Hati tidak pernah bohong,
Jujur itu memang menyakitkan, tapi lebih baik
Kekecewaan itu bukan hal buruk, tapi itulah jembatan untuk menuju yang baik
Selama kita tetap yakin dan menerima hati pun akan merelakannya.
Walaupun perlu waktu yang lama
****
Pagi ini aku akan melakukan aktivitas ku seperti mahasiswa pada umumnya.
“Hai Nda, gimana udah enakkan kan ?”. kata andre yang langsung menyambar dengan pertanyaan.
“Emh... udah kok ndre”. Sambil menoleh ke arah andre yang duduk di dekat kursiku.
“nda kamu harus janji ga akan main hujan lagi, awas ya kalo di ulangi lagi”. Menunjukan muka juteknya.
“Iya, siap komandan, nih jaket mu. Makasih ya?”. Sambil memberikan jaket itu pada andre.
“Wangi banget pasti ibu mu deh yang nyuciin”. Sambil mencium jaketnya.
“aku kaleee.... yang nyuci”. Sambil melengos ke arah andre.
Kita pun bersenda gurau bersama, aku dan andre mempunyai persamaan, entah apa itu aku dan andre merasa kita nyambung satu sama lain. Dia tidak berlebihan dan dia memperlihatkan apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi.
****
Hp di tasku berdering, seperti panggilan masuk. Ku ambil dan ku lihat di layar tertulis mama, menelfonku.
“Hallo, ma apa kabar ?” aku mengawali percakapan ini.
“Hallo Ai sayang, mama baik kok, gimana keadaan kamu, katanya rere kemarin habis sakit ya ?”. tanya mama dengan suara penuh dengan khawatir.
“Iya ma, tapi sekarang udah sembuh kok”.
“Maaf ya, kemarin mama sibuk jadi tidak bisa jenguk Ai”.
“Iya ma tidak masalah, ngomong-ngomong mama kenapa tiba-tiba telfon Ai?”
“Emmm.... mama mau ngundang Ai makan malam, nanti malem, Ai bisa kan ?”
“Iya ma, Ai usahakan”.
“Ya sudah nanti biar di jemput kak Rere ya”.
“Iya ma. “
****
Malam pun datang.
Aku bersiap untuk makan malam dengan mama, mumpung kangen juga. Tapi aku harus manggil si dokter lebai itu dengan kakak, apa itu mungkin ??. akupun berbicara sendiri di depan cermin, bimbang rasanya.
“Nda, tuh kak rendi udah dateng, cepet di tunggu di luar”. Kata ibu yang langsung masuk ke kamarku.
“Iya bu, Nda berangkat dulu ya”. Sambil mencium tangan ibu.
Akupun menghampiri rendi yang berdiri di depan mobil dan mempersilahkan aku masuk ke dalam mobilnya.
“Nda silahkan masuk”. Sambil membuka pintu mobil.
Dalam hati aku ingin banget tertawa, baru kali ini dia terlihat manis dan kalem seperti itu.
Di perjalanan aku mendengarkan musik yang di putar rendi.
“Nda apa mungkin aku memanggilmu Ai?” rendi spontan menanyakan hal yang sama ketika aku berbicara sendiri di cermin tadi.
“Emm....terserah. tapi aku juga tidak terbiasa dengan nama itu”.
“Aku lebih suka manggil kamu itu Manja”. Sambil tersenyum girang.
“Dasar dokter lebay, mulai ngajak berantem lagi ya”. mata ku melotot ke arahnya.
“Gitu aja marah, mama menyuruhku manggil kamu dek Ai, aku ingin tertawa kalo sampek aku manggil kamu kayak gituan”. Sambil cengar cengir.
“Tertawa terus aja, sampai kamu puas. Oh... iya apa aku juga harus manggil kamu kak rere juga?”
“Iya dong harus itu”. sambil tertawa tanpa henti.
“Ih.... males banget, manggil kamu kakak”. Wajahku panas dan mulai keluar tanduk di kepalaku. Rasanya ingin banget ninjok si dokter lebay itu.
kita dalam perjalanan seperti di area pertandingan, dan tidak ada yang mengalah kalau debat seperti ini.
***
Sesampainya di rumahnya rendi, mama sudah menyambutku di depan pintu.
“Ai, mama kangen banget sama Ai”. Sambil memelukku dengan hangat.
“Iya ma, Ai juga kangen banget sama mama”. Kataku
“Ya udah, yuk masuk, kita makan malam bareng”. Mama membawaku masuk ke ruang makan dan sudah menyiapkan semua hidangannya di meja makan.
Akupun duduk di sisi kiri mama. Dan rendi di sisi kanan, karena posisi mama ada di tengah.
“Re, kamu pimpin doa ya.
