MASTERPIECE

92 6 1
                                    

Sebuah kanvas putih, tertumpah sebotol tinta hitam diatasnya. Beberapa tetes darah yang mengalir perlahan juga turut menghias. Petir menyambar, bunga musim semi pun jatuh diatas kanvas itu. Mungkin lembut seperti boneka kelinci, mungkin juga tajam seperti samurai. Maha karya yang sangat elok. Bisakah aku menukarnya dengan sedikit uang yang aku punya?

Ibuku mengajarkanku untuk tidak mencuri. Sayang sekali, aku telah merebutnya paksa. Rupanya itu telah menjadi milikku. Lama, bahkan sebelum aku menyadarinya. Aku mengurungnya dalam sebuah ruangan yang penuh kegilaan. Jauh disana aku memandanginya, mengaggumi setiap inchi darinya setiap hari. Senyuman tersembunyi, sketsa yang terlumuri lumpur kotor, itulah hasilnya. Curang sekali, tapi menyenangkan. Aku menang telak.

Terima kasih kepada siapapun seniman yang membuatnya. Itu adalah karya seni terbaik yang pernah kulihat. Maaf telah memperlakukannya dengan cara yang sedikit tidak. Lontarkan segenggam glitter ke udara, ucapkan mantera, dan semua yang ada padaku akan baik-baik saja. Dinding kaca yang membatasimu denganku, kuharap ini tidak akan retak. Karna, jika itu terjadi...

 Karna, jika itu terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MasterpieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang