Alex digiring keluar dari dalam ruang interogasi dua jam kemudian. Adam mengantarnya sampai ke ruang tunggu saksi. Dengan suara bernada ancaman, Adam memberitahunya, bahwa selama penyelidikan kasus pembunuhan Meli berlangsung, Alex dilarang bepergian jauh dan dia dikenai wajib lapor selama 1 x 24 jam. Alex mengangguki setiap perkataan polisi gila itu, sebelum kemudian melongos pergi dengan langkah gontai. Dia benar-benar lelah. Diperiksa selama berjam-jam tanpa jeda waktu ternyata cukup membuat tubuhnya terasa kaku seperti mayat.
Alex sempat menoleh lagi sebelum meninggalkan tempat itu. Dia melihat Irina, teman dekat Meli, duduk di kursi tunggu paling ujung sembari menganyunkan kedua kaki. Ketika namanya dipanggil oleh seorang petugas polisi berseragam, Irina memasuki ruang interogasi dengan pandangan kosong. Sosoknya menghilang begitu pintu ruang interogasi ditutup rapat-rapat.
Suasana koridor cukup ramai hari itu. Beberapa petugas polisi tampak keluar-masuk dari dalam ruangan. Alex kemudian berbelok menuju lobi. Matanya terlalu sibuk memerhatikan setiap ruangan yang dilewatinya, sampai-sampai dia tidak sempat menghindar. Tanpa sengaja dia menabrak seorang pria. Berkas-berkas yang dibawa pria itu sampai jatuh berserakan di bawah kakinya. Alex membantu memungutinya. Di antara berkas-berkas tersebut, dia mendapati secarik kertas berisi data diri VJ dan juga--selembar surat keterangan adopsi?
Alex terkesiap ketika lengannya tiba-tiba saja dicekal dengan sangat kuat oleh pria itu. Dia menoleh tidak suka. Pria itu menariknya berdiri. Rupanya postur tubuh pria itu jauh lebih tinggi darinya, sehingga Alex mesti mendongak untuk menatapnya.
Pria itu mengenakan kemeja putih dan dasi merah di lehernya. Tampak sangat rapi. Dari seragam yang dikenakannya, Alex tahu pria itu adalah seorang penyidik. Kendra M. Sebuah nama tertulis pada tanda pengenal yang dia kenakan. Tanda pengenal itu berayun, ketika Alex berusaha mengempas cekalan pria itu darinya.
"Hei, lepas!"
“Kau bilang VJ bukan pelakunya.” Penyidik bernama Kendra itu bicara tanpa basi-basi. Tatapan matanya begitu tajam, tetapi terlihat getir secara bersamaan. Rambutnya lumayan panjang di bagian depan, tetapi tidak dengan sisi kanan-kiri dan bagian belakang kepalanya. Dia mencukurnya sampai kulit kepalanya nyaris terlihat. “Apa kau ingat pukul berapa VJ meninggalkan hotel?”
"Ha?" Alex sempat terbengong cukup lama. Setelah dijejali berbagai macam pertanyaan oleh Adam, kini dia harus diserang pertanyaan lagi. Namun, Kendra berkeras memaksanya menjawab. Ingatan Alex kemudian melayang pada menara jam yang dilihatnya melalui jendela besar hotel. "Jam dua lewat lima belas menit, kami masih berada di hotel. Menara jam terlihat jelas dari sisi kiri hotel." Alex mengangguk yakin.
Kendra melirik lantai sebentar. Kening Alex berkerut dalam. Usai mendapat jawaban yang dia inginkan, pria itu kemudian melenggang pergi dari hadapannya.
____________________
Orang yang memiliki krisis kepercayaan diri selalu berusaha menjauh dari dunia. Seperti itulah dia, Virja Yazid. Dia merasa harus terkucilkan, sebab dia tidak memiliki apapun untuk dibandingkan.Ketika dia berada di titik terendah dalam hidupnya, dia akan berlari secepat kilat, menjauh dari segala kemungkinan, kemudian berbaur dalam keramaian, hingga dia lenyap bagai asap.
Dia hidup, bernapas, sama seperti orang lain. Tetapi, udara yang dia hirup hanya akan membuatnya merasa semakin tercekik.
Trauma masa lalu, kecemasan, dan rasa frustasi. Semuanya terlalu menyakitkan. Tidak ada lagi tempat tersisa untuknya. Meskipun begitu, dia tetap berusaha. Melawan ketidakpastian dunia dengan cita-cita. Akan tetapi masa lalu membuatnya takut untuk melangkah lebih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [Completed]
Misterio / SuspensoWARNING! Cerita ini mengandung konten kekerasan [Case+Police+Thriller] #1: AKP Kendra Masturi dihadapkan pada kasus pembunuhan Melia Ivanka, seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Medan. Banyak hal janggal yang terjadi selama pen...