“Iya ma, “
(berdoa) Setelah selesai berdoa pun kita menikmati makan malam bersama.
“Nda ambil aja apa yang kamu mau”. Kata rendi.
“Re mangilnya yang benar dong, panggilnya dek Ai.”
“Iya ma, tidak terbiasa soalnya”.
“Ai, nih coba”. Sambil menaruh sup sayap di atas piring ku.
“Aku coba ya ma”. Sambil menyendok dan aku makan.
“Emmmm.... rasanya enak banget ma, ini yang masak mama sendiri?”
“Iya kalo yang ini mama masak sendiri, kalo yang lain bibi yang masak, karena ini makanan spesialnya rere sama adiknya rere dulu”.
“Emm... iya ma, ya udah kita lanjut makan aja, kak rere yang lahab ya makannya”. Akupun mempermanis kata-kataku di depan mama, walaupun sebernanya lagi kesel banget sama tuh dokter lebay.
Setelah selesai makan semua, aku di antarkan rendi pulang, dan kita melanjutkan debat kita yang tadi.
***
Ke esokan harinya,
“Nda nanti malem ada acara tidak ?”. kata andre yang tiba-tiba duduk di dekatku, ketika aku lagi asik membaca novel.
“Em.... kelihatanya tidak, emang kenapa ndre?”. Tanyaku tetap sambil membaca novel.
“Em... em..”
“Kenapa sih ndre ngomong aja kali, ga usah am...em gitu”.
“aku mau ngajak kamu jalan, mumpung besok kita libur”.
“Em... oke deh, aku juga lagi males banget di rumah”.
***
Malamnya andre tiba di rumahku dan kita keluar bersama, hari ini tingkah andre aneh tidak seperti biasanya yang selalu tertawa, tapi hari ini andre kelihatan bingung dan salah tingkah di depanku.
Setelah sampai di taman, andre mengajakku di duduk dan menikmati indahnya malam.
“Nde, aku suka banget nikmatin malam sambil ngelihat bintang seperti ini, kalo kamu gimana ndre ?”.
“Em,... aku.... aku juga suka”.
“Kamu kenapa sih ndre kok aneh gitu”.
“Nda sebenarnya ada yang ingin aku omongin sama kamu”.
“Ya ngomong aja ndre, biasa aja”. Kataku sambil melihat ke atas melihat bintang-bintang.
“Nda”. Dia menarik tanganku dan memegangnya.
“Ndre jangan gitu dong, malu dilihatin orang, lepasin”.
“Nda, sejak pertama bertemu kamu waktu Ospek dulu, aku merasakan ada hal aneh yang ada di hati ku, setiap aku dekat sama kamu aku ingin sekali membuatmu bahagia, aku hanya ingin kamu bisa menerimanya, aku suka sama kamu Nda”.
“Ndre”.
“Kamu tidak perlu menjawab hari ini nda, mumkin kamu kaget banget aku bisa ngomong ini sama kamu, aku tidak memaksamu”.
“ aku akan menjawab saat ini juga, Ndre, aku sebenarnya suka sama kamu sejak kita bertemu, tapi itu hanya sebatas sahabat dan teman, dan tidak lebih. Aku hanya ingin kamu selalu ada buatku, karena sahabat itu tidak akan jadi mantan beda dengan pacar. Maka dari itu aku tidak ingin kehilanganmu. Aku ingin kita tetap bisa jadi sahabat dan selalu bersama”. Perlahan andre melepaskan genggammanya.
“Nda, apa kamu sudah punya seseorang yang kamu cintai ?”
“Em...itu pribadiku ndre, maaf aku belum bisa menjawab kalau soal ini”.
“Maaf nda, kalau semua perkataanku tadi membuatmu tidak nyaman seperti ini”.
“Iya santai saja ndre, kalau kamu jujur seperti tadi mungkin itu membuatmu lebih baik”.
“Iya Nda ini membuatku lega”.
“Janji ya, kita akan selalu jadi sahabat”. Akupun sambil menunjukan jari kelingkingku.
Andre membalasnya dengan memegang jari kelingkingku dan jari kelingkingnya. Andre berusaha tertawa di depanku, walaupun aku tahu pasti ada rasa sakit di balik tertawanya. Tapi hati memang tidak pernah bisa di paksa, mungkin ini memang terbaik buatku dan buat andre.
Setelah sekian jam aku dan andre menikmati malam di taman aku pulang dan di perjalanan aku hanya bisa melihat andre yang diam tidak seperti biasanya yang selalu ceria. Mungkin memang dia hanya butuh waktu untuk menerimanya.&&&&
Selamat membaca .😊😊😊
Maaf sudah lama menunggu 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Doctor
AcakPerjalanan kisah Cinta seseorang yg benci terhadap dokter dan menjadi Cinta pertama dan sejati