mendalam

4 0 0
                                    

Gadis itu berlari sekuat tenaga untuk menemui hatinya, tak memperdulikan orang sekitar yang melihatnya aneh

'Pakk! Kereta ke Malang dimana?' Tanyanya dengan nafas yang terengah-engah
'Baru aja berangkat neng,'
Sesal dan sesak menyatu dalam dada, ia mengadu tubuhnya dan bersandar di tembok stasiun, kakinya sangat lemas dan hatinya tak mampu lagi menampung rasa amarah terhadap diri sendiri. Ia menutup matanya yang telah banjir oleh air mata,

'Gue bodoh!bodoh banget!' Ia terus saja menyalahkan dirinya sendiri seraya memukul mukul tembok dengan kepalan tangannya. Setelah beberapa saat menyalahkan diri sendiri, ia bangkit dan berjalan menuju supirnya, pandangannya kosong seperti orang yang baru saja kehilangan separuh jiwanya.

Brughhh

Terlihat sebuah kertas jatuh tepat didepan kakinya, ia berusaha untuk mengambilnya, tetapi sang pemilik sudah mengambilnya terlebih dahulu

'Maaf, gak sengaja,' ucapnya dengan wajah yang masih tertunduk, seolah menyembunyikan mata sembabnya, ia terus melanjutkan langkahnya, sampai sebuah tangan yang mendarat dipundaknya memberhentikan langkahnya

'Syirin?' Suara itu terdengar dari belakang punggungnya. Ia berbalik dan seorang gadis dewasa dengan wajah yang damai berdiri didepannya saat ini 'Iya?'
'Halo. Kenalin, Siska,' ia mengulurkan tangannya kepada Syirin
'Iya. Syirin, ada apa ya?'
'Hehe, kebetulan banget. Aku kakaknya Rei.'
Mata Syirin langsung terbuka lebar dan kini benar-benar terlihat sembabnya
'Ka...kak?'
'Aku mau ngomong sebentar. Boleh gak Rin? Sambil sarapan aja?'
'Hmm...i,,iya boleh.'

Mereka berjalan menuju tempat makan yang ada di stasiun. Mereka masuk ke dalam kedai khusus breakfast. Syirin masih terlihat lemas tatkala menundukkan wajahnya. Setelah memesan makanan mereka duduk dan Siska memulai pembicaraan.

'Nih, buat kamu. Titipan dari Rei'

Syirin meraih kertas itu, kertas yang tadi jatuh didepannya.

'Bukanya nanti aja, dirumah. Kakak yakin, kamu sebenernya dateng. Tapi kenapa gak bales pesannya Rei sih? Kan jadi gak kayak gini,'

'aku gak ngerti sama apa yang aku rasa. aku emang gak ada niat buat dateng pagi ini, tapi dari semalem aku merasa gak tenang. Dan ke bangun jam 4 pagi, disitu aku masih mikir dateng atau gak, jam 5 pagi aku baru mutusin untuk dateng kesini. alhasil, jalanan macet banget,' jawab Syirin dengan seutas senyuman pahit.

Siska hanya melemparkan senyuman, ia paham betul apa yang sebenarnya Syirin rasa. tak berapa lama kemudian, makanan yang mereka pesan datang. setelah menghabiskan makanannya, mereka kembali melanjutkan perbincangan.

'Rei bilang, kamu sama dia itu gak punya banyak cerita. tapi gak tau kenapa, dia susah banget ngilangin kamu dari pikirannya, dia bilang you're like the rain in the summer. datengnya tiba-tiba, membawa sejuk dan kebahagiaan, tapi gak bisa dipungkiri, ada rasa sakit juga yang menyertainya,'

Syirin terdiam dan terbelanggu mendengar ucapan Siska,

'Jujur, aku shock pas aku ikut jenguk mantannya. aku merasa gak pantes kalau hadir di antara mereka. cewek itu keliatan sayang banget sama Kak Rei,'

'Syasya? Dia yang belum bisa move on dari Rei, tapi Rei nya udah jauh. Udah berlabuh ke lain hati, kamu' ia menengguk segelas air lalu melanjutkan ucapannya 'Keegoisan emang selalu mengalahkan segalanya, ia membutakan seluruh hal yang pada dasarnya memang indah, tapi karena adanya ego, hal indah itu musnah sia-sia,'

'Aku paham, semua ini salah siapa. aku egois dan semuanya hilang begitu aja,'

'gak, bukan kamu. tapi kalian, kalian berdua sama, sama-sama pentingin ego masing-masing, kalau aja Rei mau samperin kamu kerumah, pasti kesedihan ini juga gak akan terjadi,'

Setelah saling berbicara, Syirin pamit duluan karena ia teringat Lulu dan Zahra akan kerumahnya.

*******
Didalam kamarnya, dalam keheningan, perlahan ia membuka kertas itu. Satu demi satu kata yang tersusun berhasil membuat hujan di matanya.

'Maafin gue, Kak,' gumam gadis itu, ia terlihat sangat kacau, menangis tersedu ditempat tidurnya. Setelah sekian waktu menangis, gadis itu akhirnya terlelap dalam tidurnya dengan kertas yang masih pada dekapannya.

Tok....tok...tok
Suara ketukan pintu sama sekali tak menggubris tidur Syirin.
'Nak, ada Lulu sama Zahra,' suara ibunya terdengar dari balik pintu, tetapi tetap saja tidak membangunkan gadis itu

Clekkk
Akhirnya ibunya membuka pintu kamarnya yang ternyata tidak dikunci.
'Yah, tidur rupanya,' ucap Ibunya kepada Lulu dan Zahra
'Kita tunggu sini aja deh tan, sampe Syirin bangun,'
'Yasudah, tante ke dapur dulu ya,'

Lulu dan Zahra duduk di sofa kamarnya, menatap Syirin, ia seperti tertidur dalam kesedihan. Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya Syirin bangun dan terkejut atas kehadiran Lulu dan Zahra.
'Eh? Udah disini? Dari kapan? Kok gak bangunin gue sih?' Ucapnya sambil mengikat rambutnya yang berantakan
'Ya, lo tidurnya nyenyak banget,'
'Syirin, mata lo bengkak banget,' ucap Zahra
Syirin buru-buru beranjak dari tempat tidurnya, ia langsung mencuci mukanya, setelah itu ia duduk kembali ditempat tidurnya.
'Ketemu?' Tanya Lulu dengan mata yang menyelidik, Syirin hanya menggeleng pelan.
'Yaudah, gak usah sedih gitu. Diakan pergi untuk kembali,' ucap Zahra
Syirin hanya diam dengan pandangan kosong lurus kebawah.
'Itu apa?' Lulu menunjuk kertas yang ada ditempat tidurnya Syirin yang sedaritadi dalam dekapannya ketika ia tidur.
'Tadi di stasiun, gue ketemu Kak Siska, kakaknya Kak Rei. Dia nitipin ini.'
'Tuhkan, tenang aja. Tanda kalo Kak Rei emang gak bakal lupain lo Rin, udah keliatan banget dia sayang parah sama lo,' Ucap Zahra
'Gue salah. Harusnya gue tuh ikutin apa kata kalian, harusnya gue bales pesen dari Kak Rei, harus gue gak egois, harus gue gak–' ucapannya terputus karena airmata menyesakkan hatinya
Lulu dan Zahra langsung mendekati Syirin, mereka langsung memeluk sahabatnya itu.
'Udah udah, gak usah nyalahin diri lo mulu,'
'Cerita dari Kak Siska bener-bener nusuk hati gue banget. Gue nyesel.'

Gadis itu tetap menangis dalam lingkaran tangannya yang terpangku diatas kakinya yang melipat.
Tak ada yang bisa mengubah persepsi, penyesalan selalu datang disaat akhir, keegoisan penyebab penyesalan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 17, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Rain in The Summer [2]Where stories live. Discover now