Assalamu'alaikum, min'na-san, maafkan Kirana yang mendadak hiatus selama kurang lebih 3 bulanan dan balik-balik langsung nge-post oneshot, terlambat banget pula dari tanggal 17 Agustus 2017!! Sungguh, maafkan Kirana Q.Q
Ketiga cerita Kirana yang berbentuk novel masih akan dilanjutkan, tapi updatenya akan sangat-sangat lambat karena hampir semua data untuk ketiga cerita multi-chap itu sudah Kirana lupakan gara-gara banyaknya tugas dan sulitnya pelajaran. Untuk refreshing (hitung-hitung permulaan menulis lagi), Kirana mungkin bakal nge-post oneshot dulu.
Disclaimer : Hetalia milik Hidekaz Himaruya.OC-OC yang ada disini juga milik saya. Ide, alur cerita, dan hasil akhir FanFic ini jelas punya saya.
Warning : Gaje, gak nyambung, terlalu banyak kata, bertele-tele, OOC, OOT, OC's here, cerita bisa melenceng dari judul, (mungkin sedikit) historical! fic, kemungkinan typo(s), hurt/comfort atau angst nggak berasa, dan lainnya.
Don't like? Don't read. It's simple. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
#HutRI #For72YearsofIndonesiaIndependence #HappyBirthdayIndonesia
****
Perempuan kemayu dengan surai hitam eboni dalam seragam paskibra berjalan anggun namun tegas, keluar dari gedung besar yang disebut sebagai Istana Merdeka bersamaan dengan beberapa sosok lain. Upacara bendera sudah selesai sejak dua setengah jam yang lalu, namun dia memilih untuk bercakap-cakap sebentar dengan bosnya, Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia beserta Wakil Presidennya. Meski niatnya sebentar, namun ujung-ujungnya pasti kebablasan.
Perempuan itu melangkah menghampiri salah satu adiknya yang sengaja menunggu di gerbang depan dengan sedikit tergesa, apalagi saat melihat wajah itu mengerut masam. "Mbak kelamaan," protesnya pendek, sedang tak niat mengomel panjang. Perempuan itu hanya tersenyum kecil. "Iya, iya, maaf toh, keasikan ngobrol tadi." Berdecak kecil, pemuda yang masih memakai seragam paskibra itu segera berlalu, diikuti oleh sang kakak.
Sejenak, manik mata gelap dengan sirat kebahagiaan itu menatap pada warna merah-putih yang berkibar bebas di langit biru, bibirnya melengkung ke atas, tersenyum bangga.
Dia mengabaikan sang adik yang di kepalanya sudah muncul perempatan lampu merah imajiner.
"Mbak Putri!!!!!!!" "E-Eh, iya!"
****
Sesampainya di rumah, perempuan itu langsung duduk di sofa panjang yang ada di ruang keluarga, menghela napas panjang dengan lelah. "Mbak, hari ini banyak lho yang ngirimin hadiah buat mbak~!" tiba-tiba saja muncul seorang gadis manis berpakaian muslim serta hijab yang dihiasi Michelia Champaca(*1) di sisi kanan kepala, membawakan beberapa kotak berbagai warna semampunya. "Hadiah dari siapa?" tanya sang kakak, membetulkan letak duduknya. "Dari teman-teman nations mbak," jawab gadis berjilbab itu dengan senyum, meletakkan kotak-kotak itu di atas meja.
"Makasih ya, Aceh," ucap sang kakak, sesosok personifikasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menyunggingkan senyum hangat. "Sama-sama, mbak. Oh ya, mau diambilin sesuatu?" tawarnya sejenak. "Boleh, tolong ambilkan laptop di kamar ya." "Iya, tunggu sebentar ya." Gadis manis bernama Aceh itu berlalu, perempuan bernama Indonesia tadi segera mengambil satu kotak berukuran sedang, membaca kertas yang ada di atasnya.
'Maligayang kaarawan, Ate Indonesia~! Terimalah hadiah dariku ya~ Sign, Phillipines.'
Indonesia tersenyum, membuka bungkus kado tersebut dengan hati-hati dan mengeluarkan hadiah yang ada di dalamnya, sebuah foto yang memperlihatkan sosok dirinya, Phillipines, dan Malaysia dalam pakaian adat masing-masing, foto itu dibingkai dengan indah oleh Phillipines. "MaPhilIndo ya..... Sayang saat itu tidak bertahan lama.." gumam Indonesia, mengenang masa pembentukan organisasi kecil yang sangat singkat tersebut.
Dia beralih ke kotak lain yang berukuran kecil, membuka bungkusnya dan mendapati isinya yang berupa sebuah jepitan kecil berbentuk bunga Hibiscus rosa-sinensis (*2) dengan selembar kertas bertuliskan 'Selamat Hari Kemerdekaan dan Hari Jadi Ke-72, akak Indonesia. Sign, Malaysia.' Senyuman Indonesia melebar membacanya.
