[10]

403 10 2
                                    

"Sel bat gue." gerutu Raffi yang masih bisa di dengar Adinda.

"Hm?"

"Gara-gara lo, gue harus wudhu lagi." jawab Raffi yang membuat Adinda lebih bingung.

Tak lama Adinda mempercepat langkahnya dan berhenti tepat di depan Raffi. "Kok jadi kamu yang nyalahin aku, sih?! Bukannya tadi aku bilang, gak usah urusin urusan orang lain!" katanya menumpahkan amarahnya.

"Bikin kesel aja!" gerutunya lalu pergi meninggalkan Raffi.

Raffi berhenti dan memikirkan apa yang baru saja dia dengar.

Bener juga, sih, gue yang salah. Kenapa gue dengan entengnya pegang-pegang dia?

Terserahlah, yang paling penting dari itu semua dia harus sampai di Musholla daripada kena hukuman.

***

"Adinda!" seru Olivia. "Lo tau, gue cariin lu kemana-mana!" semprotnya saat Adinda mengambil mukenah di tasnya.

Merasa perkataannya tidak dihiraukan Olivia mencoba memanggil kembali sahabtnya itu.

"Din?" tegurnya. "Kamu, kamu masih marah sama aku?" tanyanya hati-hati.

Adinda menghela nafasnya dan menatap Oliv, "Jelasin." katanya.

"Jadi sekarang aku udah nggak suka lagi sama Raffi, aku nggak mau kita misah. Cukup dengan kita bertiga berteman aja, dan biarin perasaan kamu yang berlanjut, perasaan aku nggak perlu." jelas Oliv.

"Bahkan kamu tau, aku agak susah bergaul sama orang. Bagiku, cuma kalian yang bisa nerima konyolnya aku, cerobohnya aku, gilanya aku, kukernya aku, dan semua yang dianggap orang 'aneh' dari aku kalian terima apa adanya.

So, aku nggak pengen kita misah hanya karena kita suka sama cowo yang sama apalagi cowo itu sahabat kita berdua." lanjutnya.

Adinda menangis, lagi. Bukan karena Raffi, namun dia malu kepada sahabatnya. Dia sudah terlalu egois kepada perasaanya.

"Maafin aku, Liv. Maafin," kata Adinda sambil memeluk Oliv. "Aku terlalu egois, aku… aku gak mikirin gimana perasaan kamu selama ini, Liv."

"Udah, jangan nangis mulu. Ntar cantik lu ilang, hahaha!" hibur oliv sambil membalas pelukan Adinda.

"Yuk, ah, cepet! Ntar keburu ada guru yang cek ke kelas, bisa-bisa berabe, Din!" Adinda mengangguk lalu mengusap bekas air matanya.

***

"Nah, yang itu, 'tuh. Cewek itu tadi yang jalan bareng cowok gueeee!" bisik Nola kepada teman-temannya sambil menunjuk Adinda dan Oliv.

"Yang mana, sih, Cit?" tanya salah satu temannya.

"Ituuu, yang ga pake kacamata!" seru Citra.

"Bukannya itu yang emang beneran pacarnya Kak Raffi?" Citra seketika kesal, dia agak kaget, kenapa dia sampai tidak tahu akan hal itu? Pantas saja Raffi bertindak seolah-olah menjauh.

"Gue bakal bikin rusuh nanti, tunggu aja."

***

"Din!" sapa seseorang yang membuat Oliv dan Dinda berhenti.

"Jadi gitu? Lo cuma panggil Adinda doang? Lo gak liat muka gue apa?!" protes Oliv.

"Yaudah, perlu gue ulangin?" Oliv mengangguk akan pernyataan Raffi. "Tapi juga sambil lari-larian kek tadi." mereka tertawa bersama.

"Kalian udah pada dijemput? Jok motor gue masih cukup loh 1 orang!" Adinda dan Oliv saling menatap heran. "Oh, tapi buat kalian, cukup bertiga! Hahahaha!"

"Kamu kira kita cabe-cabean apa, sok mau aja, lagian aku udah naik sepeda sendiri, ya 'kan, Liv?" Olivia menganggukkan kepalanya.

"Ya kali lo mau main ke rumah gue, kan bisa muter-muter bentar gitu." kata Raffi dengan menaik turunkan alisnya.

"Mending lo anterin aja itu si Citra, biar heboh satu sekolah besok!" celetuk Oliv.

"Ogah, ah! Mending gue sama cabe-cabean kek elu!" Oliv sedikit terkejut lalu mengejar Raffi yang memang mau menghindri amukan dari Oliv.

Tapi, di sisi lain, ada seorang gadis yang iri akan kedekatan mereka. Iri bagaimana bisa 2 gadis sekaligus bisa dekat dengannya.

"Gue harus bisa nembus semuanya, harus."

***

"Haaaaaah… capek banget, coba cek sosmed, kali aja ada yang viral." Adinda membuka ponsel pintarnya lalu membuka aplikasi mengirim pesan online.

Adinda terus mengusapkan jarinya diatas layar ponselnya, sampai pada akhirnya ia mendapat 1 chat dari Oliv yang membuat Adinda terkejut.

Oliv : Diiiiiinnnn, coba kamu liat deh foto profilnya Citra!

Apaan? Aku gaada kontaknya Citra

Oliv : Yaudah aku kirimin screenshoot hp gue

Di gambar tersebut terlihat Citra memakai foto masa kecil milik Raffi dan terpajang status 'Ini kesayanganku waktu kecil'.

Oliv : Gelo banget ga si, din
Kok ga malu sama temennya

Ya, biarin aja lah, Liv
Suka - suka dia. Biar pernah bahagia gitu, hahaha!

"Kok agak kesel, ya?" gerutu Adinda.

"Ya itu karena kamu suka sama Raffi, dek!" Adinda mengerutkan alisnya lalu melihat ke sampingnya. Sejak kapan Aqilla ada di sebelahnya? Apa Aqilla tau apa yang sedang terjadi daritadi?

"Itu pacarnya Raffi?" tanya Aqilla to the point.

"Bukan, dia sama kayak aku, kok, kak."

"Cieeeee, yang sekarang ada saingannya niiihhhh." goda Aqilla sambil menoel pipi adiknya.

"Apaan, sih, kakak!" Adinda menghalau tangan kakaknya.

Apa gini rasanya cemburu tanpa memiliki, ya?

------------------------------------------------------
Naaaaaaaaaaahhhhhh, aku balik lagi setelah setahun lamanya ga update!
Kalian boleh bilang kalo aku ga niat bikin cerita, dedek gapapa kok 😔

Mungkin banyak dari kalian yang bingung, ini gimana sih kok ga update".
Jadi gini ya teman-teman, aku masih bingung konflik RaDin ini kek gimana, tapi aku udah nemuin bagian endingnya (aneh kan? Hehe) selama setahun ini aku juga sibuk di sekolah. Fullday tanpa sabtu libur :") (Alhamdulillah bisa sekolah :))

So, how? Masih nggak nyerah buat RaDin?

With all love
-Pi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bismillah, Ta'aruf DenganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang