Sebelas

30 6 7
                                    

"Suara lo lumayan juga ya." Ujar Rio sambil memetik asal senar gitarnya.

"Diih ngeledek ya lo." Donna menimpuk Rio dengan bantal.

Setelah itu tidak ada lagi yang membuka pembicaraan, hingga akhirnya Donna menyerah dan membuka suaranya, "Eh lo dulu kok bisa diselingkuhin sama mantan lo sih? Gimana ceritanya?"

Rio menghentikan kegiatan memetik gitarnya, lalu menerawang jauh. "Singkatnya sih dia dulunya itu lugu makanya gue bisa sayang sama dia. Tapi semenjak orang tuanya sering berantem dan berakhir cerai, dia mulai nggak jelas pergaulannya suka keluar masuk club, ikut balapan liar, setiap ada party selalu ikut. Gue saat itu masih bisa sabar terus suatu hari waktu gue dateng ke acara ulang tahun temen gue di club, dia kepergok jalan berdua sama cowok. Waktu gue tanya dia jawabnya kalo cowok nya itu pacarnya."

Rio berhenti sejenak, "Ya selanjutnya lo tau lah apa yang terjadi, gue berantem sama dia dan dia lebih milih cowok nggak jelas itu."

Donna hanya mengangguk sebagai responnya.

"Kok respon lo cuman kayak gitu sih? Tidak memuaskan sekali." Rio mendengus kesal.

"Lha emang gue harus gimana? Harus kaget kaget sampe kejang? Nggak kan? Ya udah." Donna merebahkan badannya di kasur.

Rio menghampiri kasur Donna dan duduk di pinggirnya, "Iya juga sih, lagian gue sekarang udah nggak ada rasa sama dia. Mungkin rencana Tuhan hanya mempersatukan gue sama dia buat sementara,karna Tuhan tau dia nggak baik buat gue, mungkin juga Tuhan pingin gue merasakan sakit dulu sebelum kebahagiaan yang sebenarnya  ."

Donna menatap Rio ngeri sambil perlahan menjauh dari Rio, "Gila! Gila! Bahasa lo ngeri!" Pekik Donna tertahan.

"Lahh lo kenapa sih Donn?" Raut bingung tak terelakkan di wajah Rio.

"Lo yang kenapa, kok tiba tiba bijak gitu?" Suara Donna mulai melunak.

"Ishh gue lagi serius malah dikira kesambet." Rio cemberut sambil menggerutu.

"Heh gue nggak ada ngomong lo kesambet ya." Tuding Donna.

"Lagian lo sih baperan banget malem ini, cuman gara gara ditanya mantan aja jadi baper." Ketus Donna.

Rio melengos kemudian membawa gitarnya pergi dari kamar Donna. Ya Rio sedang ngambek.

"Elahh ngambek lagi, woy besok berangkat sekolah gue nebeng ya." Teriak Donna sebelum Rio benar benar hilang dari penglihatannya.

•••

Keesokan harinya Donna sudah bangun pukul 05.00 lalu bergegas bersiap siap untuk berangkat sekolah. Pukul 06.30 Donna keluar dari kamarnya sudah lengkap dengan seragam dan tas yang tersampir di bahu kanannya.

Bertepatan dengan itu, Rio juga keluar dari kamarnya namun seragam Rio belum rapi dan resleting tas nya masih terbuka lebar, tidak hanya itu ia jalan sambil sesekali menguap.

"Heh lo udah mandi belum sih? Masih kucel gitu." Tanya Donna sambil berjalan beriringan menuju meja makan untuk sarapan.

"Udah tapi gue masih ngantuk semalem tidur jam 2." Mendengar hal itu, Donna menjitak kepala Rio.

"Lagian suruh siapa tidur jam segitu? Pasti mikirin mantan lo itu ya?" Donna terkekeh dengan argumennya sendiri.

Belum sempat Rio mengelak, mereka sudah sampai di meja makan yang sudah terisi mama papa Donna dan juga Bang Diaz.

"Selamat pagi semua." Sapa Donna riang sambil mencium kedua pipi orang tuanya.

"Abang nggak dicium nih?" Tanya Diaz yang memang jarang Donna cium.

"Minta sama Rio sana." Rio yang belum bangun sepenuhnya langsung terkejut.

"Apaan deh?" Tanya Rio bingung.

Sedangkan orang tua Donna hanya geleng geleng kepala melihat tingkah laku Donna dan Rio. "Sudah sudah cepetan sarapan nanti kalian telat lagi." Lerai Niel-mama Donna.

Donna dan Rio hanya nyengir kuda kemudian memakan sarapan mereka.

"Mah, Pah, Bang, Donna berangkat duluan ya sama Rio." Pamit Donna sambil mencium telapak tangan kedua orang tuanya.

"Iya hati hati ya Rio bawa motornya, jangan ngebut!" Seru Alex-papa Donna.

"Siapp om, kalo gitu Rio pamit ya om tante." Pamit Rio sambil mencium telapak tangan orang tua Donna.

Setelah itu Donna naik ke boncengan motor Rio. Selama perjalanan mereka berdua bercanda hingga tiba tiba Donna ingat dengan janji Rio. "Yo lo janji mau traktir gue makan sepuasnya jangan lupa."

Rio pura pura berpikir, "Aah masa sih? Enggak deh kayaknya." Elak Rio.

"Alah pura pura lupa lo, nggak mau tau pokoknya entar pulang sekolah traktir gue. Harus. Kudu. Musti. Wajib." Tandas Donna.

Menghela napas Rio menjawab, "Iya deh, tapi jangan banyak banyak ya, uang bulanan gue tinggal sedikit. Entar kalo udah dikirim sama papah gue traktir lagi deh."

Donna mengangguk antusias. Setelah itu perjalanan mereka isi dengan candaan receh Rio.

Setelah sampai di sekolah, Donna langsung melenggang ke kelasnya disusul Rio yang berencana mengantar Donna sampai depan kelas.

"Ngapain sih ngintil mulu?" Donna berhenti berjalan lalu memutar badannya hingga menghadap Rio.

"Biarin sih, gue mau ngeliat Felly udah dateng belum." Aku Rio.

"Halah modus." Dumel Donna sambil kembali berjalan ke kelasnya.

Sesampainya di depan pintu kelas, Donna melihat Felly sedang bercanda dengan Joshia. Dan entah apa yang dikatakan Joshia sehingga membuat pipi Felly merona. Hal itu tak luput dari pandangan Rio.

Donna terpaku ditempat, entah mengapa dadanya merasa sakit. Namun ia tidak tau perasaan apa itu.

Setelah merasa dirinya membaik, Donna masuk ke dalam kelas berpura pura tidak terjadi apa apa dengan Rio yang masih setia mengekor.

"Selamat pagii." Sapa Donna yang seketika membuat Felly gugup dan Joshia tersenyum lebar.

"Eeh Donna udah dateng, pagi juga Donn." Joshia membalas sapaan Donna, sedangkan Felly hanya tersenyum kikuk.

"Gue balik ke kelas dulu deh bentar lagi mau masuk. Jangan lupa entar pulang sekolah bareng gue ya Fell." Pamit Joshia seraya tersenyum kearah Felly.

Donna yang mendengar hal tersebut memandang Felly dan Joshia bergantian. Setelah Joshia pergi, Rio mendekat kearah Donna dan Felly. "Gue juga ke kelas ya, pulang jadi kan gue traktir?"

Donna hanya mengangguk tak bersemangat. "Gue tau perasaan lo, yang sabar ya." Bisik Rio sambil tersenyum tulus.

Donna ingin bertanya apa maksud ucapan Rio, namun Rio terlanjur keluar dari kelasnya. Mungkin ia bisa menanyakan hal itu saat pulang nanti.

•••

Hallooo, gue balik lagi. Apa kabar? Baik kan? Gimana hasil ukk nya? Bagus? Semoga bagus deh. Masih ada yang nunggu cerita ini?-halah ngarep

Baru bisa ngelanjutin ini cerita karena kemarin sibuk sibuknya sama tugas sekolah. Semoga part ini nggak mengecewakan ya. Dan jangan lupa vote kalo mau comment boleh banget.

Ooh iya gue punya work baru, judulnya 'Pour Vous' itu isinya puisi puisi gitu. Yang minat boleh kok mampir 😂

See you.
.
.
Btw ini 900+ words 😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE In HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang