Makan Siang

3.8K 266 34
                                    

Satu dari sifat menjengkelkan Taehyung adalah keras kepala. Dia orang yang pelupa dan bandel, suka merengek dan mudah menolak. Terkadang berani memanfaatkan muka menggemaskannya untuk membujuk orang begitu mudahnya untuk berbuat kesalahan. Bukan salah siapa, toh, wajah Taehyung lebih dari sekadar enak dipandang. Terlalu cantik sampai orang sudi untuk menangis darah.

Dan Park Jimin sedang sebal.

Bukannya apa, dia senang dengan sikap lucu Taehyung. Dia suka wajah manis sahabatnya. Tapi masalahnya anak singa itu sedang merajuk tidak mau makan. Ini bukan hal yang jarang terjadi, insiden ini bagaikan episode di setiap drama. Sudah hal lumrah untuk putra bungsu Kim menolak makan, memisahkan sayur dari daging, dan tidak segan memuntahkan brokoli di depan Ibunya sekalipun. Dia juga rela guling-guling dan berteriak dengan kepiawaian aktingnya untuk alasan yang sama. Tidak mau makan. Sebenarnya ini membuat orang lain dan sahabatnya pusing. Mana ada orang waras yang tidak mau makan; mungkin hanya Kim Taehyung.

"Tidak mau, ih! Kamu tuh ngapain kesini segala?"

Jadi masalahnya, Ibu Taehyung sudah kehabisan akal. Taehyung baru sembuh dari demam lima hari selepas berenang di laut dan hujan-hujannan bersama Jisoo. Wanita usia lima puluh itu tidak mengerti kenapa anaknya bisa begitu rapuh oleh air. Bahkan kalau diingat, Taehyung sudah seperti orang sekarat saat hanya bisa berbaring selama demam. Nyaris tak bersuara bahkan membuka mata. Kalau bukan karena Jimin yang datang, mungkin Taehyung tidak akan makan sampai detik ini. Maka dengan setetes harapan yang tersisa, Ibu Taehyung menelpon Jimin pagi-pagi sekali untuk datang ke rumah dan membawa bekal makan siang untuk anaknya dan dia pula (tidak enak juga Jimin tidak diberi apa-apa). memohon padanya seperti orang putus asa agar Taehyung makan bekalnya sampai habis.

Jimin meneguk ludahnya berat.

Dia biasa melakukannya. Tapi susah sekali, itu pun membutuhkan waktu lama. Taehyung dan tabiat konyolnya sangat menyusahkan. Jimin juga lapar dan ia pula dengan bodohnya menerapkan prinsip jangan makan sebelum Taehyung menghabiskan makanannya. Sebab dia tidak tenang jika mengetahui sahabatnya tidak makan sesuap pun. Pantas tubuhnya kerempeng begini. Untung manis.

"Aku disuruh Ibumu, kampret!"

"Tidak perlu, astaga, aku akan makan sendiri." Ujar Taehyung masih mendorong tubuh kokoh Jimin supaya pergi dari kelasnya. Ia sedikit risih dengan tatapan teman sekelasnya setiap kali sahabatnya datang menemuinya saat istirahat makan siang. Membawa roti dan susu, terkadang onigiri atau beberapa jus dan snack kentang. Ia kesal dengan tatapan pongah dan ia pula lupa kalau Jimin adalah orang yang kokoh dan berprinsip. Jimin melotot padanya, "Makan apa? Angin? Aku tidak bisa kau tipu lagi, Tae. Terakhir kau bilang seperti itu dan berakhir aku nyaris kecelakaan karena ngebut menuju Rumah Sakit setelah mendengar kau pingsan dan mimisan."

Taehyung ingat, jadi dia hanya diam dan menggigit bibir.

Sekeras apapun, Jimin tetap berhati lembut. Dia tidak tega memarahi Taehyung meski dia berani saja mengatainya macam-macam. Jadi dia menarik lembut lengan kurus sahabatnya keluar kelas dan duduk di taman kampus. Berpayungkan pohon ek yang sebentar lagi menggugurkan daunnya. Sejuk sekali disaat hari panas seperti ini. Jimin tersenyum tipis, "Aku hanya memerhatikan sahabatku, memangnya ada yang salah dari itu?"

Taehyung diam sejenak lantas menggeleng.

"Tapi... aku sudah kenyang,"

Mendengar pernyataan ragu seperti itu, Jimin mengerutkan dahinya. Dalam hati mengerang kesal dengan tingkah Taehyung yang kembali jadi konyol. Ngidam apa Ibunya sampai Taehyung lahir dan tumbuh menjadi anak yang menjengkelkan seperti ini. Fakta bahwa wajahnya manis dan wangi, enak dipeluk, dan rayuannya mujur membuat Jimin frustasi. "Kau makan angin; tidak salah lagi. Jadi sekarang buka mulutmu, ah."

BehalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang