"Mas Panca lama sekali," gerutu Ayu yang berdiri dengan gelisah menanti Panca di samping mobil operasional Judo—mobil van besar berwarna hitam yang digunakannya bersama Panca untuk melarikan diri dari para wartawan di rumah Judo. Semula mobil van parkir di depan gedung Panembrama Entertainment, tetapi Panca memindahkannya ke parkir basement untuk memudahkan mereka dalam menjalankan rencana mempertemukan sang Produser dengan Judo. "Katanya tadi mau ke toilet sebentar, tapi sampai sekarang belum datang juga. Kalau lama-lama di sini, kita semua bisa ketahuan. Rencananya pasti berantakan." Sambil menengok ke kanan dan kiri, mata Ayu menelusuri setiap sudut tempat parkir basement, mendeteksi keberadaan Panca. Namun, sosok bertubuh agak gempal berkacamata itu tidak kunjung muncul.
"Selamat siang, Mbak Ayu."
"Ah!" Ayu terlonjak. Buru-buru ia menoleh dan melihat seorang sekuriti sudah berdiri persis di sisinya. "Bapak sekuriti! Mengagetkan saja! Bilang-bilang kalau Bapak ada di sini! Aku 'kan bisa terkena serangan jantung!" sungut Ayu sambil mengelus dada.
"Saya sudah bilang, Mbak. 'Selamat siang, Mbak Ayu' seperti itu." Sekuriti mengulangi sapaannya pada Ayu.
"Aku pikir Bapak hantu," ucap Ayu.
"Hahaha!" Sekuriti tertawa. "Mana ada hantu muncul di siang bolong seperti ini."
"Bisa saja 'kan? Tempat parkir basement itu tertutup, tidak seramai tempat parkir di depan gedung yang terbuka dan terlihat banyak orang. Suasana tempat parkir basement jadi tambah menyeramkan karena hening dengan pencahayaan yang terbatas. Jadi, mungkin saja bisa muncul hantu di sini," jelas Ayu menggambarkan parkir basement seperti di film horor dan thriller yang pernah ditontonnya.
"Hati-hati bicaranya, Mbak. Kalau 'mereka' mendengar dan tersinggung dengan ucapan Mbak Ayu, 'mereka' bisa marah."
"Bapak jangan menakutiku." Ayu mengecilkan volume suaranya, kemudian memandang sekeliling tempat parkir basement, sunyi senyap dengan mobil-mobil terparkir yang ditinggal oleh pemiliknya untuk bekerja. Rasa takut langsung menyelimuti Ayu. Tangannya bergerak mengusap tengkuk yang terasa dingin dengan buku kuduk berdiri. Merinding.
"Saya hanya bercanda, Mbak." Sekuriti terkekeh. "Mbak Ayu sedang apa di sini?" lanjutnya bertanya setelah sukses menggoda Ayu tentang 'hantu'. "Dari kejauhan, saya lihat Mbak Ayu gelisah sekali. Ada apa ya, Mbak? Mungkin saya bisa bantu."
"Apa?" Ayu terperanjat. "A... aku... aku," jawab Ayu terbata-bata.
Aduh! Apa yang harus aku katakan?
Ayu bingung menjawab pertanyaan sekuriti. Ia tidak mungkin memberitahu sekuriti tentang rencana yang telah disusun serapi mungkin di ruang kerja Panji. Baik ia, Panca dan Panji sepakat merahasiakan rencana ini dengan tidak memberitahu siapapun tanpa terkecuali.
"A... aku sedang menunggu Mas Panca!" pekik Ayu tiba-tiba. "Mas Panca sedang ke toilet. Katanya sebentar, tapi sampai sekarang Mas Panca belum kembali."
Ayu tersenyum mengakhiri penjelasan dengan jantung yang berdegup kencang, berharap sekuriti tidak mencurgainya. Namun, raut wajah sekuriti terlihat aneh. Matanya menatap Ayu dalam diam dan dahinya mengernyit setelah mendengar jawaban Ayu. Cukup lama sekuriti menatap Ayu hingga membuat degup jantung Ayu bertambah kencang, sampai akhirnya sekuriti tersenyum.
"Oh, Mas Panca sedang ke toilet." Sekuriti mengangguk-anggukkan kepala. "Jadi, Mbak Ayu menunggu di sini sendirian saja?"
Sepertinya dia tidak curiga. Untunglah!
"Hahaha! Iya, Pak," jawab Ayu sambil tertawa. Sejenak Ayu memutar tubuh membelakangi sekuriti untuk menenangkan diri, mengambil napas lalu menghembuskannya perlahan. Tangannya pun mengusap-usap dada agar degup jantungnya kembali normal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Get In Touch (TAHAP REVISI)
FantasiJudul awal : Loving Princess [Genre : Comedy - Romance - Fantasy] Kamala Wikrama Indurasmi, seorang Gusti Putri suatu kerajaan seribu tahun yang lalu. Bukan hanya cantik dan anggun, Kamala juga seorang gadis tangguh yang menguasai keahlian berperang...