chapter 5

40 4 1
                                    

Sebuah kenyataan yang diluar dugaan bagiku. Semua itu membuatku menjadi merasa bersalah. Setelah beberapa lama aku tidak lagi menjenguk anike. Namun ketika aku menemuinya, kini dia tak lagi ada disini. Ini kuasa Tuhan.

Tangisku pecah saat melihat gundukan tanah merah yang ada dihadapanku. Dia sahabatku yang kini telah pergi meninggalkanku.

Aku meremas gundukan tanah itu dengan kuat. Air mata penyesalan mengalir dengan deras di pipiku.

"Aku nggak tau lagi harus gimana. Kamu pergi tanpa aku ketahui." aku menangis sekencang-kencangnya.

Sebuah tangan mengusap air mataku dengan lembut. Tangan itu milik iqbal, kakak anike.

Dia meraihku kedalam pelukannya yang terasa hangat bagiku. Aku tak mampu menolak perbuatannya yang begitu membuatku nyaman.

"Sudah jangan menangis lagi. Anike pasti tidak suka melihatmu seperti ini." kata Iqbal.

Kepalaku tertunduk dengan mata yang terpejam. Hatiku terasa nyeri saat mengingat semua kenangan yang ia tinggalkan.

"Ayo kita kembali." Iqbal menarik tubuhku yang tak berdaya. Pria itu membawaku kerumahnya.

Sesampainya disana Iqbal membiarkan aku untuk memasuki kamar Anike. Kamarnya masih sama, rapi dan terawar. Tidak ada bedanya dari dulu.

Aku menghempaskan tubuhku di kasur dengan memeluk selimut yang sering gadis itu gunakan.

Jika kalian bertanya tentang perasaan ku, maka aku juga akan bertanya pada kalian. Bagaimana perasaan kalian jika seseorang yang kalian sayangi seperti keluarga sendiri pergi dan meninggalkan kalian untuk selamanya?? Sakit? Pasti! Rasanya sangat sakit. Apabila ketika mengingat semua yang telah berlalu.

Hari-hariku selalu kuhabiskan bersamanya. Dia yang telah pergi jauh.

Tiba - tiba Iqbal datang dan memeluk tubuhku. Pria itu membawa selembar kertas yang aku duga itu adalah sebuah surat..

"ini untuk kamu" Iqbal memberikan kertas itu padaku.

Jantungku berdetak dengan cepat saat menyentuh kertas itu. Perasaanku mulai tak karuan.

Vote and comment

TAKDIRKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang