"Jacob?"
Tidak ada respons yang diberikan. Tidak ada pula tindakan dilakukan laki-laki di hadapannya.
Harry menemukan dirinya tidak bisa mengalihkan perhatian dari sosok itu; berusaha mencerna apa yang terjadi beberapa saat lalu.
Bukan kali ini saja Harry pernah berhadapan dengan makhluk sihir.Werewolf bukan sekadar makhluk dalam mitos atau cerita anak-anak.
Hell, bahkan sebelum ini dia sudah pernah bertemu langsung dengan werewolf sungguhan—bukan sekadar pengubah wujud.
Remus Lupin adalah salah satu dari mereka. Dia tidak lagi terkejut menemukan mereka tidak hanya ada di dunianya.
"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?"
Jacob masih memilih bergeming. Tidak ada kata terucap dari mulut laki-laki itu.
Jacob masih menundukkan kepala—menganggap kalau kumpulan dedaunan lantai hutan jauh lebih menarik untuk dilihat—dan menolak menatap kedua matanya.
Ditariknya napas panjang dan menghembuskan dengan perlahan. Dengan hati-hati pula Harry bergerak mendekati sosok itu—mengabaikan kondisi tubuh Jacob yang telanjang layaknya bayi—lalu berlutut.
"Hei, kau oke?" Harry bertanya, sedikit memelankan nada suaranya.
Jacob akhirnya memberikan sedikit respons. Laki-laki itu mendongak sehingga kedua pasang mata mereka bertemu.
Jacob menatapnya dengan kedua pupil melebar sempurna.
Tubuhnya sedikit bergetar.Seolah-olah akhirnya menyadari kondisi Jacob sekarang, Harry merasakan darah dengan cepat berkumpul di wajahnya.
Dia berusaha keras untuk tidak mengalihkan perhatiannya selain ke sepasang mata kecokelatan itu; sekadar karena tidak ingin menginvasi apa yang seharusnya menjadi privasi Jacob.
Dilepaskannya jaket yang melekat di tubuhnya. Tanpa melihat dia bisa merasakan Jacob mengamati setiap gerakannya.
Harry berdeham pelan, menyodorkan jaketnya ke arah laki-laki itu. "Erm," Harry bergumam, mencoba memecah kecanggungan aneh di udara namun tidak begitu berhasil.
"Pakailah. Kau akan sakit jika, err, kau membiarkan tubuhmu seperti itu." Harry tidak luput melihat ada rona merah di pipi Jacob.
Laki-laki itu memang masih belum mengatakan sesuatu namun tidak juga melayangkan protes ketika menerima jaketnya.
Harry dengan cepat membalikkan tubuh. Samar-samar telinganya menangkap suara gemerisik saat Jacob berpakaian.
Ketika tidak lagi mendengar suara apa pun, dia mencoba melihat dari balik bahu.
Jacob sudah memakai jaketnya; melilitkan pakaian itu di pinggang untuk menyembunyikan privasinya.
Harry kembali berdeham dan membuat Jacob kembali memfokuskan perhatian ke arahnya.
"Jadi kau adalah"—Harry melakukan gerakan aneh dengan kedua tangannya; mendapati Jacob mengangguk singkat—"Bloodyhell, ada berapa banyak shape-shifter di kota ini, huh?"
Sudut bibir Jacob terangkat sedikit seperti tengah mencoba menyembunyikan senyumnya. Kini disadarinya sedikit keraguan dan kecemasan di wajah laki-laki itu sirna.
"Kau tidak marah?" Jacob bertanya seperti mencoba mengalihkan pertanyaannya.
Anehnya, Harry tidak begitu peduli. Dia hanya mengerutkan kening atas pertanyaan Jacob.
"Maksudku, kau tidak terlihat marah setelah tahu kalau aku adalah serigala yang sering kau temui."
"Untuk apa aku harus marah? Aku tidak punya alasan untuk itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Path We Will Take By synchromeshade✔
FanficFanfiction ini bukan hak milik saya melainkan milik Author Favorit saya synchromeshade di ffn.