TIT..TIT..TIT..
Bunyi alat pendeteksian detak jantung terdengar jelas di ruangan yang serba putih ini. Terlihat Rio yang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit dengan infus yang menempel di tangan nya, disana juga Rio ditemani oleh Mama nya dan juga Cakka, Gabriel dan Alvin. Mereka hanya bisa menatap Rio yang masih belum membuka matanya. Mama Manda tidak henti meneteskan air matanya melihat anaknya ini.
"Eugghh "
"Yo kamu bangun sayang ?"ucap Mama Manda sambil mengusap kepala Rio.
Tak lama kemudian Rio pun membuka matanya. Rio memegang kepalanya yang terasa sangat pusing lalu dia pun menatap mamanya, Cakka, Alvin dan juga Gabriel.
"Rio kenapa ma ?"tanya Rio.
"Kamu habis kecelakaan yo, tapi untunglah kamu nggak kenapa-napa sayang "ucap Mamanya sambil tersenyum. Rio terdiam, dia mencoba mengingat apa yang sudah terjadi.
Setelah sudah dapat mengingat semunya raut wajah nya pun berubah menjadi panik.
"Ify dimana ma ?"tanya Rio khawatir. Mama nya dan juga yang lain merasa nafas mereka seakan tercekat saat Rio menanyakan itu, bahkan air mata mama Manda pun langsung kembali berjatuhan dan itu tentu saja semakin membuat Rio panik.
"Ma jawab Rio, Ify dimana ma ? Ify mana ? Dia baik-baik aja kan ma, jawab Rio "ucap Rio sambil menatap Mama nya itu.
"Yo "ucap Mamanya dengan suara bergetar dan saat itulah Rio merasakan jika pasokan udara di ruangan ini terasa habis. Rio hanya bisa menatap kosong mama nya bahkan air matanya pun langsung berjatuhan.
"Ify dia........"
◎◎◎◎◎◎◎
Saat ini Ray, ayah dan juga Shilla dan Sivia hanya bisa menunggu Ify di luar ruangan. Mereka hanya bisa terdiam walaupun air mata mereka sudah menghiasi wajah mereka.
Ray hanya bisa menatap kosong ke arah depan dengan air mata yang sudah menghiasi wajah nya. Ray perlahan menolehkan wajahnya, menatap wajah ayah nya. Dilihat nya sang ayah yang untung pertama kalinya terlihat begitu rapuh di matanya. Air matanya semakin deras berjatuhan, dengan perlahan Ray pun mendekati sang ayah lalu memeluknya.
Tidak ada respon dari ayahnya yang semakin membuat dadanya sesak, akhirnya isakan kecil pun keluar dari mulut Ray.
"Ayah hiks..hiks...kak Ify nggak akan ninggalin kita kan ayah ? Kakak akan selalu ada disamping kita kan yah ? Kakak nggak akan ketemu ibu dulu kan ? Ayah hiks..hiks..."ucap Ray dengan isakan nya.
Mendengar ucapan anaknya ini membuat ayah semakin deras meneteskan air matanya, di balas nya pelukan Ray itu. Mereka semua sudah mengetahui keadaan Ify. Mereka memutuskan untuk mengambil saja jalan operasi demi menyelamatkan Ify, membiarkan nyawa anak Ify dalam bahaya. Itu memang keputusan dari ayah yang sudah kalang kabut dan lebih memilih menyelamatkan nyawa anaknya daripada nyawa cucunya dan sekarang, ayah hanya bisa menangis, menyesali keputusan yang di ambil nya ini. Ayah sangat tahu jika Ify sangat ingin menjadi seorang ibu tapi ayah juga tidak ingin sampai kehilangan Ify.
Shilla dan Sivia juga ikut menangis, mereka saling berpelukan guna menyalurkan kekuatan dan kesedihan masing-masing. Tangan Shilla terkepal kuat. Dalam ingatannya kembali kembali hadir Riko yang ditemukan nya dalam keadaan tidak bernyawa dan sekarang sahabatnya juga sedang dalam diambang kematian.
"Udah cukup, Via lo ikut gue sebentar "ucap Shilla lalu dia pun dengan cepat menarik Sivia dan membawanya pergi. Ray dan ayah hanya bisa menatap kepergian Shilla dan Sivia tanpa ada niat bertanya atau apa, saat ini yang mereka pikirkan hanya ada Ify, Ify dan Ify.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Hidup Ku Season 2
RomansaAku kembali... Berjuang demi hidup nya.. Dia yang selama ini membuat ku nyaman... Dia yang selama ini membuat ku mengerti arti dari semuanya.. Tanpa dia aku bukan apa apa.. Tapi akankah aku berhasil .. Bagaimana jika aku gagal Aku yakin kamu pasti...