24 | Asing (3)

192 36 22
                                    

Malam semakin larut. Meski begitu, situasi ibukota tidak meredup sedikit pun. Jalanan masih ramai dan orang-orang masih saja ada yang sibuk beraktivitas. Begitu pula dengan Bayu yang berada di tengah-tengah hiruk pikuk itu. Tak nampak raut lelah di wajahnya. Matanya bersinar-sinar, senyumnya mengembang lebar, mulutnya pun mulai berdendang bersama tubuhnya yang bergoyang-goyang mengikuti lagu bertempo cepat dari pemutar musik di mobilnya. Tangannya yang menggenggam erat kemudi sesekali dilepaskan untuk ikut bergoyang.

Mobil Bayu melaju memasuki halaman parkir sebuah gedung bertuliskan Harian Osborn yang berukuran sangat besar dan terang benderang tersorot lampu di kedua ujung sisinya. Setelah memarkirkan mobil, Bayu bergegas memasuki gedung tanpa mengakhiri kegiatannya yang mengasyikan itu. Tak peduli menjadi perhatian orang-orang di sana, Bayu terus berjoged ria hingga masuk ke dalam lift menuju ruang kerja wartawan.

"Selamat pagi, anak-anak!" Bayu berseru gembira sewaktu melangkah keluar dari lift, berpapasan dengan Citra dan Bisma.

"Sekarang masih malam, Pak Bayu," ucap Citra mengingatkan.

"Kira-kira kepala Pak Bayu kebentur apa ya?" Bisma terkekeh.

Plak!

"Aduh!" pekik Bisma. Tawanya terhenti karena merasakan bagian belakang kepalanya berdenyut. Sambil meringis kesakitan dengan tangan yang terus mengusap-usap belakang kepalanya, Bisma mendongak dan mendapati wajah Bayu berada tepat di hadapannya, melotot tajam seperti ingin memakannya. Bisa dipastikan bahwa Bayu yang memukulnya tadi.

"Kau bilang apa?" tanya Bayu menginterogasi. Ekspresi bahagianya hilang begitu saja bagai terbawa angin.

"Anu, Pak. Maksudku Bapak terlihat senang sekali malam-malam begini," jawab Bisma cari-cari alasan.

Tatapan Bayu sungguh mengerikan. Bisma sangat takut jika Bayu sudah bersikap seperti itu. Menundukkan wajah menjadi satu-satunya cara untuk menghindari tatapan Bayu yang cenderung mengintimidasi dalam mengorek persoalan orang lain. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Bayu melangkah mundur kemudian memandang Citra dan Bisma secara bergantian. Bisma yang menyadari perubahan suasana, perlahan mengangkat kepalanya dan bernapas lega melihat Bayu kembali bersikap seperti semula.

"Coba tebak, apa yang sudah berhasil aku dapatkan malam ini?" tanya Bayu sembari menaik-turunkan alis.

"Roti dan air mineral dari minimarket 24 jam," jawab Citra mantap.

Kerutan di dahi Bayu muncul dan perhatiannya tertuju pada kantong plastik di tangan kirinya. Barang belanjaanya sama persis dengan barang-barang yang disebutkan Citra. Bayu mengangkat kantong plastik itu lalu menunjuk-nunjuk kesal. "Maksudku bukan ini. Kalian betul-betul payah kalau diajak main tebak-tebakkan. Biar aku beritahu saja langsung. Follow me!"

Citra menoleh pada Bisma di sampingnya. Namun, Bisma hanya mengangkat bahunya seraya mengatakan 'tidak tahu'. Untuk mengetahui lebih jelas, akhirnya mereka mengikuti Bayu masuk ke ruang wartawan.

"Memangnya Bapak dapat apa?" tanya Citra setibanya mereka di meja kerja.

"Janji jangan terkejut ya?"

"Kedengarannya serius sekali. Bapak pasti dapat hal bagus," sambung Bisma penuh minat.

"Pastinya! Kalian sudah siap?" Bayu menyeringai dengan tangan bersiap-siap di dalam saku trench coat nya.

"Sangat siap!" seru Citra diiringi Bisma yang mengangguk mantap.

"Aku mendapatkan ini," lanjut Bayu mengeluarkan sebuah benda kecil berbentuk bunga teratai dan berdetil rumit yang terbungkus plastik sampel. Benda itu kemudian diletakkannya di atas meja. Citra dan Bisma mencondongkan tubuh agar dapat melihat benda itu dengan lebih jelas. Antusiasme berubah seketika menjadi raut penuh tanda tanya. Mereka terdiam beberapa saat, berpandangan satu sama lain, kemudian menatap Bayu bersama-sama.

Get In Touch (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang