membubarkan diri. Mereka membagi tugas untuk pencarian Pangeran Vrizy. Tinggal tiga anggota keluarga Kerajaan Stepa. Ayah, ibu, dan anak bungsunya.
"Pangeran Juano, apa kamu tidak tahu di mana kakakmu?" Ratu Sezy menghampiri anaknya yang sedari tadi diam di pojok aula istana. Setelah lulus dari Sekolah Tingkat 3, Pangeran Juano itu enggan melanjutkan ke akademi apa pun.
"Oh ... Ayah dan Ibu juga mau bertanya padaku? Memangnya aku tahu apa? Aku sama seperti kalian, baru pulang ke istana. Kita sibuk dengan urusan rapat, perjamuan, dan pesta bersama kaum bangsawan. Dua hari Pangeran Vrizy hilang pun kita baru mengetahui sekarang.
Lagipula, dia bukan anak kecil lagi! Kenapa kalian harus sekhawatir ini? Andai aku yang hilang, apa kalian juga mencariku? Ah, kurasa tidak! Aku bukan putra mahkota!" Perkataan Pangeran Juano memerahkan telinga orang tuanya.
"Hei, Pangeran Juano ... ibumu tanya baik-baik! Kenapa kamu jawab begitu? Berani-beraninya! Kamu pikir mudah jadi putra mahkota dan calon raja? Kamu pun belum tentu bisa menggantikan Pangeran Vrizy!" kecam Raja Diandro.
"Ingat, Pangeran Juano! Siapa yang lebih berprestasi selama masa sekolah dulu? Pangeran Vrizy lebih sering membanggakan kami! Sedangkan kamu, hanya bisa main-main saja. Tidak ada prestasi satu pun!" Kalimat dari bibir Ratu Sezy menghunjam batin Pangeran Juano. Ya, sejak kecil ia selalu dibeda-bedakan dengan sang kakak.
Pangeran Juano membisu. Ia segera pergi meninggalkan aula istana.
"Lihat anak itu! Dasar tidak berguna!" umpat Raja Diandro.
"Aaa ...!" Tiba-tiba raja itu memegangi dadanya seperti kesakitan.
"Raja! Anda kenapa?" Ratu Sezy panik. "Pelayan, cepat panggilkan tabib!"
Pelayan di aula itu pun segera pergi dan kembali dengan tiga orang Tabib Istana. Setelah dituntun ke kamar serta diperiksa, ternyata sang raja sedang kambuh penyakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mini Princess (Telah Terbit)
FantasyDi Desa Ravel, hiduplah Mini Vian. Gadis kecil dengan rambut berwarna emas. Wajah cantik dan tubuh mungilnya setara anak usia lima tahun. Siapa sangka, sesungguhnya ia telah berusia dua puluh tahun. Ia sangat disayangi oleh keluarga, serta dua sahab...