Pagi yang mendung tak menyurutkan langkah kaki remaja wanita yang kini tengah berdiri dihadapan cermin besar di kamarnya yang rapi. Tangannya yang putih mungil dengan telaten merapikan seragam putih abu-abu yang di kenakannya. Sebuah senyum tersungging pada bibir merah jambu miliknya yang terlihat kontras dengan tonjolan pipi putih seperti bakpau. Sebuah nametag dengan tulisan "Ayuna Langit Prameswari" bertengger rapi diseragamnya.
"Ayuu.. cepetan, udah siang" suara wanita paruh baya itu memang sudah menjadi rutinitas bagi Ayu.
"Iya ma" balas Ayu sambil mengambil tas sekolahnya lalu segera berjalan menuju meja makan.
Ayu merupakan anak tunggal dari Keluarga Sastrowijoyo. Ayahnya bekerja di sebuah perusahaan internasional di Jakarta, sedangkan ibunya ialah ibu rumah tangga yang senang menggeluti bisnis fashion online. Hidup dalam keluarga berkecukupan tidak serta merta membuat Ayu malas untuk belajar atau mengikuti organisasi. Ayu tergolong siswa yang aktif berpartisipasi dikegiatan akademik maupun non-akademik yang diselenggarakan sekolahnya.
Diantara kehidupan Ayu yang seimbang, ada sebuah ketidakseimbangan yang selalu terjadi dengannya. Ya, di usia yang hampir menuju 16tahun ini ia selalu gagal dengan kehidupan percintaannya. Kisah cintanya selalu berakhir tragis, entah itu menjadi seorang friendzone atau digilai oleh seseorang yang dia tidak suka.
"Ayu, kok gak bilang sama mama kalo kamu punya pacar?"
Ayu menghentikan kegiatan menyuap nasi gorengnya seketika, "Pacar?!" Ucapnya dengan nada bingung.
"Tuh ada diluar, katanya mau pergi ke sekolah bareng"
Ayu menggeleng lemah, makhluk seperti apa yang membuat drama sepagi ini, mungkin dia butuh pelajaran ekstra. Dengan wajah murka, meninggalkan meja makan untuk menemui makhluk absurd yang berani mengganggu pagi indahnya. Sesampainya diteras depan, seorang pemuda dengan tinggi 175cm duduk manis disebuah Vespa berwarna biru didepan gerbang. Menyadari kedatangan Ayu pemuda itu mendongak, sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya sementara tangannya melambai.
"Selamat pagi Cantik"
Ayu memutar kedua bola matanya, "Ingin rasanya gue berkata kasar" batinnya dalam hati. Pemuda itu tak lain dan tak bukan ialah Sore. Manusia setengah idiot setengah pintar yang tengah berusaha meraih belas kasihan Ayu untuk dapat menjadikan ia sebagai seorang pacar. Ayu bukannya tidak ingin di dekati dengan Sore, hanya saja Sore terlalu banyak mempunyai fans. Bagaimana tidak memiliki fans? Sore merupakan salah satu atlet basket pria terbaik yang dimiliki oleh SMA Ayu, tak hanya itu, bakat basket yang dimiliki oleh Sore pun diakui oleh pemerintah daerah, yang menyebabkan anak itu beberapa kali dispen dari sekolah untuk mengikuti perlombaan basket tingkat provinsi. Cuma ya itu, tingkah lakunya yang "Cheesy" didepan Ayu membuat wanita itu tak percaya jika Sore bukanlah playboy kelas kakap.
Plak!
Sebuah tamparan telak mendarat di bahu pemuda itu, ia mengaduh "Galak banget sih Yu, elah" protes Sore.
"Lo ngapain jemput jemput gue?!"
"Sebagai calon yayang yang baik, gue harus latian jadi ojek cinta lo dong"
"Yayang yayang pala lo peyang, ngomong apa lo tadi sama emak gue? Ngaco banget sih lo, udah sana pergi pergi, ganggu aja lo" protes Ayu yang sudah kesal dengan kelakuan temannya yang satu ini.