BAB 15

277 15 3
                                    

Pinka POV

       Setelah kejadian itu gue berniat buat tanya sama Lintang, emang dia yang deket banget sama Shela. Gue harap dia tau tentang kehidupan masa lalunya, pentesan aja waktu gue pertama kali suka sama Satria dia diem aja. Eh ternyata mantanya, gue cukup bahgaia sekarang dan gue masih ragu buat ngebantuin Nadine untuk hancurin Shela.

       Yes.. dan gue berhasil ngajak Lintang buat ketemuan disebuah taman, walaupun dia sama Rasti gak apa-apa deh siapa tau mereka tau apa yan gue maksut.

" ada apa sih lo ngajak gue ketemuan? Lo masih belum puas udah ngrusak persahabatan kita ha? "

" gue gak bahas soal itu Tang, lo gau kalau Satria mantannya Shela? Lo kenal Angga mantan Shela? "

" lo gak perlu tanya itu ke gue, lo udah bukan bagian dari kita "

" gue cuma pengen tau apa bener Satria mantan Shela? "

" kalau iya emang kenapa? Mau apa lo? " Rasti mencoba menenangkan Lintang yang terlalu larut dalam emosinya.

" kenapa dia gak bilang dari dulu! "

" karna Shela jaga perasaan lo Pinka! Dia gak mau lo kecewa terus sakit hati. Eh sekarang lo malah berubah jauh dan gak penduli, gimana Shela maujelasinnya! Mikir dong" jelas Lintang.

" kenapa lo diem? Lo baru ngrasa bersalah sekarang? Kemana aja lo! "

" Kalau Shela bilang dari dulu gue bakalan mundur kok "

" gue gak yakin.. semenjak lo temenan sama tu para senior lo berubah Pinka! Lo bilang kita anak cupulah kita inilah kita itulah. Lo gak sadar dulu pernah gabung sama kita ha?"

" gue tau gue--- "

" udahlah lo gak penting banget. Kita pergi Ras, biarin ni nenek lampir sadar karna undah ngrusak persahabatan kita. "

       Kan tu anak emang kadang-kadang keras kepala ya, gue tanya baik-baik dia nyolot, darah tinggi tu anak.

〰〰〰

Shela POV

" bang Jo, bilangin mama ya gue mau jenguk Saka bye "

" punya mulutkan? Bilang aja sendiri "

" ihh.. njebelin banget awas!"

" sakit bego, main pukul aja "

" bodo amat "

" pergi dulu ma, nanti cepet pulang kok bye ma "

" dah .. abang ku sayang deh . Tapi gak "

" ma anaknya bawel banget sih "

" sabar Jo namanya juga anak cewek "

    Gue terus beranjak dari rumah, tepatnya menuju tempat Saka. Gue berharap keadaan dia membaik dan bisa sama-sama bareng gue.

~~~

" Shela.."
Sapa suara perempuan itu membuat lamunan Shela menjadi buyar.

" Lintang? Ngapain lo disini? "

" Gue putus asa Shel "

" Tunggu deh lo gak mau bunuh dirikan? Gue butuh lo jangan nekat gitu ah "

" Gila lo, siapa yang mau bunuh diri. Gue kayaknya mau nyerah aja deh dari Riza "

" Lo yakin sama keputusan lo? "

" Ehm.. enggak sih abisnya gue gak ada kemajuan sama sekali. Dia tetep dingin hambar gitu Shel. Gue nyerah aja deh, kalah duluan "

" Yaelah perjuangan lo itu belum seberapa Tang, gue malah ngiranya lo belum usaha. Mending lo tanya ahlinya deh "

" Iye.. gue tau lo berpengalaman, tapi kalau gue gak bisa ngerubah sikap si iceman itu gimana? "

" Gampang, cari aja lagi "

" Enak banget lo ngomong, gak ah gue gak mau cari yang lain "

" Yaudah tunggu aja sampe negara api berhenti nyerah lo. Hahaha "

" Jahat banget lo Shela.. awas lo "

" Lo mau ikut gue apa mau ngejomblo disini? "

" Yaudah ikut lo aja, emang kita mau kemana? "

" Udah ikut aja bawel banget "

    Mereka berdua menyusuri jalan kota yang hari ini lumayan senggang. Shela tidak sabar untuk segera sampai, iya mempercepat langkah kakinya. Dia berharap tidak ada luka yang dia dapat hari ini, tidak ada kenangan yang datang lagi.

   Lintang mencoba memecah keheningan, dia ragu apakah dia harus mengatakannya?

" Shel, gue tadi ajak ketemuan sama Pinka "

" Mau apa tu nenek lampir "

" Dia udah tau kalau Satria sama Angga mantan lo " suara Lintang sangat pelan seolah dia menjaga bagaimana perasaan Shela.

" Yakin? Dia udah tau semuanya? Gue jadi gak enak sama Pinka "

" Gue udah jelasin semua ke dia, lo gak perlu ngerasa gitu. Lo ngelakukan hal yang benar Shel. Walaupun terkadang kejujuran itu menyakitkan "

    Shela hanya terdiam, perasaannya jadi satu sekarang. Merindukan keceriaan Saka, merindukan persahabatan bersama Pinka dan Rasti. Ingin rasanya kembali seperti dulu kenangannya bersama Satria.

     Andai saja takdir tidak membuat Shela kecewa dengan kepergian Satria, mungkin sekarang dia tetap bersama Satria.

     Terlihat seolah kuat memang terkadang melelahkan. Kita berbohong pada perasaan yang ada. Ingin rasanya Shela melampiaskan semua kesedihan dirinya.

     Dia jauh lebih sakit, lebih menderita dari yang dirasakan orang-orang disekitarnya. Dia hanya menghembuskan nafas secara perlahan, menghadapi permasalahanya sekarang.

Aku tak meminta lebih buruk dari ini Tuhan, aku butuh seseorang yang meyakinkanku sekarang. Aku mau kehidupanku terus berlanjut, aku ingin orang-orang disekitarku bahagia.

Jangan lupa Vote ya
Follow akunku..

HOPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang