"Kamu pucat sekali la, kamu sakit?" Tanya Risa sambil meletakan tangannya di keningku.
"Gak sa, cuma pusing sedikit"
"Astagfirulloh, badan mu panas banget la, ayo ikut aku ke UKS jangan nolak" ajaknya yang terdengar seperti perintah.
"Gak sa, lo terlalu..." sebelum menyelasaikan perkataanku, badanku sudah tidak bisa di kendalikan. Semuanya gelap.
**
Risa Pov"Air..."
"La kamu sudah bangun? Kamu haus la?" Tanyaku pada Alula yang baru bangun, setelah 2 jam tak sadarkan diri.
"Air.." jawabnya lemah.
"Iya ini la, pelan-pelan yah minumnya" aku memberinya segelas air putih yang di simpan rizki di samping meja tempat alula berbaring.
"Kamu masih pusing la?"
Dia hanya menganggukan kepalanya.
Kenapa alula? Baru kali ini aku melihatmu selemah ini. Alula yang aku kenal adalah wanita tegar, walaupun seberat apa masalahnya dia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Dia tidak mau orang lain menatapnya dengan rasa kasihan.
"Dia sudah sadar sa?"
Risa menoleh kaget "ah kamu rizki.. mengagetkanku saja, iya dia sudah sadar"
"Yasudah, gue balik kelas yah sa. Jaga dia!"
Aku hanya mengangguk pertanda setuju dengan perintahnya. Terkadang aku aneh dengan sikap Rizki. Dia yang selalu membuat Alula kesal, tapi ketika mendengar Alula sakit dia yang paling heboh. Entah lah...
**
"Sudah bunda bilang, kamu jangan bekerja la. Lihatlah sekarang kamu sakitkan?"
"Alula tidak apa-apa bun, bunda jangan menangis. Alula kuat kok bun, kalau Alula lihat bunda menangis begini sakit hati Alula bun" jawabku sambil memeluk malaikatku ini.
"Maafkan bunda nak, bunda yang salah"
"Tidak bun, bunda tidak salah. Yang salah itu dia bun. Dia yang membuat kita menderita"
"Istigfar la, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Bagaimanapun dia kakek mu"
Yah seperti inilah bunda, selalu memaafkan semua orang yang menyakitinya. Hati bunda memang selembut sutra.
"Kamu makan yah sayang"
"Iya bun, di suapin bunda kan?" Rengekku.
Bunda hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Ih.. teh alul manja, sudah besal kok di suapin bunda sih?" Tanya Asya yang kini duduk di sampingku.
"Biarin kan teh alul lagi sakit" jawabku sambil menyubit pipi tembem adik satu-satu nya ku ini.
"Aca aja masih kecil tidak pelnah di suapin bunda"
"Masaaaaaa?" Tanyaku sambil tertawa.
"Sudah-sudah, teh alul mau istirahat. Arsya keluar yuk sama bunda".
"Tidak ah bun, aca disini aja temenin teh alul. Aca pijitin yah teh?"
Dan aku hanya mengangguk, pertanda mengiyakan tawarannya. Arsya memang adik kesayanganku, dia selalu mengerti dengan keadaan kita yang serba kekurangan ini. Dia tidak pernah merengek meminta apapun, ketika anak-anak seumurannya sedang asyik-asyiknya dengan mainan mobil-mobilan ataupun yang lainnya.
**
"Kamu yakin kuat la? Emang bunda ijinin kamu sekolah?" Tanya Risa
Sudah 3 hari aku ijin sekolah karena sakit. Dengan rayuan mautku akhirnya aku di ijinkan bunda untuk pergi sekolah hari ini, tentunya dengan beberapa syarat.
"Ya, gue kuat kok" jawabku so kuat, yah walaupun kepala ini masih terasa sakit.
"Tadinya aku sekarang mau ke rumahmu bareng kak Rafli dan teman-teman"
"Kak Rafli?" Tanyaku heran.
"Iya kak Rafli, dia tau kamu sakit. Karena waktu kamu tak sadarkan diri dia yang membawamu ke UKS tentunya dengan bantuan guru yang lainnya" terangnya panjang lebar.
"Oh.." jawabu sekenanya.
**
Hari ini memang aku berniat ke Rumah Sakit, memeriksakan kepalaku yang selalu terasa sakit. Aku memang sengaja menolak ajakan bunda kemarin, takut membuat beliau khawatir."Nona Alula Audina" panggil salah satu suster.
"Saya suster"
"Ayo ikut saya"
Aku hanya mengangguk, menyetujui ajakan suster yang cantik ini. Dari dulu memang aku senang melihat seseorang memakai pakaian putih-putih, tentunya bukan putih-putih yang belakangnya bolong, dan loncat-loncat itu yah.
"Baik nona Alula, kamu kesini sama siapa?" Tanya dokter yang ku ketahui namanya Fadli ini, tertulis di papan di meja dokter itu.
"Sendiri dok, gimana dok? Saya baik-baik saja kan?" Tanyaku penasaran.
"Begini nona Alula, sebaiknya kamu membawa orang tuamu kesini"
"Kenapa dok? Saya kan sudah besar, bisa jalan sendiri kesini tanpa orang tua tidak mungkin saya nyasar kalau cuma ke rumah sakit ini" tanyaku kesal.
"Baiklah, jika memang mau mu seperti itu. Saya akan memberitahu kondisi anda, saya harap anda mendengarkan dengan baik yah"
--------- # -----------
Udah part 3 nih..
Jangan lupa bismillah yah sebelum membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Embun Pagi
SpiritualSuara itu lagi, suara yang dulu pernah aku dengar, suara yang pertama kali langsung membuatku bergetar. Dia. Embun pagi yang sering aku ucapkkan di setiap doaku. Sang embun yang menyambut pagiku dengan sejuk hanya dengan mendengar suaranya. Memang...