Episode 6

2.5K 132 5
                                    

          "Maksudnya?" tanya Nanda yang tak mengerti maksud perkataan kakaknya. Si kakak-Rei Keenan hanya menggeleng. "Mandi aja sono dek!" sembur kakaknya kemudian. Nanda melengos dan akhirnya pergi ke kamar mandi. Setidaknya, kakaknya bisa sedikit menghilangkan rasa terkejutnya.

          "Kak!! Papa kapan pulang?!!" tanya Nanda didalam kamar mandi. "Minggu depan!! Udah cepetan mandinya!" teriakan demi teriakan bermunculan dari kamar Nanda.

          Nanda merenung. Dia kembali. Memporak-porandakan hatinya. Mengoyak sisi terdalam masa lalu. Yang kelam dan telah bersemayam. Dengan waktu yang lalu. Mengalir bergulir masa. Nanda tahu, kepindahannya dulu tak mengubah apapun jika dia kembali. Dengan masa yang berbeda. Hati ini sudah kaku. Tak mengenal rasa dan waktu. Hanya menyimpan kenangan semu. Terbenam bersama waktu. Hingga akhirnya hati ini kembali untukmu.

          Nanda menghela nafasnya panjang. Saat ini dia dilanda galau. Dia berharap, semoga tak berjumpa lagi dengan cinta pertamanya. Karena kemungkinan, cinta pertamanya sudah menikah. Sekarang, Nanda butuh teman untuk mengobrol. Apa saja. Asal tak begini.

          Nanda akhirnya memilih untuk tidur. Daripada bengong tak ada yang diajak ngomong. Lebih baik tidur nyenyak. Karena besok senin_- Dan, ini adalah malam senin, malam paling mengerikan. Lebih mengerikan daripada berdiam diri dirumah pas malam minggu. Lebih mengerikan daripada malam juma't tanggal 13.

          Pukul 05.45. Nanda masih molor. Masih enak bergelung manja dengan guling bantal. "Dek!! Bangun!! Kalo gak, gue siram air nih!!"

          "Hmm!! Ini aku bangun!" Nanda segera beranjak dari tidurnya untuk mandi dan bersiap-siap untuk sekolah.

~♡~

          "Heh, belajar yang rajin. Jangan tidur di kelas!" Rei menasehati Nanda. Nanda hanya bergumam dan melenggang pergi dari hadapan Rei. Banyak anak-anak yang bisik-bisik mengenai kedekatan Nanda dan Rei. Pasalnya, mereka tak mengerti ada hubungan apa antara Rei dan Nanda. Nanda segera berjalan cepat dan ingin sampai ke kelasnya. Tapi, ada tubuh seseorang yang menghalanginya untuk berjalan. Nanda mendongak dengan tampang kesalnya. Ternyata Revan. Huh! Menghalangi saja! Pikir Nanda. "Apa?" tanya Nanda tak mau berbasa-basi dengan sosok di hadapannya. "Tadi siapa?" Revan bertanya tanpa memandang Nanda.

          Nanda melongo. Siapa yang mana? Lalu dia memikirkannya lagi. Ternyata yang dimaksud Revan adalah kakaknya. Nanda tersenyum devil. Ini kesempatannya supaya bisa keluar dari jabatannya sebagai 'Babu Revan.'

          "Pacarku." Jawab Nanda dengan santai. Tak memedulikan apa yang akan terjadi dengan reaksi Revan. Toh, mereka--Nanda dan Revan tak memiliki hubungan apa-apa. Mungkin, hanya sebatas antara 'Babu' dan 'Tuannya.'

          "Loe? Punya pacar? Nggak percaya gue."

          "Yaudah. Kalo nggak percaya. Kamu tanya, aku jawab. Aku juga nggak percaya kamu pernah punya pacar. Tampang urakan juga, nggak mungkin ada yang mau sama kamu." Balas Nanda tak kalah sengit. Lalu segera pergi ke kelasnya. "Ayo masuk. Bentar lagi bel bunyi." Kata Nanda sebelum benar-benar untuk pergi.

~♡~

          Selama pelajaran, Nanda hanya diam. Merenung tertahan tak berucap. Hanya menatap kosong kearah papan tulis. Sampai jam pelajaran berakhir dan digantikan dengan jam istirahat.

          "Loe kenapa, Nan? Kok dari tadi diem terus?" tanya Revan pada Nanda. Dia sudah duduk di sebelah Nanda. Memperhatikan wajah diam Nanda. Cewek itu hanya menggelengkan kepalanya saja. Pertanyaan Revan hanya dibalas gelengan oleh Nanda. Sampai kemudian Revan meninggalkan Nanda sendirian di dalam kelas.

          Nanda menghela nafasnya pelan. Perasaan itu muncul kembali. Penyebabnya yang membuat Nanda jadi seperti ini. Ia tak mau seperti ini.

~♡~

          Nanda memasuki rumahnya dengan gontai. Hingga sebuah suara yang makin membuatnya malas.

          "Hei adek kecil!! Ngapain loe jalan kayak tikus habis kejepit?" suara itu membuat Nanda memutar bola matanya malas. Kemudian memutuskan untuk langsung ke kamarnya. Rei hanya menggerutu tak jelas dan memilih untuk pergi ke kamarnya juga. Udah gede kok tingkahnya kayak anak TK :v

          Nanda mendapat telepon dari Revan. Yang menyuruhnya untuk ke tempat tinggal Revan. Menyebalkan. Pikir Nanda kesal. Jikalau bukan karena otak sialan Revan, tak mungkin ponselnya di otak-atik. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, dia memutuskan pergi ke apartment Revan.

          Sebuah pintu berada tepat di hadapan Nanda. Gadis itu menghela nafas sebentar kemudian membuka pintu di hadapannya secara perlahan. Tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Samar-samar, dia mendengar sebuah suara.

          Kemudian Nanda membuka pintunya lebar. Dan memperlihatkan jika di sofa ada tamu. Seorang pria sepertinya. Karena pria tersebut membelakangi pintu. Dan, Revan menghadap kearah pintu depan. Cowok itu mengangkat kepalanya. "Ah, rupanya loe sudah datang. Kesini." Perintahnya yang dengan suara berat khas Revan. Dengan perlahan, Nanda kembali menutup pintu dan berjalan ke tempat Revan. Gadis itu sampai di depan Revan. Tanpa menoleh kearah pria yang berbicara pada Revan. Kemudian, gadis itu perlahan membalikkan badannya. Dan langsung bertatap dengan mata itu. Bola mata Nanda membelalak kaget.
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

          "P-Pak Bagas?!"

~♡~



Karena udah memnuhi target di Chapter sebelumnya, saya nge-publish Chapter baru..

Hayoloh, ada hubungan apa antara Pak Bagas sama Revan?? 😞Caritahu di Chapter selanjutnya ok. 😙Tetep bacacerita ini terus ya.. 😚😚

Keep Voment ya..😍😍😍 Terimakasih😉

Salam hangat,

Walmauizah hasanah😍❤❤

         

Nerd Girl Vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang