Jacob terbangun, seketika merasakan sendi-sendi tubuhnya mengerang protes ketika digerakkan.
Matanya yang sebelumnya terbuka dipejamkan serapat mungkin untuk mencoba menghalau sinar matahari senja; masuk melalui jendela kamarnya yang terbuka lebar dan membawa angin lembut serta sejuk di sore hari.
Dia tahu penyebab mengapa dirinya terbangun. Dapat didengarnya—walau samar—suara percakapan dari lantai bawah.
Dia mengenali suara Sam dan ayahnya. Dia juga tidak luput mendengar ada suara seorang gadis di antara suara percakapan yang tengah berlangsung.
Bella, pikirnya tanpa sadar; mengenali suara itu dengan baik.
Jacob mencoba untuk bangun. Kepalanya terasa pusing namun tidak membuatnya mengempaskan kembali tubuhnya di atas tempat tidur.
Pandangan mata kini teredar. Dia tertegun sejenak mengamati kamarnya. Dia mulai berpikir apa yang terjadi sebelum ini.
Mengapa Jacob berada di kamarnya?
Pertanyaan itu bagaikan sebuah pelatuk di dalam kepalanya, memicu ingatan yang sempat terlupakan.
Rentetan-rentetan ingatan menghantamnya bagai ombak besar di pantai.
Jacob mulai bisa mengingat dengan jelas.
Dia mulai tahu mengapa dirinya berbaring di atas tempat tidur seperti sekarang.
Jacob ingat mengenai vampir yang menyerangnya sebelum ini.
Dia ingat bagaimana lintah pengisap darah itu menghujamkan kuku-kukunya di tubuh Jacob dan mencoba menghancurkan tulang-tulangnya.
Dia terluka parah.
Jacob masih bisa mencium sisa-sisa aroma darahnya sendiri yang seperti menempel di tubuhnya.
Dia juga tidak akan lupa bagaimana dirinya bereaksi atas serangan itu. Jacob melawan sekuat mungkin. Tentu saja hanya itu yang bisa dilakukannya.
Bagaimanapun juga Harry ada di sana. Laki-laki itu berada dalam bahaya dan Jacob ingin melindunginya.
Harry, pikirnya lagi.
Perutnya mulai bergejolak tidak nyaman.
Apa yang terjadi dengan Harry?
Apa dia baik-baik saja?
Apa dia terluka?
Jacob tidak bisa tidak memikirkan pemilik mata emerald itu. Suara di dalam kepalanya seolah-olah berteriak sekeras mungkin sampai telinganya berdenging; menghendaki Jacob untuk pergi dan melihat keadaan Harry.
Dan itulah yang akan dilakukan Jacob sekarang.
Tanpa memedulikan dirinya atau orang lain, walau itu harus membuatnya pergi tanpa mengatakan apa pun terlebih dahulu kepada ayahnya, Jacob memaksa tubuhnya bergerak.
Anehnya, dia tidak merasakan sakit dari luka yang disebabkan vampir asing itu. Tubuhnya baik-baik saja dan tidak terlihat seperti mengalami luka berat.
Jacob berpikir kalau gen serigala di dalam tubuhnya yang sudah memulihkan dirinya.
Dibukanya jendela kamar selebar mungkin.
Tanpa sadar Jacob menghirup udara sebanyak-banyaknya sampai paru-parunya terasa penuh. Angin yang berembus menerpa wajahnya terasa menyegarkan.
Dia memejamkan mata beberapa saat sebelum meremas kusen jendela dan mendorong tubuhnya melompat keluar.
Jacob melompat dengan mudah.
Tubuhnya mendarat lembut di atas permukaan tanah yang lembab dan basah; tidak peduli dengan kakinya yang telanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Path We Will Take By synchromeshade✔
Fiksi PenggemarFanfiction ini bukan hak milik saya melainkan milik Author Favorit saya synchromeshade di ffn.