Jaerim berjalan menuju kelasnya dengan keadaan yang bisa dikatakan tidak baik baik saja. Ia terlihat kacau, dengan wajah pucat dan mata sembabnya. Ia terlihat sangat tidak bertenaga bahkan langkahnya seperti terseok-seok.
Jaerim mengedarkan pandangan kesekelilingnya ia baru sadar hari sudah gelap, dan ia masih disekolah dengan keadaan kacau seperti ini. Bahkan murid-murid yang lain sudah pulang hanya tersisa beberapa murid tertentu yang masih memiliki kegiatan di luar jam pelajaran. Rasa takut akan gelap dan sepi tiba-tiba menyelinap masuk kedalam pikirannya.
Ia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruang kelasnya. Jaerim mengutuk dirinya sendiri yang dengan bodohnya menangis di rooftop hingga hari hampir berganti malam dan meninggalkan tasnya dikelas yang membuatnya harus kembali ke kelas untuk mengambilnya. Tidak mungkin kan kalau ia harus pulang tanpa membawa tasnya.
Setelah menemukan tasnya tanpa banyak bicara ia segera keluar kelas menuju gerbang depan untuk pulang. Ia benar-benar sudah seperti uji nyali tadi saat mengambil tasnya di kelas. Ia tidak akan meninggalkan tasnya lagi ataupun pulang semalam ini. Benar-benar menakutkan.
Ia mempercepat langkahnya ketika melihat arloji di pergelangan tangannya sudah menunjukkan hampir pukul tujuh malam. Yang Jaerim pikirkan saat ini hanya ingin pulang dengan cepat dan selamat.
Jaerim bernafas lega ketika ia sudah sampai di depan gerbang sekolahnya dengan selamat bahkan ia hampir terkunci jika saja penjaga sekolah tadi tidak melihatnya.
Belum sepenuhnya lega ketika Jaerim baru berfikir bagaimana cara ia pulang jika langit sudah gelap seperti ini. Sebenarnya bisa saja ia berjalan ke halte bus tapi itu lumayan jauh dan sekarang hari sudah gelap jadi jalanan menuju halte pasti gelap dan sepi.
"Aiisshh aku harus pulang bagaimana langit sudah sangat gelap tidak mungkin kan aku berjalan ke halte bus". Jaerim merutuki kebodohannya sambil memukul-mukul kepalanya sendiri.
"Sudah tau takut gelap malah menangis di rooftop sampai malam dan sekarang aku harus bagaimana?? Aiss neo jinjja paboya jaerim-ah" Jaerim kembali menggerutu sendiri.
"Ah~ aku kan bisa menghubungi Mina. Aishh kenapa tidak terpikir dari tadi, kau memang pintar Jaerim-ah" Jaerim segera mengeluarkan ponselnya.
Ia kembali panik dan menggerutu tidak jelas ketika benda berbentuk persegi panjang itu mati. Lengkap sudah penderitaan Jaerim saat ini.
"Wahhh.. Ini membuatku gila. Bagaimana bisa disaat seperti ini benda ini mati. Arrggghhhhh... Dasar tak berguna. Sekarang aku harus bagaimana?" jaerim benar-benar sudah tidak bisa berpikir kali ini. Ia akhirnya berjongkok sambil menyembunyikan kepalanya diantara lengannya. Membuat beberapa helai rambutnya menjuntai ke bawah.Otaknya benar-benar sudah tidak bisa berpikir, ketakutannya membuat dirinya menjadi seperti ini.
"Na eotteokhae? "
"Na eotteokhae? "
"Na eotteokhae? "
Jaerim terus menerus menggumamkan kata-kata itu ia sudah putus asa jika menyangkut tentang ketakutannya, ia lebih memilih untuk menyerah saja. Mungkin ini terdengar berlebihan tapi jika kalian berada diposisi itu pasti kalian akan merasakan perasaan yang sama seperti Jaerim saat ini.
Sekitar sepuluh menit Jaerim masih bertahan dalam posisi yang sama, dari arah yang berlawanan terlihat sorot lampu yang semakin lama semakin mendekat. Bahkan terdengar suara mesin motor.
Jaerim segera mendongakkan kepalanya. Mungkin ia bisa meminta bantuan dengan minta tumpangan hanya sampai halte saja. Ia segera berdiri dan merapikan seragamnya yang bisa dikatakan sudah lusuh. Benar-benar terlihat menyedihkan.
Tanpa diduga motor tersebut berhenti tepat didepannya. Bisa ia pastikan yang mengendarai adalah seorang lelaki melihat dari postur tubuh pengendara itu.
Jaerim masih diam tanpa ada niat meminta tolong pada pengendara tersebut seperti rencana awalnya tadi. Hingga pengendara tersebut melepas helmnya kemudian menatapnya.
Ia seketika membeku ketika melihat siapa pengendara itu. Niatnya untuk meminta bantuan seketika sirna, ia malah membalas tatapannya tanpa ada niatan bergerak sedikitpun.
"Cepat naik" suara pengendara itu membuat Jaerim sadar dari lamunannya. Ia segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi kembali dingin. Tanpa berkata apa-apa Jaerim melengos pergi meninggalkan pengendara itu.
Kenapa harus dia?
Ya kalian pasti tau siapa pengendara itu. Seokjin. Kim Seokjin, kakak tirinya. Entah apa yg ada dipikiran Jaerim ketika ia berdekatan dengan kakak tirinya itu selalu saja membuatnya kesal dan takut dalam waktu yang bersamaan.
Melihat Jaerim yg berjalan pergi meninggalkannya. Membuat Seokjin terpaksa turun dari motornya dan menahan Jaerim sebelum gadis itu berjalan semakin jauh.
Seokjin mencekal tangan Jaerim membuat gadis itu seketika berhadapan dengan tubuhnya.
"Lepaskan aku!" Jaerim mencoba menarik tangannya agar bisa terlepas dari tangan Seokjin.
Seokjin semakin merapatkan genggaman tangannya. Ia menatap mata Jaerim yg terlihat sangat lelah itu, ia tau Jaerim pasti sangat lelah setelah melihat gadis itu menangis di sekolah seperti orang kesetanan tadi siang. Ia begitu memahami adik tirinya itu. Jaerim akan menangis dan kelelahan saat ia takut dan panik.
"Turuti aku sekali ini saja Jaerim-ah. Ayo kita pulang. Aku tau kau lelah" Jaerim yg awalnya bersikeras melepaskan diri akhirnya luluh juga ketika melihat tatapan Seokjin yg terlihat begitu memohon.
Kali ini saja Jaerim. Kau juga tidak ada harapan lagi mau pulang jalan kaki?
Jaerim melepaskan tangannya dan pergi menuju motor milik Seokjin tanpa berkata apapun. Ia begitu lelah. Melihat kakak tirinya seperti itu membuatnya semakin lelah. Ia tidak tega memperlakukan Seokjin seperti itu, tapi ia terlalu keras kepala.
Seokjin segera menyusul Jaerim yg lebih dulu berjalan menuju motornya, ia tersenyum kecil melihat Jaerim yg menuruti kata-katanya kali ini.
Gadis pintar
Ia segera melepaskan jaket yg ia pakai ketika melihat Jaerim masih berdiri disamping motor miliknya. Ia menyampirkan jaket kulitnya dibahu Jaerim, Seokjin tau betul Jaerim pasti kedinginan melihat cuaca hari ini yg tidak begitu baik apalagi sudah malam dan jangan lupakan mereka yg akan pulang mengendarai motor.
Seokjin lagi-lagi tersenyum melihat Jaerim tidak ada penolakan ketika ia memakaikan gadis itu jaket miliknya. Ia juga tidak lupa memakaikan Jaerim helm yg sudah ia siapkan.
Manis sekali
Seokjin segera menyalakan mesin motornya ketika Jaerim sudah duduk manis dibelakangnya.
"Pegangan yg erat"
"Shireo!! "
"Begini saja sulit sekali" Seokjin melingkarkan kedua tangan Jaerim di pinggangnya. Jaerim hanya mendengus kesal.
"Cepat jalan!"
"Arasseo Arasseo"
Annyeong !!!
Masih adakah yg inget cerita abal abal ini? Semoga aja ya
Hehehe
Udah gk panjang panjang author bacotnya
Vomment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
FanfictionKehidupan Park Jae Rim mulai berubah ketika Jeon Jungkook yang dianggapnya pembawa masalah masuk kedalam hidupnya...