Badanku terasa lemah sekali. Aku rasakan bibirku berkedut kedut dan sepertinya.. Aku diikat dengan sesuatu yang menyakitkan. Rasanya seluruh badanku seperti ditusuk.
Aku membuka mataku perlahan dan mengejapkannya beberapa kali. Aku berada di tempat dengan pencahayaan yang minim. Aku rasa ini di gudang karena terlihat banyak barang barang di sekitarku. Dan aku duduk di kursi dan diikat dengan.. Apa ini? Kawat berduri? Pantas badanku seperti ditusuk.
Aku lihat di depanku ada seseorang yang membelakangiku. Dia sedang memainkan ponselnya kurasa.
Mungkin dia yang melakukan ini padaku."Siapa kau? Dan kenapa aku ada di sini?" Tanyaku dengan sedikit lemah karena bibirku yang masih sedikit terasa ngilu.
Orang itu memasukkan ponsel yang dipegangnya ke dalam sakunya dan membalikkan badannya ke hadapanku.
Ohh sh*t.. Ternyata dia sahabatku.Dia berjalan mendekatiku dengan seringaiannya yang sama sekali tidak membuatku takut. Dia berhenti tepat di hadapanku dan mengatur posisinya agar kepalanya sejajar dengan kepalaku.
"Sudah bangun kau rupanya. Kurasa ini saatnya kita bersenang senang. Ugh.. Ralat. Mungkin hanya aku yang akan merasakan senang.. Hahaha" Dia tertawa dengan hambar. Mungkin tertawa jahat lebih tepatnya.
Aku hanya menatapnya dengan wajah datar. Dia memiringkan kepalanya sedikit dan memasang wajah bingung.
"Ada apa dengan bibirmu? Tersenyumlah. Bukankah kita akan bersenang senang?"Aku hanya terus menatapnya tajam tanpa memberi senyum sedikitpun. Aku lihat dia mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Ternyata dia mengambil sebuah pisau lipat.
Ohh god. Apa yang akan dia lakukan?"Aku akan membantumu untuk tersenyum, kawan. Tapi mungkin ini akan terasa sedikit sakit". Lalu dia mengiris pipiku hingga hampir ke telinga dengan perlahan-lahan.
Ini bukan hanya sedikit sakit, bodoh. Ini benar benar sakit. Aku hanya bisa menggeram kesakitan tanpa melakukan perlawanan.
Karena jika aku bergerak sedikit saja, kawat berduri itu akan semakin menusuk diriku.Kurasakan darah mulai menetes dari luka yang diukir oleh dia.
"Matamu indah. Tapi kelopak matamu menutupi keindahannya."Dia mengiris kelopak mataku dan juga kantung mataku menggunakan pisau lipatnya tadi.
"Ahh. Kau seperti ini jadi sedikit mirip dengan Jeff The Killer. Akan kubuat kau sangat mirip dengannya"Dia pergi keluar dari tempat ini. Dan sebentar saja dia sudah kembali dengan membawa air, sebotol alkohol, dan korek api.
Perlahan-lahan dia mengoleskan wajahku dengan alkohol hingga merata. Lalu dia menyalakan korek apinya dan mengarahkan apinya ke wajahku.Otomatis wajahku terbakar. Aku hanya berteriak dan sedikit meronta.
"Aaarrrggghhhh... Panas..."
Aku menggeleng gelengkan kepalaku dan badanku terasa ditusuk tusuk dengan keras.Dia berkata "Ohh panas ya? Nihh..."
Dia menumpahkan air ke wajahku yang terbakar dan apinya kemudian padam. Tapi kurasa wajahku sekarang sudah hancur.
Ini benar benar menyakitkan.Dia mengambil palu dan tang.
Dia memukulkan palu itu ke jari jari kakiku kemudian mencongkel kuku kakiku satu persatu.Dia menyalakan gergaji mesin. Suaranya sangat memekakkan telinga karena ruangan ini sepertinya kedap suara.
Dia perlahan lahan mengarahkan gergaji mesin itu ke bahuku sebelah kanan dan gerigi gergaji itu mulai menggerogoti daging serta tulang bahuku hingga tanganku terlepas dari tubuhku."Maaf kawan. Aku sengaja membuatmu buntung. Sekarang kamu terlihat jelek karena hanya memiliki satu tangan. Lebih baik tanganmu yang satunya kuhilangkan juga."
Lalu dia memotong tangan kiriku memakai kapak.
Sekarang aku tidak memiliki tangan."Kau tau? Aku sebenarnya memiliki kemampuan mengukir lohh... Kau tidak percaya? Baiklah. Akan kutunjukkan kemampuanku"
Dia melepas dan merobek kaos yang kupakai sehingga sekarang aku dalam keadaan bertelanjang dada.Dengan berhati hati dia menggoreskan pakunya ke dadaku.
5 menit dia melakukan aktivitas itu. Entah apa yang dia lukis di dadaku. Yang pasti ini rasanya sangat sakit.Aku sudah benar benar lemas. Sudah terlalu banyak darahku yang menetes keluar.
Mungkin aku akan mati sebentar lagi."Kenapa wajahmu terlihat pucat? Apakah kau sakit? Padahal kita baru sebentar bermainnya."
Ucap dia dengan wajah sedih yang dibuat buat.Pikiranku menerawang saat aku dan dia sedang nongkrong di teras rumahnya.
Saat itu aku meminjam hpnya. Aku menjahilinya dengan menyalakan hotspot dan menyambungkannya ke hpku.
Lalu aku mendownload beberapa aplikasi dan video.
Dia mengecek hpnya dan dia lihat hotspotnya menyala. Lalu dia mengecek sisa kuota internetnya.
Ternyata tinggal 235 mb. Padahal sekarang sudah tanggal tua.
Dia langsung merebut hpku dan melihat apa yang aku lakukan dengan paket internetnya.
Dia terlihat marah dan dia membanting hpku.
Lalu dia memukul wajahku berkali kali hingga aku tidak sadar. Dan ketika aku sadar, aku sudah ada di ruangan ini."Baiklah kawan. Kurasa sudah cukup permainan kita. Sampai berjumpa di neraka."
Dia menancapkan pisaunya ke dadaku. Lebih tepatnya jantung.
Pandanganku memburam hingga semuanya menjadi gelap.
Yeah.. Aku akan menunggumu di neraka, kawan.Tamat
Pesan moral : Jangan menyalakan hotspot orang lain sembarangan jika tidak ingin bernasib sama seperti tokoh "aku" :v
![](https://img.wattpad.com/cover/105664655-288-kcf834d.jpg)