Peri!
Bukan peri kecil bersayap seperti yang ada di kisah dongeng anak-anak. Namun peri berwujud manusia. Peri yang dapat melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan manusia. Peri-peri yang memiliki kekuatan khusus.
Suatu hari, peri-peri kecil yang sedang berlarian di taman, melakukan kesalahan dengan saling mempertunjukan kemampuan supranaturalnya. Mereka tidak sadar bahwa ada manusia yang sedang mengawasi. Mnusia yang juga seoang ilmuwan jahat dengan kedudukan yang cukup tinggi di negaranya.
Tentu ilmuwan itu terkejut. Dia tidak pernah menyangka bahwa anak-anak kecil ini mampu melakukan hal-hal yang tidak masuk akal seperti layaknya sihir.
Seorang ilmuwan tidak percaya pada hal-hal berbau mistis. Karena itulah dia sangat tertarik pada anak-anak kecil ini. Dia merasa bahwa ada rahasia tersembunyi di balik pertunjukan itu. Ilmuwan jahat itu ingin mengetahui segalanya.
Bagaimana cara anak-anak itu mendatangkan hujan kecil? Bagaimana cara anak itu mengeluarkan api? Bagaimana cara anak-anak itu mengendalikan angin topan? Bagaimana cara anak-anak itu berpindah dari satu tempat ke tempat lain? Semuanya menjadi misteri yang menarik bagi ilmuwan itu.
Dia adalah orang dengan posisi tinggi di negaranya. Dengan kata lain, dia memiliki kekuatan. Kekuatan untuk menjebak dan menangkap anak-anak kecil itu. Menempatkannya dalam laboratorium hanya demi meneliti kekuatan-kekuatan aneh yang dilihatnya.
Berhari-hari dia terus meneliti kelinci percobaan spesial yang ditangkapnya. Namun tidak ada satupun petunjuk yang dapat memuaskannya. Organ-organ, aliran darah, dan gelombang otak, semuanya sangat mirip dengan manusia normal. Bahkan sang ilmuwan pun tidak pernah menyadari bahwa yang ditelitinya adalah mahkluk mistis yang disebut peri.
Di tengah keputusasaan, sang ilmuwan jahat melakukan penelitian terakhir. Ilmuwan itu melakukan eksperimen dengan cara menempatkan peri-peri itu di tengah-tengah masyarakat. Ilmuwan jahat itu ingin melihat, bagaimana sikap anak-anak aneh itu saat berhadapan dengan orang-orang sekitar. Bagaimana pula sikap orang-orang ketika melihat anak-anak itu mempertunjukan keanehannya.
Untuk memulai eksperimen itu, anak-anak itu harus dicuci otak agar mereka lupa siapa mereka dan darimana mereka berasal. Mereka diterjunkan ke tengah-tengah manusia, dengan beranggapan bahwa mereka pun juga manusia. Manusia dengan kekuatan aneh yang dapat menggetarkan dunia.
***
Seperti itulah kisah yang dulu pernah diceritakan ibu kepadaku. Setiap kali ibu membahas tentang peri-peri itu, aku menjadi sangat antusias. Terkadang aku bertanya-tanya kepada ibu, "Bagaimana nasib peri-peri kecil itu? Apakah mereka berhasil lolos? Bagaimana akhir dari kisah itu?" Pertanyaan semacam itu sering kulontarkan, dan ibu pun memiliki jawabannya.
"Mereka masih hidup di tengah-tengah kita hingga sekarang."
Mendengar jawaban ibu, aku menjadi sangat sedih.
"Jadi peri-peri itu tidak bisa lolos dari tangan ilmuwan jahat?"
Ibu hanya tersenyum. "Tenang saja, ilmuwan itu sudah terlalu tua. Dia sudah meninggal sebelum menemukan petunjuk apapun. Penelitian itu sangatlah rahasia sehingga tidak banyak yang tahu. Sekarang, peri-peri itu dapat hidup bebas di dunia ini."
"Tapi tetap saja! Mereka tidak bisa kembali ke tempat asal mereka!" protesku tidak puas.
Ibu yang melihat wajah tidak senangku, mengusap-usap kepalaku dengan lembut. Mendekatkan bibirnya di telingaku dan berbisik, "Tenang saja anakku. Selama masih bisa melihat bintang, di manapun peri-peri itu hidup tidaklah penting."
Ya! Selama masih bisa melihat bintang, dimanapun peri-peri itu hidup tidaklah penting.
Kata-kata yang terus tersisa di benakku. Tidak pernah hilang dari pikiranku meskipun aku harus berdiri di sana. Berdiri tepat di sebelah makam ibuku. Berdiri hanya untuk meratapi apa yang sudah tiada. Hanya untuk mengulang kembali memori lama, memori masa kecil yang justru membuatku semakin sedih.