Chapter one

2 1 1
                                    

Sunday morning ( 6 a.m ).

"NADYAAAAAA"

"NADYAAA"

"MASYAALLAH KAMU NAK BANGUNNN"

Lalu Nadya pun membuka matanya saat mendengar suara gaduh yang mengganggu tidur nyenyaknya yang lagi mimpi tidur diatas permen kapas.

Iya Nadya paling suka yang namanya permen kapas. Nadya tau itu gasehat. Tapi udah suka dan addict banget, gimana dong?

"Kamu ini udah dibangunin malah bengong!" Omel mamahnya.

"Iya mah ini udah bangun ah. Apaansi" ucap Nadya sembari menggaruk kepalanya yang gatal.

Saat Nadya sedang kenal omel mamahnya, tiba - tiba adiknya yang menyebalkan itu masuk kedalam kamar dan berteriak.

"ASTAGFIRULLAH. BERUK DARI MANA INI TEH?"

"Apaansi lo goblok. Pagi - pagi gajelas masuk kamar orang malah teriak" omel Nadya kepada adiknya.

"MAMAHH KAK NAD NGATAIN AKU GOBLOK. HUAAA" Lapor Nida sang adik kepada mamahnya.

"Kamu ini ya nad sama adik gabisa lembut dikit apa? Kok ya kasar banget jadi cewe omongannya. Siapa yang ajarin kamu hah?" Ucap mamahnya Nadya sembari menenangkan Nida yang menangis.

Lalu saat Nadya sedang di ceramahi, Nadya melihat kalau Nida memeletkan lidahnya kearah Nadya.

"Mah tuh liat mah. Dia air mata buaya doang. Palsu banget sih. Masih kecil aja udah begini lo gimana gede hah? Tengil banget jadi adek."

"Udah sana kamu mandi. Lari pagi kek mumpung masih jam setengah 7. Gak produktif banget hari minggu kamu" ucap mamahnya.

"Gimana mau produktif sih mah, tiap minggu pagi diomelin 1 jam. Mana yang setengah 7 sih. Liat aja tuh di jam udah jam 7 lewat." Ucap Nadya sembari menunjukan jam yang jarum pendeknya menunjukkan ke angka 7.

"Kamu nih kalo dibilangin kok ya jawab mulu. Heran deh mamah punya anak kayak kamu." Omel mamahnya sambil menggelengkan kepala.

"Mamah Nida laperr" Ucap Nida sembari menarik lengan baju mamahnya.

"Caper." Ucap Nadya pelan.

"Yaudah ayo sayang. Nadya kamu sekarang mandi nanti turun kebawah ya" ucap mamahnya Nadya seraya pergi meninggalkan kamar Nadya.

Saat mamahnya pergi Nadya pun berdiri untuk bersiap mandi.

"Anak manja lebay aja di ladenin terus. Padahal udah smp. Kesel aja gue liatnya" gerutu Nadya sembari berjalan ke kamar mandi.

●Lucky One●

Disisi lain dirumah yang besar dan hanya berpenghuni oleh 3 orang tersebut terlihat sangat sepi dipagi hari yang indah ini.

"Bi nanti kalo Ricky bangun langsung suruh sarapan ya. Saya mau kerumah sakit sekarang. Makasih bi." Ucap mamahnya Ricky terburu - buru seraya pergi keluar rumah dan pergi menggunakan mobilnya.

"Kasian banget ya den Ricky. Tiap hari selalu begini. Gapernah nyonya nyempetin waktu luang buat den Ricky." Ucap bi Asih sembari menggelengkan kepala.

"Mah mah" teriak Ricky sembari menuruni tangga.

"Nyonya udah kerumah sakit den tadi baru aja berangkat. Ini den Ricky makan dulu ya" ucap Bi asih sembari membukakan tudung saji yang berada di meja makan.

"Mamah udah pergi bi? Saya makan sendiri lagi?"

"Iya den. Tadi nyonya keliatannya buru - buru banget."

"Yaudah deh." Ucap Ricky pasrah seraya memakan makanannya yang terasa hambar di lidah.

●Lucky One●

Laki - laki itu memasuki rumahnya yang sangat besar dengan langkah tidak tegap dan sempoyongan.

"WOI BIBI. LEPASIN SEPATU GUA CEPET. LAMA BANGET SIH WOY!!" Teriak laki - laki ini saat sudah duduk di sofa.

"Iya den Dimas. Tunggu sebentar" bi Ita berlari terburu - buru menghampiri tuan mudanya.

"Lama banget sih lo hah? Gapunya otak? Lemot banget jadi orang" ucap dimas sembari mendorong tubuh Bi Ita ke lantai.

"Iya den maafin saya. Tadi saya habis masak untuk den Dimas." Ucap Bi Ita menunduk.

"Masak? Apa lo bilang? Masak hah? Siapa yang lo masakkin? Siapa hah? Asal lo tau ya. Di rumah ini udah gaada orang. Mati semua orangnya. Lo gak usah sok ribet masakkin buat gue. Karena gue gak butuh masakan lo! Ngerti gak?" Ucap Dimas sembari menunjuk - nunjuk wajah bi Ita.

"Tapi den..."

"Punya kuping gak? Gua bilang gak usah ya gak usah. Lo di bayar buat matuhin perintah gue. Jangan ngelawan aja bisanya kalo jadi pembantu." Ucap Dimas lalu tiba - tiba jatuh ke sofa.

"Astagfirullah den. Bentar ya den saya ambilin obat pereda mabuk."

Lalu Bi Ita langsung bangun dari duduknya dilantai dan pergi untuk mengambil obat. Lalu tak lama kemudian ia kembali dan menyodorkan obat sekaligus minum untuk Dimas.

"Ini den minum dulu."

Dimaspun meminum obat yang diberikan oleh bi Ita. Tak lama kemudian ia berbaring di atas sofa dan tertidur menghadap sisi dalam sofa dan mulai terisak.

Bi Ita yang mendengarnya tidak tega, sehingga langsung berlari untuk mengambilkan selimut dan ditaruh diatas tubuh tuan mudanya.

"Yaampun. Kenapa tuan sama nyonya tega banget ya sama anak gak bersalah kayak gini. Anak yang dulunya polos gak bersalah sekarang berubah jadi anak yang mengalami depresi berat. Saya gak sanggup ngeliat den Dimas kayak gini terus setiap hari. Saya rela dibentak asal den Dimas bisa lega ngeluarin semua amarahnya." Ucap Bi Ita sembari berjalan menuju dapur untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.

●Lucky One●

💜💜💜💜💜💜💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lucky OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang