Aku menyusuri sedikit demi sedikit rumah ini yang membuatku tak berhenti terpana. Selepas dari kamar Judo dan atap luas di mana aku dapat melihat langit secara langsung, ternyata masih ada ruangan lain di bawah. Ukurannya sangat luas terhubung dengan sebuah tangga besar. Kakiku meniti satu per satu anak tangga—turun ke ruangan luas di bawah. Setelah sampai, mataku menjelajah sekeliling yang keseluruhan dindingnya berwarna putih dan cenderung kosong. Di salah satu dinding terdapat sebuah benda besar berbentuk bulat dengan 3 jarum. Setiap jarum memiliki panjang berbeda yang letaknya berhimpitan satu sama lain pada satu titik. Masing-masing dari mereka menunjuk ke arah yang berbeda. Benda berjarum itu juga mengeluarkan bunyi detak. Meski tidak terlalu keras, bunyi detaknya terdengar samar-samar memenuhi ruangan.
Beralih dari benda besar, berjarum, dan berdetak itu, aku berjalan mendekati benda-benda berkilau yang berbaris rapi di sebuah rak. Masing-masing dari benda itu tertulis aksara-aksara aneh seperti di buku yang kulihat sebelumnya sewaktu aku memeriksa kamar Judo. Bentuk dan ukuran benda-benda itu berbeda satu sama lain. Ada yang berbentuk bulat, persegi, juga tinggi memanjang seperti menara kecil. Yang besar terletak di bagian paling belakang barisan, sedangkan yang paling kecil berjejer di bagian depan. Warna kilauannya pun bermacam-macam. Ada yang berwarna seperti besi, emas hingga tembus pandang layaknya kristal—berpendar indah tiada tara. Aku terkesima sekaligus penasaran. Benda-benda apa ini? Apakah mereka semua adalah perhiasan? Jika disebut perhiasan, bagaimana cara memakainya? Melihat bentuk dan ukuran mereka yang terlalu besar sebagai perhiasan, aku kembali berpikir, benda-benda ini sepertinya bukan perhiasan, tetapi harta Judo dalam bentuk lain. Dasar Judo bodoh! Mengapa menyimpan harta berharga di tempat terbuka dan mudah terlihat? Berbahaya sekali menyimpannya seperti ini karena akan mengundang kejahatan, perampokan misalnya. Seseorang yang tidak berniat jahat pun pasti akan tergoda mengambil kesempatan untuk mencuri.
Setelah selesai memperhatikan benda-benda berkilau, aku melihat beberapa kursi mengapit sebuah meja panjang yang letaknya terpaut jauh dari tempatku berdiri. Setelahnya—tepat di sisi kiri kursi-kursi dan meja panjang itu, terdapat sekat tembus pandang berukuran lebih besar dan lebih lebar dari sekat yang kulihat sebelumnya di teras kamar Judo. Di luar sekat itu, terdapat beberapa kursi besar yang tampak nyaman. Ada pula kursi-kursi tipis yang sepertinya berbahan kayu menghadap langsung ke sebuah kolam besar. Tak hanya itu, tanaman hijau ikut serta menghiasi sekeliling kolam.
"Kolam?" Aku terlambat menyadari dengan apa yang baru saja kulihat. Sontak aku berlari mendekati kolam. Saat sampai di tepi kolam, aku takjub dengan suasananya. Walaupun berada di tempat terbuka, aku tidak merasa panas sama sekali. Aku justru merasa nyaman dan damai. Pemandangannya yang asri ditambah suara gemericik air yang mengalir menuju kolam membuat hatiku menjadi tenang. "Ternyata Judo juga memiliki kolam pemandian di rumahnya." Aku berjongkok lalu mengulurkan tangan menyentuh air kolam. "Airnya dingin dan jernih sekali, biru seperti air laut."
Setelah puas bermain air di tepi kolam, aku kembali ke dalam rumah untuk melanjutkan penjelajahan. Kakiku berhenti di tengah ruangan lalu melihat sekitar. Kini, aku berdiri dengan kursi-kursi besar dan nyaman yang mengelilingiku. Kursi-kursi besar itu menghadap ke sebuah benda hitam berukuran besar dan tipis sekali. Aku berjalan menghampiri benda itu kemudian menyentuhnya perlahan. "Benda ini seperti benda yang kulihat di kamar Judo. Hanya saja ukurannya lebih besar."
Dengan penuh kewaspadaan, aku mulai melakukan pemeriksaan. Fokus utamaku adalah apakah benda ini akan menyerangku tanpa sedikitpun pertanda? Tiba-tiba, aku merasa seperti menginjak sesuatu. Aku melihat ke arah kaki dan...
"Ah!" Aku terkejut setengah mati hingga jatuh terduduk di lantai. Benda besar yang semula keseluruhan permukaannya berwarna hitam, kini bercahaya menyilaukan dan mengeluarkan bunyi keras. Secepat mungkin otakku berputar dan mendeteksi bahwa ada bahaya mengancam. Aku bergegas merangkak—bersembunyi di balik kursi besar. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan benda besar itu menyerangku. Aku merasa tidak melakukan kesalahan ataupun mengganggunya. Masih dengan degup jantung yang kencang dan napas tersengal-sengal karena penyerangan secara tiba-tiba, aku terus mengawasi keadaan. Baru saja aku dapat mengontrol diri, telingaku menangkap suara tangisan yang menyayat hati. Karena penasaran, akhirnya dengan perlahan aku memberanikan diri mengintip dari balik kursi besar untuk memastikan asal suara tangisan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get In Touch (TAHAP REVISI)
FantasyJudul awal : Loving Princess [Genre : Comedy - Romance - Fantasy] Kamala Wikrama Indurasmi, seorang Gusti Putri suatu kerajaan seribu tahun yang lalu. Bukan hanya cantik dan anggun, Kamala juga seorang gadis tangguh yang menguasai keahlian berperang...