"Kapan lo berhenti ganggu gue?!" Bentak gue. Gue masih pada posisi yang tadi. Kaki gue, gue sengaja gesek-gesek dilantai(?) Kek anak kecil.
"Sampai Justin Bieber jadi pacar lo!"
GUBRAK!
"DASAR SURUP SABLENG!"
※
"Cass, Bd nyariin tuh," gue nunjuk Bd dengan dagu. Bd yang sibuk sendiri tiba-tiba menoleh tatkala namanya gue sebutin.
"Dih, lo apa-apaan?" Cassie melotot ke gue. Sementara Bd, melanjutkan pekerjaannya.
"Udah deh, gak usah gengsi. Toh, kalian udah pernah saling sayang," Sharon terkikik geli mendengar ucapan gue. Dia juga ikut nambah-nambahin, alhasil Cassie sudah muak.
Gue yang saat ini sedang berdiri disamping ia duduk—berdiri diantara 2 blok bangku. Sehingga gue leluasa untuk bergerak. Tangan gue, gue taruh diatas mejanya. Dan gue sedikit membungkuk membenarkan tali sepatu gue.
Gue yang waktu itu ngebungkuk. Ngedenger seseorang diujung kelas ngomong sambil teriak, "Satu... Dua... Tiga!!!"
BRAK!
Lagi-lagi gue jatoh tersungkur di tanah. Mereka—Ajil dan Iqbaal tiba-tiba nyambar gue dari belakang dengan cepat.Mereka lomba lari toh-_-
Gue gak tinggal diam. Gue berdiri masang tampang (sok) sangar. Cassie dan Sharon refleks tertawa ngeliat gue jatoh_-
"Eh, lo berdua!" Gue nunjuk mereka berdua. "Badan udah gede, kelakuan masih kek anak-anak. Dasar!"
Iqbaal dan Ajil nunduk, (sok) ketakutan. Mereka cengar-cengir gitu.
"Dan lo!" Gue nunjuk mata Iqbaal dengan dua jari. Rasanya pengen gue colok tuh mata. "Badan tinggi banget, tapi kelakuan paling anak-anak. Ckckckck."
Iqbaal dan Ajil ikutan, "Ckckckck." Sambil geleng-geleng kepala.
"Lo makan apa sih tiap hari? Makan tiang listrik gitu?" Seisi kelas yang memperhatikan kita kontan tertawa.
"Bukan, Bu," mendengar Iqbaal nganggap gue 'Bu Guru' gue serasa jadi guru BP.
"Trus apa?" Mata gue melotot tajam.
"Monas!" Semua kontan tertawa lagi. Mulut gue terbuka lebar.
"Menara Eiffel sekalian," Ajil ikut nyerocos.
"Heh! Apa lo? Ngajak gue bentrok? Sini gue ladenin." Gue pasang kuda-kuda. Iqbaal tersenyum lebar.
Gue melotot lebar ketika Iqbaal lewat didepan gue gitu aja. Ninggalin gue yang sedang sibuk protes.
"Eh lo mau kemana?" Teriak gue sambil natap punggungnya yang mulai menjauh.
"Ke hatinya @%\&$.." Suaranya gak kedengeran lagi, soalnya dia tiba-tiba lari.
Tapi gue penasaran. Siapa sih yang dia maksud? Apakah seorang Iqbaal Dhiafakhri ternyata naksir sama cewek juga? :v
※
Hari-hari gue, gue laluin dengan keputus asa-an. Udah berapa lama gue nunggu Alwan? Hari ini tepat satu tahun gue naksir sama Alwan. Satu tahun gue PDKT tapi sia-sia. Bayangin aja. Selama satu tahun gue naksir sama dia, dia udah 9 kali gonta-ganti cewek. Nah, giliran gue kapan?! Gue rasa, gue terlalu berharap..
Gue nutup diary gue. Diary yang setia dengerin curhat gue tanpa komentar apapun.
Gue mendesah pelan.
Trak! Kaca jendela kamar gue seperti diketuk. Bulu kuduk gue merinding seketika. Apa jangan-jangan..
Ahhh!!! Gue gak boleh nethink! Gak boleh!