"Jadi, kabar baiknya adalah hari ini ibu akan bagikan hasil TO kalian yang ke 3 dan ibu akan bacakan dulu hasilnya." kata Bu Dwi sambil memegang kertas yang akan ia bacakan itu. "Tidakkkk...." sahut anak-anak kelas. "Absen 1, 56, 78, 62."
Sampai akhirnya tiba pada absen ku dan aku agak takut karena semua anak-anak yang sudah dibacakan rata-rata tidak tuntas nilainya, "Absen 22, 98, 100, 100.". Lalu semua mata anak-anak tertuju padaku dan setelah itu mereka bertepuk tangan. "Absen 25, 90, 92, 94.". Wah, ternyata Rizky pintar juga, memang dikelas aku peringkat 1 di kelas, namun temanku Rizky mendapat peringkat 3, lalu peringkat 2 diraih oleh Kiara.
Setelah pembacaan nilai selesai dan hasilnya sudah dibagikan, aku langsung beranjak dari kursiku dan pergi ke tempat Rizky untuk membicarakan tentang nilai. "Wah, hebat bet lu, dapet cepe 2." kata Rizky sambil melihat hasil nilaiku. "Hehe, makasih." jawabku.
"Woy." sahut Kiara yang tiba-tiba menghampiri kami. "Lu pada dapet berapa, liat ya.." tanyanya, lalu kami menjawab dengan anggukan kepala.
Tiba-tiba Fifi datang, dia anak baru saat kelas 4, dia tidak terlalu pintar dan sering pb, dia tidak memiliki paras yang cantik namun hatinya sangatlah baik. "Hai, widih pada dapet bagus, gua 56, 78, 62." ucapnya sambil menunjukan hasil TO miliknya, Fifi nomor absen 1 karena nama panjangnya adalah Afifilia Gendi. "Iya, hehe." jawabku dan Rizky bersamaan. Lalu Kiara dan Fifi saling mengecek nilai kami.
•••••
Istirahat tiba, aku berkumpul dengan Amal, Nita, dan Rita untuk makan bersama. "Hai, eh woi... kalian udah dikasih hasil TO?" tanya Rita lalu mengunyah bekalnya. "Udah.." jawabku, Nita, dan Amal berbarengan. "Pada dapet berapa?" tanya Rita lagi. "Aku, 88, 90, 92." jawab Amal. "Aku, 94, 98, 96." jawab Rita. "Aku 98, 100, 100." jawabku lalu mereka menatapku terkejut. "Ya ampun, itu nilai tinggi bet." sahut Rita. "Iya, Di. Kamu pinter banget." tambah Nila. "Hehe makasih." jawabku.
"Eh, kalian SMP mau dimana?" tanya Amal, aku tahu pasti Amal ingin memastikan Nila SMP dimana, karena dia dan aku masih setia sama Nila. "Aku mau di Jakarta, aku mau di SMP Negri yang menjadi sekolah favorit." jawabku. "Hmm... berarti nanti kita bakal pisah dong?" tanya Nila. "Tapi itu baru rencana." jawabku. "Tapi kan harus daftar jauh-jauh hari." kata Rita. "Hmm, entahlah." jawabku ragu. "Kalo aku mau di SMP Mulya." jawab Nila. "Oh, aku juga ingin ke sana." kata Amal. "Hmm, aku juga mau di SMP Mulya tapi aku juga ingin di SMP Bhakti." jawab Rita. "Di SMP Mulya aja Rit, biar bareng hehe." kata Nila. "Ok nanti aku pikirin lagi." balas Rita.
Lalu bel berbunyi dan kami kembali ke kelas masing-masing. Sebelum masuk ke kelas aku bertemu dengan Rizky dan kami sempat mengobrol sedikit tentang SMP yang akan dituju. Lalu Rizky bilang ia ingin di SMP Mulya juga, sepertinya banyak teman-temanku yang ingin di sana.
•••••
Aku pulang ke rumah, mendapati kakek yang sedang makan dengan buburnya. "Kakek, nanti jangan lupa makan obatnya." kataku. "Iya." jawab kakek.
Lalu aku pergi mengambilkan obat kakek yang terletak di dapur. Ku lihat obatnya tinggal sedikit. Lalu aku pamit kepada kakek untuk membeli obat didekat klinik rumah, sambil memberikan obatnya kepada kakek.
Diperjalanan, aku melihat Bryan sedang membawakan belanjaan bersama ibunya dari supermarket terdekat. Saat ibunya bertatapan denganku, ia menjatuhkan belanjaanya dan lari lalu memelukku.
Lalu ia melepaskanku, ku lihat matanya berkaca-kaca. "Hai, sudah lama kita tidak bertemu, nak." kata tante itu. Ku lihat wajah Bryan memerah bagaikan orang yang sangat membenciku. "Eh, em permisi tante, saya harus pergi." kataku lalu pergi meninggalkan tante itu. Lalu Bryan memberikan tatapan sinis kepadaku.
•••••
Klinik ini sangat ramai, wajar saja karena klinik itu sudah lama dan terkenal paling lengkap se-desaku. Aku mengantri selama 20 menit sambil memgang resep yang hendak kuberikan dan juga dompet kakek yang berisikan kartu debitnya.
Sesudah aku membelinya, total harganya Rp 500.000. Aku sudah tidak terlalu terkejut dengan harganya.
Saat keluar dari klinik, aku merasa haus, lalu aku pergi ke toko yang ada disebelahku. Aku membeli satu botol teh dingin rasa madu.
Setelah membelinya, aku beranjak dari toko tersebut, lalu pulang kerumah sambil meminum teh yang baru kubeli dengan uang jajanku.
•••••
Di rumah, aku melihat kakek tergeletak di kasur sambil tertidur lelap. Memang belakangan ini kakek sangat sering sekali tidur seakan kakek sangat letih sekali.
Lalu aku tidak sengaja melihat buku tabungan kakek. Saat aku membukanya aku melihat setiap bulannya kakek mendapat uang sebesar Rp 3.000.000 dari pensiunnya. Lalu kulihat lagi kakek mendapat uang sebesar Rp 5.000.000 dari Shinta Lidia Ratnawati Perez. Aku terkejut dengan nama itu, karena inisialnya mirip dengan huruf-huruf yang ada di foto yang kudapatkan dari hadiah ulang tahunku waktu itu. Namun agak berbeda karena ada tambahan Perez dibelakangnya. Seperti nama Bryan, yaitu Bryan Rudiatno Perez. Berarti, ini mamanya Bryan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lonely Child
General FictionOdi adalah seorang anak kecil yang berumur 5 tahun. Hidupnya yang bahagia tiba-tiba menjadi menyedihkan ketika kedua orangtuanya meninggalkannya. Lalu, Odi hidup berdua bersama Kakeknya. Apakah kisah hidup Odi akan bahagia selanjutnya? Atau bertamba...