17 || MERAPI

560 83 6
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

An insincere and evil friend is more to be feared than a wild beast; a wild beast may wound your body, but an evil friend will wound your mind.

- Budha -


Di atas tempat tidur yang kini dibanjiri oleh sinar matahari, Aurora Aulia Putri meregangkan tubuh dan mengeratkan pegangan pada gulingnya yang tertidur pulas. Mata si ratu dingin mengerjap terbuka. Seluruh indra mengingatkan kalau sudah waktunya dia terbangun, jam biologis berdentang bisu.

Remaja putri itu tersenyum, melirik rambut kecokelatan yang tertata berantakan, dan menghirup dalam-dalam aroma lembut dari pakaian pemuda yang sedang ia peluk dari belakang. Iskandar Syahreza tertidur seperti bayi. Bahunya yang lebar naik turun, sebelah tangan menyangga kepala sementara yang satu lagi menggandeng tangan Rora yang melingkari perutnya.

Mendadak, anak laki-laki itu mengerang dan menarik-narik lengan temannya. Rora yang hanya bisa menebak maksud Kandar, langsung mendekat dan membenamkan wajah diantara tulang belikat cowok tersebut, tangannya mendekap semakin erat.

Si bintang emas berhenti bersuara, sang ratu dinginpun tahu kalau dia melakukan hal yang tepat. Biarlah begini dulu, pikir Rora nyaman.

Tapi sayangnya, momen manis ini tidak bertahan lama.

Si juara kelas masih mengantuk dan terlalu nyaman sampai-sampai dia tidak melihat pemuda lain yang berdiri di ambang pintu, bersedekap dan bersandar ke kusennya. "Tidur nyenyak?" Suara Ronggo yang sejernih Kristal memecah kedamaian pagi.

Kepala Rora otomatis menoleh, dan saat sang Arjuna tersenyum padanya, si kancil langsung melompat duduk dan melepas pelukannya dari Kandar yang masih terlelap tanpa dosa.

"Pagi," sapa si mata elang sambil tersenyum malas-malasan.

Sekujur tubuh Rora membeku kecuali tangannya yang reflek menggeplak kepala Kandar. Si pemuda berhati emas terbangun, melihat berkeliling dengan mengantuk. "Pagi mas.." sapanya saat melihat Ronggo, menguap seperti kuda nil. Tampaknya sang debaran hati sama sekali belum menyadari suasana horor yang terjadi saat ini, atau mungkin dia memang tidak peduli. Bukan urusan Ronggo apakah dia dan Rora menghabiskan malam bersama, atau bahkan berpelukan.

Dia menyayangi pemuda itu dengan sepenuh hati, tapi Ronggo tidak berhak atas dirinya, tidak sepenuhnya.

Meski begitu Aurora yakin, siapapun pasti marah kalau melihat kekasih mereka sedang tertidur bersama orang lain.

"Hari ini hari terakhir kamu di Jogja, kita harus bersenang-senang," pandangan mata si Arjuna menghalus, tutur katanya begitu penuh dengan perhatian.

Rora bergidik ngeri pada perbedaan perlakuan yang sedang terjadi, nyaris meringis saat menterjemahkan implikasi kata-kata barusan; dia tidak diajak, hanya suasana hati Kandar yang menjadi prioritas hari ini. Tapi si ratu dingin tidak keberatan, tidak seperti lima hari sebelumnya dia rela membiarkan temannya pergi. Toh besok mereka lepas dari cengkraman si mata elang, dia bisa bersabar sehari lagi.

ROAD TRIP! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang