"Kau siap?"
Pria paruh baya itu tersenyum mengulurkan tangannya pada seorang gadis muda yang berdiri disampingnya. Gadis itu tersenyum menerima uluran tangan pria itu.
"Apa menurutmu aku punya pilihan lain?" sungutnya.
Pria itu tersenyum miring, "kalau begitu, pasang senyum terbaikmu.."
Gadis itu memandang pria disampingnya kemudian tersenyum.
Pria itu menggandeng tangan sang gadis memasuki lobi hotel berbintang yang menjulang megah membelah langit kota. Mereka berjalan beriringan menuju ruang auditorium tempat diadakannya pertemuan malam itu. Senyum sumringan menghiasi wajah keduanya. Seketika keduanya menjadi pusat perhatian para hadirin ketika memasuki ruangan tersebut. Ratusan pasang mata menatap keduanya. Mereka hanya tersenyum kecil sambil membalas sapaan beberapa tamu yang mengenal si pria.
Sepasang pria dan wanita paruh baya diikuti seorang pria muda berjalan menghampiri mereka sambil tersenyum.
"Yongjun-a..kau datang?" si pria paruh baya menjabat tangan pria itu. Mereka saling tersenyum. "Siapa gadis ini?" pria paruh baya itu menatap si gadis yang masih setia menggandeng lengan pria itu sambil tersenyum manja menatap si pria, membuat pria paruh baya itu mengernyit curiga.
Keduanya saling bertatapan dan melempar senyum. Pria itu menghela nafas, kemudian kembali manatap sang empunya acara. "Istriku tidak bisa hadir. Jadi, mau tidak mau aku harus membawa penggantinya.." ia tersenyum penuh arti pada sang gadis yang menatap sang empunya acara sambil tersenyum.
Pria dan wanita paruh baya itu saling melempar pandangan tidak mengerti. "Yongjun-a, kau..."
"Dia sekretaris baruku. Kami terlihat serasi, bukan?" tanya pria itu sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Si wanita paruh baya itu terkejut seketika menutup mulutnya dengan telapak tangan, sedangkan si pria paruh baya membulatkan matanya tidak percaya. "Kau bercanda?"
"Aku serius. Dia...pengganti istriku..." kata si pria sambil menatap gadis itu dengan tatapan memuja.
"Ya Tuhan, kau benar-benar gila. Kenapa tidak membawa salah satu putrimu saja?"
Pria itu tertawa, sedangkan si gadis tetap tersenyum seolah perkataan tuan rumah tadi tidak berarti apapun untuknya. "Mereka sibuk. Lagipula, aku ingin mengenalkan sekretaris baruku pada kalian.."
"Oh Tuhan, Park Yongjun! Sejak kapan kau....kukira kau orang paling setia sedunia dan sangat mencintai istrimu. Tapi....ya Tuhan..."
Pria itu terkekeh, "tentu saja aku mencintai istriku. Tapi sesekali bersenang-senang, tidak ada salahnya, bukan?"
"Kalau sampai Yoonjung tahu, apa yang akan kau katakan?" si wanita berkata tanpa memperdulikan ekspresi masam gadis itu.
"Dia tidak akan marah..." pria itu tersenyum kemudian menatap sang gadis, "iya 'kan, Sayang?"
Gadis itu memicingkan mata menatap pria itu, "kau benar-benar melakukannya, Appa..." katanya kemudian menggeleng-gelengkan kepala.
Ketiga orang yang ada didepan mereka membulatkan matanya ketika mendengar ucapan sang gadis. "Appa??" desis si wanita paruh baya.
"Chaerin-a..." seseorang menghampiri mereka sambil tersenyum sumringah. "Park Chaerin, kau disini? Ah, senang sekali...."
Gadis itu menoleh menatap pria itu dan senyumnya merekah, "Shim Changmin!" pekiknya kemudian memeluk pria itu yang segera dibalas oleh si pria. "Aku merindukanmu, Oppa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rather Absurd
Fanfiction"jadi dia sangat cuek dan keras kepala?" "kau benar-benar tertarik padanya?" "ini akan menarik..." "aku hanya memperingatimu, jangan perlakukan dia seperti wanita lainnya..." ==========================================================================...