BAGIAN 2 : THALIA YANG BERISIK

1.9K 93 2
                                    

Hari itu, jika saja aku tidak mengabaikan semua kebisingan yang kamu lakukan. Mungkin tak akan pernah rasa sesal singgah dalam hidupku. Karena kau, hidupku menjadi rumit.

-Axal Wijaya

Hari berikutnya Thalia berangkat bersama dengan kakaknya, Thania. Thalia dengan kakaknya berselisih umur 4 tahun, dan kini kakaknya duduk di bangku kuliah semester akhir. Kenapa? Karena memang kakaknya Thalia, Thania tipikal orang yang jenius. Thalia aku i itu. Dia mengikuti kelas akselerasi saat SMP dan SMA, itu membuatnya semakin dibanggakan oleh kedua orang tua mereka.

Berbeda dengan Thalia yang selalu mendapat nilai merah di rapot hingga kedua orang tua mereka enggan mengambil rapot atau bahkan menghadiri rapat orang tua. Selalu saja pengurus rumah mereka yang mewakilkan. Kadang Thalia selalu merasa dirinya di anak tirikan oleh kedua orang tuanya sendiri. Bahkan tidak jarang Thalia dibanding – bandingkan dengan kakaknya sendiri. Ayolah! Kemampuan seseorang itu berbeda! Bukan berarti jika kakaknya jenius adiknya pun harus demikian! Barangkali dia mempunyai keahlian dibidang non akademik? Tapi karena selalu dibandingkan, selain semangat belajar yang menurun, Thalia jadi enggan melaku kan aktivitas diluar akademik atau bahkan menggali bakat yang dia miliki.

Sebenarnya Thalia tidak mau berangkat diantar oleh kakaknya, namun karena paksaan sang bunda dengan ancaman, tentu Thalia tidak bisa menolak. Dia tidak ingin uang saku yang menjadi sumber kehidupan perutnya itu menjadi korban egonya sendiri. Bukannya Thalia tidak mempunyai uang, tentu Omanya yang berada di Bandung akan selalu mengirim uang ke rekeningnya setiap bulan. Neneknya itu paling mengerti Thalia memang, dia yang selalu membela Thalia jika ayah dan bundanya sudah mulai membahas nilai akademik kakaknya dan membandingkan dengan nilainya.

"Kamu tuh kenapa sih dek? Akhir – akhir ini jarang banget ada di rumah? Terus kenapa lagi sama penampilan kamu ? Tidak mencerminkan anak sekolah. Malu dek, keluarga kita itu keluarga terpandang. Ayah pengusaha terkenal, bunda yang ngurus Yayasan tempat kamu sekolah. Gak kasian apa kalau misalnya nama ayah ternodai gara - gara mereka tahu anak bungsu ayah kaya gini modelnya?! Apalagi dengan status kamu sebagai cucu pemilik sekolah." Thania berkata tegas berharap adiknya mengerti.

Thalia memutar matanya jengah, "Pikir aja sendiri! Jangan mentang – mentang kamu anak emas yang selalu ayah bunda banggain, jadi so ngatur hidup aku! Aku ya aku, kamu ya kamu. Jangan samain aku sama kamu. Udah muak aku dengernya dan itu bikin aku gak betah buat berlama – lama ada di rumah." Ucapnya sarkastik.

Thania menghela nafas berusaha tenang menghadapi Thalia, "Bukannya gitu dek, teteh cuma pengen yang terbaik buat kamu. Mana Thalia yang teteh kenal dulu?"

"Halah! Yang bikin Thalia jadi gini tuh gara - gara kalian juga!" Sarkas Thalia. "Harus dituntut untuk bisa sejenius kamu. Kalian gak pernah tahu seberapa tertekannya batin aku saat kalian bandingin nilai kamu sama aku. Ya jelas bedalah! Gak akan mungkin sama. Kalian juga gak akan pernah ngertiin bagaimana perasaan aku saat liat orang lain yang rapotnya dibawa oleh orang tuanya masing – masing sedangkan aku yang selalu diwakilkan.

Kalian juga gak akan pernah mau tahu apa kemauan aku, apa yang bisa aku lakuin terlepas dari nilai akademik aku yang jelek, yang kalian tahu hanyalah aku harus nurutin apa yang kalian inginkan. Sekarang, udah saatnya aku keluar dari itu semua, udah saatnya aku untuk mencari jati diri aku yang sebenarnya. Jangan pernah menghalangi jalan aku! Kalian itu hanya bisa menuntut tanpa mau menuntun." lanjutnya menatap tajam kakaknya yang tengah fokus menyetir disampingnya dengan tenang.

"Berhenti!" ucap Thalia memerintah namun perintah itu sama sekali tidak digubris oleh Thania.

"Teteh berhenti atau aku loncat!" Ancaman Thalia kini berhasil membuat Thania menepikan mobilnya. Tanpa mengucap sepatah katapun, Thalia langsung keluar dan menyetop taksi yang kebetulan lewat, Thalia masuk ke dalam taksi dengan mata yang mulai berair tanpa Thania sadari. Thalia selalu tidak bisa mengendalikan emosi jika bersama dengan Thania, entah karena rasa iri yang selalu ia pendam saat melihat kedua orang tua mereka selalu membanggakan Thania di depannya, atau karena masalah lain yang memang membuat emosi Thalia selalu terpancing saat bersama Thania.

So Far Away ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang