Chapter 21

162 9 0
                                    

"Hm....kenapa maid itu bertanya soal itu ya?"

Aku ingin tau, tapi aku tidak boleh melanggar perintah Mas Arjun. Akupun diam dikamar dan mengerjakan PRku. Disaat yang sama Mas Arjun datang.

"Adek"
"Eh? Iya Mas?"
"Udahan dulu, skarang makan dulu"
"Lho? Adek tadi udah makan roti waktu Mas ngajar"
"Dek jangan bantah! Mas ini Dokter, kamu harus ikutin kata-kata Mas"
"Iya deh Adek makan"

Saat aku makan aku diawasi Mas Arjun.

"Mas? Kenapa disini?"
"Mas harus ngawasin Adek"
"Tapi kenapa?"
"Dek...makan jangan banyak nanya"
"I..iya Mas..."

Akupun diawasi makan oleh Mas Arjun. Yha...karna dia Dokter harus posesiflah...., setelah aku selesai makan Mas Arjun bertanya padaku.

"Dek...PRnya udah selesai?"
"M...belum lagi sedikit"
"Ada yang Adek gak ngerti?"
"M..ada sih, tapi....Adek gak boleh nanya Mas kan?"
"Tentu boleh, Adek bisa jadi murid privat Mas, mana yang Adek gak ngerti?"
"Yang ini, ada rumus matematikanya"
"Kamu ngerjain PR apa?"
"PR matematika"
"PR medis udah selesai?"
"Udah kok Mas"
"Yaudah sini Mas bantu"

Disaat yang sama Mas Arjun membantuku membuat PR matematika. Aku senang ada orang yang bisa mengajarkanku matematika, saat PRku selesai Mas Arjun, meninggalkanku dikamar.

"Udah selesai, Mas tinggal dulu ya?"
"Ya Mas"

Disaat yang sama ia mengelus wajahku dan mencium keningku. Kebiasaannya tidak bisa kuhadang lagi. Setelah ia pergi, aku membereskan bukuku dan langsung duduk dibalkon kamarku.

Dibalkon aku melihat banyak para maid yang mengerjakan tugasnya dikebun. Aku merasa seperti seorang putri istana. Aku bersyukur jika Mas Arjun dan keluarganya menerimaku dengan apa adanya. Sangat sulit mencari orang seperti mereka.

Tunggu! Aku masih ingat dengan perkataan Bunda yang mengatakan aku cocok untuk Mas Arjun. Apa maksut dari kalimat "cocok?". Aku tidak mengerti sama skali kalau aku berani akan kutanyakan padanya langsung.

Tidak terasa skarang sudah pukul 7 malam. Aku masih duduk dibalkon dengan keadaan tubuh yang segar. Disaat yang sama Ayah datang.

"Wulan cantik?"
"Iya Yah?"
"Ini Ayah punya pakaian kakaknya Jun, coba kamu pakai"
"M..iya"

Akupun pergi keruang ganti saat aku selesai mengganti pakaian dan keluar dari ruang ganti, entah kenapa Ayah menangis.

"Yah, sudah selesai"
"Hhh...Wulan....ini kamu nak?.."
"Hm...? Ayah kenapa nangis?"
"Wulan...."

Saat ia berkata begitu ia mengelus wajahku.

"Ayah? Kenapa?"
"Hiks...Ayah...teringat kakak Jun, Sarah namanya. Ia sama sepertimu. Ia cantik, sama secantik dirimu nak"
"Tapi...tidak apa-apa jika Wulan pakai pakaian Kak Sarah?"
"Tidak apa nak, dia pasti senang jika mengetahui pakaiannya dikenakan oleh seorang putri yang cantik seperti bulan"
"Hm...Ayah...apa yang terjadi dengan Kak Sarah?"
"Sarah....kecelakaan saat ia pulang skolah, ia ditabrak oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab"
"Huh...apa Wulan boleh tau seperti apa Kak Sarah?"
"Boleh...ayo ikuti Ayah"

Ayahpun langsung mengajakku kesebuah lemari aku heran kenapa Ayah menyuruhku kesini.

"Ayah kenapa kesini? Disini cuma ada buku"
"Kamu belum tau nak"

Ayahpun membuka lemarinya, dan dia menarik sebuah kertas. Aku terkejut melihat sebuah lubang kecil yang berada ditengah-tengah lemari.

Love Of TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang