"Gue tinggalin pas tadi gue lari ngejar lo."
-------------------------
JAKARTA. Salah satu kota yang aktif di Indonesia ini sangat dikenal dengan Kemacetannya. Inilah yang Rahiel benci. Lesnya dimulai 25 menit lagi sementara perjalanannya menuju kesana belum ada setengahnya.
Cewek itu menggerutu, mengalihkan pandangannya ke arah jalanan. Matanya tertuju pada ke empat gadis yang berdiri dipinggir trotoar. Wajahnya Nampak familiar dimata Rahiel.
Lah itu kan si Lisa? Ngapain coba disana? Rahiel mendengus. Cewek itu berpikir kalau mereka ingin pergi kesuatu tempat tanpa mengajaknya. Rahiel segera turun dari mobil, sebelum itu dia memerintahkan Pak Naufal, sopirnya untuk belok kiri dan minggir di trotoar untuk sementara.
Rahiel keluar dari mobil. Agak susah memang berjalan di antara mobil dan motor yang terjebak macet begini. Tapi begitulah Rahiel, pembaca sekalian. Dia keras kepala, tidak peduli angin, badai, hujan, panas, Rahiel pasti akan tetap melakukan sesuatu yang sudah dia niati untuk dilakukan.
"ANYAAA!"
Gadis yang dipanggil, Anya, menoleh. Mencari asal suara. Mata Anya melebar begitu tahu siapa yang memanggilnya, pertanda akan ada suatu kesalahpahaman. Rahiel menghampiri mereka ber-empat.
"Najong, kalian jalan-jalan ga ngajak gue, jahat," Rahiel cemberut, gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah jalanan.
"Engga Yel, kita bukan mau jalan-jalan," kata Fina. "Maaf ga bilangin lo. Gue tau lo ada les. Mamanya Caca, Tante Arda kecelakaan tadi Yel ..."
Benar saja, Rahiel mendadak jadi merasa bersalah, "Ooh gitu, sorry-sorry.. Sekarang keadaannya gimana?" tatapan tajam Rahiel mendadak hilang, seolah diterpa angin begitu saja.
"Masih belum sadar, Yel. Tadi gue rencananya mau nelepon pas lo udah selsai les, tapi kita ternyata ketemu disini"
Rahiel berpikir sejenak. Tak lama, cewek itu menelepon sopirnya. Memberi info bahwa Rahiel tidak jadi pergi les karena orang tua temannya baru saja kecelakaan.
20 menit adalah waktu yang mereka butuhkan untuk menuju rumah sakit dimana Mama Caca dirawat. Setelah melihat keadaan mama Caca, mereka ber-enam termasuk Caca memutuskan untuk pergi ke tukang bakso di depan rumah sakit mengingat ini sudah masuk jam makan siang.
"Yel, ayo! Eh, lo kenapa sih kok daritadi diem aja?"
Gadis itu menggeleng, lalu beranjak keluar dari ruangan tante Arda. Rahiel kaget setengah mati karena melihat Aidan berada di rumah sakit yang sama. Tepatnya, Aidan baru saja lari melewati Rahiel. Sepertinya cowok itu terburu-buru.
Rahiel berlari seperti sapi gila mengejar Aidan tanpa peduli pada seruan teman temannya. Cowok itu lari dengan sangat cepat. Setelah mengetahui tujuan Aidan, Rahiel berhenti sesaat mengatur nafasnya. Suatu pertanyaan yang muncul di benak Rahiel, Apa yang membuat Aidan berlari sekecang itu?
Rahiel berjalan pelan, menuju gedung dua, kelas mawar. Sepenglihatannya Aidan menuju kesana. Gadis itu mengintip satu persatu kamar lewat jendela dengan hati-hati takut ketahuan.
Ruangan pertama, ah bukan. Ruangan ini juga bukan, ruangan yang ini? Gak ada orangnya. Kalau yang ini, eh..?
Rahiel kaget dengan apa yang dilihatnya. Aidan menangis memegang tangan seorang perempuan. Kelihatannya usia perempuan itu masih dibawah 50 tahun. Rahiel bingung sendiri sekarang, apa yang Aidan lakukan? Dan Kenapa Rahiel megejar cowok itu sampai kesini?
Rahiel mundur beberapa langkah secara perlahan, beberapa detik kemudian pinggangnya seperti menabrak sesuatu. Ternyata suster.
"Hati-hati mbak," ucap suster itu. Nadanya tidak jelas. Antara menyindir, atau memberi tahu. Rahiel mengangguk lalu meminta maaf. Suster itu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[RGS 1] To, Aidan.
Teen Fiction[JUDUL SEBELUMNYA ; NERD] Ini kisah tentang Rahiel. Rahiel dilanda dilema. Antara menerima kenyataan, atau mempertahankan harapan? Belum sempat dia memilih, muncul Aidan. Rahiel makin bingung. Ini juga kisah tentang Aidan. Aidan menyimpan semua mem...