"Jadi orang jangan kepala beton. Nanti hidup lo monoton kaya plankton."
_____________________________________
"Truth or dare?" tanya Gio antusias.
"Truth." Jawab Rivan enteng. Ini pertama kali botol mengarah padanya.
"Gimana ceritanya lo bisa jadian sama Ticha?" tanya Gio.
Pertanyaan itu membuat bibir Rivan menukik ke atas. Membentuk senyuman lebar. Ingatannya kembali melayang pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian lucu yang membuatnya dapat mengerti perasaan selain sekedar rasa suka karena ketertarikan fisik.Mengetahui Rivan melamun, Rendi langsung memukul sahabatnya itu dengan bantal yang ada dikamar Rivan sekarang. Semuanya berkumpul disini. Gio dengan Rendi yang benar-benar fokus terhadap permainannya. Rivan ikut dalam permainan itu, tetapi ia berbaring. Sedangkan Gilang, Mad dan Raffi asik dengan stick PS-nya.
"Lo tuh apaan sih? Nglamun enak enak lo hancurin!" sergah Rivan dengan mengambil posisi duduk menghadap keduanya.
"Lah! Hahaha..." tawa Rendi bergema di dalam kamar.
"Eh! Berisik tau gak! Tawa kaya suara traktor aja disombongin!" bentak Gilang yang menurutnya tawa Rendi mengganggu konsentrasinya berperang dengan game.
"Ye ye... sorry!" jawab Rendi dengan wajah memelasnya.
"Adek belum dikacih minum cucu ya? Kog kelihatannya lemes," ucap Gio lagaknya anak kecil.
"Iya. Adek butuh acupan cucu tau." Jawab Rendi menahan tawa.
Mendengar candaan dari kedua bocah tolol itu, akhirnya Gilang, Mad dan Raffi menghentikan PS nya. Kemudian mereka saling sahut sahutan memberikan guyonan.
"E eh, gue ada teka-teki buat cogan cogan disini!" teriak Mad dengan suara khasnya yang ya ... begitulah.
"Apa?"
"Ha! Pada kepo kan?" jawabnya sambil memicingkan satu alisnya kearah teman-temannya.
"Dengarkan baik baik. Mr. Muhammad Fajar Pratama akan memberikan kalian pernyataan." Ucap Mad dengan penuh penghayatannya.
"Pertanyaan goblok!" sergah Raffi dengan jitakan mulus ke kepala Mad.
"Eh kepala lo kog keras banget kaya beton?" ledek Raffi.
"Ngaco lo! " balas Mad.
"Mad, jadi orang jangan kepala beton. Nanti hidup lo monoton kaya plankton."
Semuanya tertawa keras.
"Emang lo tau plankton?"
Pertanyaan Mad ditanggapi oleh Rivan. "Kalo tau lo pasti tau plankton."
"Asem!" umpatnya.
Yang lainnya hanya terkekeh pelan."Lagu cinta dan rahasia adalah lagunya Yura Yunita dengan...?"
Setelah mengucapkan pertanyaan itu, Mad langsung mengelus dada dengan kedua tangannya. Seakan teman-temannya tidak ada yang tahu apa jawabannya.
"Sama Glenn lah!"
"Sama Glenn Fredelay."
"Glenn Fredly blok!"
"Eh. Pasti jawabannya nyasar ya?" tebak Gilang. Sedari tadi ia hanya melihat lagak Mad yang merasa tidak ada yang mampu menjawab.
Mad hanya terkekeh.
"Kalian udah nyerah belom?" tanya Mad yang kembali duduk setelah berdiri memberi pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Novela Juvenil"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...