➡Satu⬅

151 10 3
                                    

"Kay, kalau hubungan kita berakhir, apa kamu bakal benci sama aku?" Ucap Rivan dengan bibir bergetar.

"Tapi kenapa kak?" Kayla mengernyitkan dahi.

"Jawab dulu pertanyaan aku Kay" Rivan menatap Kayla dengan tatapan penuh makna.

"Kak, aku gak benci, tapi kecewa, sangat kecewa, kita dekat dari sejak kecil, dan memutuskan untuk berpacaran sejak SMP, apa kakak semudah itu meninggalkan aku?" Kayla menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Kayla, dengerin aku, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, kita harus dewasa dalam menyikapinya, ada suatu alasan kenapa aku melakukan ini, aku tidak bisa memberi tahu kamu sekarang, ini bukan waktu yang tepat, suatu saat kamu akan temukan jawaban itu, aku harap kamu tidak pernah membenciku." Ucap Rivan kembali dengan bibir bergetar menahan rasa sedihnya.

"Tapi kak-" Belum selesai bicara, Rivan meletakkan jari telunjuknya dibibir Kayla.

"Sstt, aku mau kamu pakai ini untuk selalu mengingatku" Rivan memberikan sebuah liontin kepada Kayla untuk selalu mengingatnya.
"Kak, aku mohon, jangan tinggalin aku" Setitik air mata jatuh membasahi pipi Kayla. Dengan segera diusapnya air mata itu oleh Rivan.

"Kay, maaf, aku harus pergi, jangan lupain semua kenangan kita, maaf aku tidak bisa menjagamu seperti dulu lagi" Ucap Rivan sambil melepas tangannya dari pipi Kayla.

"Tapi kak, kakak!" Teriak Kayla mencoba memanggil Rivan, namun Rivan sengaja tak menoleh.

"Maafin aku Kay, aku tidak bisa memberi penjelasan sama kamu" ucap Rivan sambil melangkah pergi, tanpa menoleh.

"Lo jahat Van, meninggalkan gue gitu aja tanpa sebab dan alasan." Kali ini tanpa menggunakan embel-embel 'kakak'.

***
Sebuah liontin tergantung di dinding kamar, barang pemberian Rivan yang terakhir sebelum meninggalkan Kayla. Kini, Kayla menjadi sering termenung. Sosok Rivan selalu muncul dalam mimpinya.

Sudah semalaman ini Kayla menangis tanpa tertidur sedetikpun, ketika ia memejamkan mata, bayangan Rivan selalu muncul, padahal hari sudah mulai pagi, mentari masih malu-malu menampakkan dirinya.

Pukul 06.00

Tok! Tok! Tok!

"Kayla, ayo bangun, kamu kan sekolah" ucap Reni, ibu Kayla

"Iya ma, aku udah bangun" jawab Kayla, dan langsung bergegas menuju kamar mandi.

Lagi dan lagi, di kamar mandi pun Kayla masih melamun memikirkan kejadian waktu itu.

Ketika sadar, ia bergegas mandi dan segera berpakaian. Tak sampai 10 menit ia berpakaian, dan kini telah siap untuk berangkat ke sekolah.

"Ma, Kayla berangkat ya!"

"Iya sayang, hati-hati!" Ucap Reni perhatian.

Kayla segera menuju mobilnya serta menyalakan mesin dan langsung menancapkan gas menuju sekolah. Kayla melajukan mobil membelah keramaian jalanan ibu kota.

Sekitar 15 menit, ia telah sampai diparkiran sekolah. Ia turun dan melangkahkan kaki menuju kelasnya.

"Hai Kay!" sapa Andin sambil menepuk pundak Kayla.

"Eh lo Din" balas Kayla ringan.

"Hmm, mata lo kenapa Kay? Sembab gitu" Tanya Andin penasaran.

"Nanti dikelas gue jelasin"

Mereka berduapun melenggang ke kelas. Obrolan pun berlanjut dikelas.

"Kay ayo cerita ke gue!" Pinta Andin.

Surat Untuk RenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang