Happy Reading Guys
⚫-⚫
Melindungimu adalah sebuah kebanggaan bagiku. Tapi bagaimana mungkin melindungimu jika aku merupakan salah satu masalahmu
***
DEMI apapun-Demi Tuhan-Demi Dewa-Rifky tidak pernah gugup seperti ini sekarang. Apa ini rasanya akan berbicara dengan calon kakak ipar? Maksudnya kakaknya Alexa. Nih mulut emang harus dilakban, pikirnya kesal.
"Hoi! Kesini sebentar," panggil seseorang padanya.
Ternyata itu suara kakaknya Alexa. Apa tanda sinyal wawancara akan segera dimulai? Kapan kakaknya Alexa tiba? Apa Rifky juga harus memberikan juga julukan makhluk astral layaknya Alexa memberikan julukan itu padanya. Tidak. Tidak ada yang boleh mendapatkan julukan itu selain dirinya. Karena bagi Rifky, julukan itu merupakan kata 'sayang' dari Alexa. Tuh mulut bener-bener ya Ky. Hm. Bacot ya..., sahut Rifky dalam hati.
"Ayo ... duduk disini." Rifky hanya menurut saja. Biasa, pecintraan. Harus ingat! Pencitraan itu penting.
"Oh ya, kenalin, nama gua Farhan, kakaknya Alexa. Lo?" Farhan memperkenalkan diri pada orang yang belum di kenalnya ini. Makanya kenalan biar kenal. Sama kaya gebetan, jika belum kenal namanya, kenalan. Tapi kalau sudah tahu namanya pura-pura kenalan saja. Biar ada kemajuan. Jangan hanya nge-stalk medsosnya terus jerit-jerit seperti orang kesurupan pas liat fotonya. Tidak ada kemajuan, malah dikatain orang gila.
Mari bersama-sama keroyok mantan yang masih playboy saat ini.
"Rifky Mahendra. Panggil aja Rifky, kalau enggak Iky, juga boleh." Asal jangan Mandra aja. Jawabnya sembari berjabat tangan dengan Farhan.
"Kenal Alexa dari mana?" tanya Farhan menyelidik. Kedua tangannya ia lipat didepan dadanya.
Keringat dingin mulai muncul pada tubuh Rifky. Bagaimana ini? Apa yang harus ia katakan? Tidak mungkin jika ia harus berbicara sebenarnya pada Farhan. "Dari temen." Bohong.
"Oh ya Ky, tadi emang abis kemana sama Lexa? Kok pulang-pulang bisa ketiduran sih? Beneran gak lu apa-apain 'kan?" Pertanyaan yang ngebet banget Farhan tanya, akhirnya dikeluarkan juga.
"Oh ... yang tadi?" Farhan mengangguk. "Tadi kita abis belajar bareng. Gua disuruh guru buat ngajar Alexa. Kata gurunya sih Alexa nilainya agak menurun," jelasnya. "Karena gua termasuk, yah, bukannya sombong si, peringkat tiga sekolah, jadi itu guru minta gua buat ngajarin adek lu, Bang."
Farhan menoyor kepala Rifky hingga membuatnya meringis. "Itu mah sombong bego."
Aura yang tadi dikira Rifky menegangkan, mencair seketika. Ternyata Farhan tak semenakutkan yang dia kira. Dua playboy ini cepat sekali akrab, seperti sebuah saudara. Perawakan hampir sama, sifat sama, atau jangan-jangan mereka ... saudara yang terpisahkan? Tidak mungkin. Saudara terpisahkan Farhan 'kan hanya Thomas Sangster dan Dylan O'brien.
"Satu pertanyaan gua, kok tuh guru nunjuk elu jadi si tutor. Emang bisa diandelin?" Farhan kembali bertanya.
Rifky menyenderkan tubuhnya pada senderan bangku. "Kata gurunya gua merupakan orang jenius yang deket ama si Alexa, makanya dia nunjuk gua."
"Gak jadi satu dah, banyak pertanyaan yang mau gua tanyain."
Keringat dingin bercucuran, siapkan mental dan fisik kamu Ky untuk menjawab pertanyaan yang tidak-tidak. Ini mah jadi dah wawancara, pikirnya takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
principle; say no to badboy
Jugendliteratur[on hold] "Coba aja, lu gak akan bisa ubah prinsip gua, Ky!" Rifky yang sudah agak jauh berhenti karena teriakan dari arah belakang, lalu kembali menatap Alexa dengan senyumnya yang tak bisa dijelaskan. "Hanya diam, dan saksikan." Dan Rifkypun benar...