"Mbak Indonesia, ini laptopnya." Aceh tiba-tiba muncul dan menyerahkan laptop milik sang 'Putri Ibu Pertiwi' tersebut, Indonesia menerimanya dan berterima kasih, lalu segera menghidupkan laptop dan membuka akun e-mailnya. Seperti yang ia duga, di dalam kotak masuk e-mailnya, ada banyak pesan berisi ucapan selamat hari kemerdekaan untuknya dari sahabat-sahabatnya sesama nation.
Berkali-kali, senyum bahagianya terkembang, atau suara tawanya terdengar, atau senyum sedihnya terlukis, saat melihat hadiah-hadiah, pesan, dan kenangan yang muncul dalam kepalanya. Sesekali, rasa pedih terbesit di hatinya saat mengenang kejadian bersejarah yang akan tetap tersimpan dalam memorinya.
Saat mendapati hadiah dan ucapan selamat dari Timor Leste, ia terbayang akan Invasi Timor Timur, saat dimana alter-egonya lepas kendali. Melihat hadiah dari Russia, semua bantuan yang diberikan negara Tirai Besi saat Operasi Trikora untuk membebaskan Irian Barat bertahun-tahun lalu kembali muncul dalam benaknya. Mendapati video rekaman dari saudara-saudara Asia Timurnya (China, Japan, Taiwan, Hong Kong, Macau), Indonesia mengenang saat-saat mereka masih sering menghabiskan waktu bersama, dan saat dimana dia dijajah oleh Japan.
Ada begitu banyak kenangan yang kembali muncul di kepalanya hari ini. SepertiG30 S/PKI, kedatangan bangsa Eropa pada tahun 1512, Pidato Bung Tomo, semua perang baik antar saudara maupun terhadap bangsa penjajah, semua itu membuatnya merasa nostalgia, sangat nostalgia.
Tanpa sadar pun, air matanya menetes perlahan, jatuh ke pipi dan dia tak repot-repot menghapusnya. Bibirnya gemetar, masih membentuk senyuman, hatinya merasa bahagia karena dia sudah merdeka. Dia nyaris tak bisa percaya, seakan-akan lupa tahun berapakah saat ini dan sudah berapa lamakah dia bebas dari semua beban mengerikan yang mengakibatkan pertumpahan darah.
"Mbak Indone- Eh?! Mbak kok nangis?! Naon mbak?!" tiba-tiba saja muncul adik-adiknya, yang entah kenapa datangnya rombongan bak kereta api, yang terkejut melihat Indonesia buru-buru menghapus air mata di pipinya. "Eh, nggak! Nggak ada apa-apa! Mbak cuma.......... terharu gitu." Sahut Indonesia, disambut pelukan sayang dari Bali. "Mbok cerita dong, Bali kangen cerita-cerita dari mbok." Pintanya sambil tertawa, Indonesia hanya bisa mengelus surai hitam Bali yang disanggul dengan hiasan bunga Dysoxylum densiflorum (*3) sambil tersenyum.
Dia berharap, di tahun-tahun yang akan datang, dirinya bisa menjadi lebih baik lagi dan tetap bersama semua orang yang ia sayangi, untuk melalui hidupnya sebagai personifikasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
~Tamat~
A/N : Ini apaan coba, nggak nyambung sekali Masya Allah, maafkan Kirana Q.Q
Kalau berkenan, silakan tinggalkan vote dan comment, readers sekalian juga boleh request FanFiction, maafkan cerita Kirana yang kurang panjang dan kurang ngena di hati, sekali lagi, maafkan Kirana, mana telat setengah bulan lagi dari tanggal seharusnya.
Michelia Champaca(*1) : Bunga Jeumpa/Bungong Jeumpa, flora identitas provinsi Aceh.
Hibiscus rosa-sinensis (*2) : Bunga Raya, bunga nasional Malaysia, kalau kita menyebutnya Bunga Sepatu atau Kembang Sepatu.
Dysoxylum densiflorum (*3) : Bunga Majegau, flora identitas provinsi Bali.
(Info diatas didapat dari sumber wikipedia dan salah satu blog yang ada di internet)
Terima kasih bagi yang sudah mau membaca! Tetaplah cintai Negara Kesatuan Republik Indonesia kita ini ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hetalia Fanfiction(s)
FanfictionGambar cover bukan milik saya. Credit of the picture goes to the right owner. (If you don't want your picture be used by me, you can tell me and I'll remove it). Berisi kumpulan fanfiction dari anime Hetalia yang semuanya adalah murni karangan saya...