Happy Reading
Semua sudah kembali seperti sedia kala. Keadaan Andra juga sudah kembali seperti dulu. Sudah tak ada lagi derita yang dirasakan oleh Andra akibat penyakitnya itu.
Tapi ada satu rasa sakit yang masih ia rasakan sampai saat ini.
Yaitu ia harus mengikhlaskan orang yang benar-benar ia cintai kepada orang lain.
Andra tidak seegois itu. Andra masih memikirkan perasaan sahabatnya itu yang sudah sangat amat berjasa baginya.
Ia masih tahu dari. Ia berusaha menepatkan dirinya di mana ia harus berdiri.
Andra melakukan ini bukan karena ia tidak mencintai Auna, justru ia sangat amat mencintai Auna. Ia merasa tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Fathur. Fathur itu punya segalanya. Ia saja bisa berhasil menjadi pilot seperti sekarang karena bantuan keluarga Fathur.
"Jadi gimana nak keputusan kamu?" tanya Rani.
"Aku udah memutuskan buat menyerahkan Auna untuk Fathur bun," ucap Andra dengan sedikit penyesalan.
"Bunda kemarin memberi saran seperti itu bukannya tidak sayang sama kamu nak. Tapi kita harus belajar untuk mengikhlaskan seseorang untuk orang yang sudah sangat berjasa dalam kehidupan kita Ndra,"
"Iyq Bun aku tau. InsyaaAllah hati ini ikhlas Bun,"
Setelah itu Rani membawa Andra ke dalam pelukannya.
"Jodoh nggak akan ke mana nak. Kalaupun Auna jodoh kamu, dia akan kembali ke kamu nak,"
"Iya Bun,"
***
Keputusan yang aku buat ini tidak semudah yang kalian bayangkan. Aku mencintai Andra. Sangat. Bila aku bisa memilih, lebih baik aku tidak berada di posisi menyulitkan seperti ini. Harus memilih antara keluarga dan cinta.
Orangtua yang sudah sangat berjasa di kehidupanku. Andra yang berjasa dalam kisah cintaku ini. Entah rencana apa yang sudah Tuhan rencanakan untuk aku.
Dalam kemantapan hati, aku akan memilih untuk pergi saja. Ya aku akan pergi untuk melanjutkan pendidikanku di Aussie. Aku tidak akan memilih Andra maupun Fathur. Aku sudah membicarakan ini dengan mamahku. Mamah bilang jika untuk pendidikan, mamah mendukungku. Aku sangat senang saat mamah mengizinkanku.
Papah. Aku tidak tau apakah papah akan mengizinkanku tentang rencanaku pergi melanjutkan pendidikanku di Aussie.
"Pah," ucapku saat melihat papah yang sedang membaca koran di ruang santai.
Melihatku, papah langsung melipat koran yang barusan ia baca.
"Ada apa sayang? Sini duduk," tawar papah.
"Aku mau ngomong sesuatu Pah,"
"Ngomong aja,"
"Ak--ak--" ucapku terbata-bata.
"Kenapa?"
"Aku mau ke Aussie Pah buat ngelanjutin kuliah aku,"
Aku lihat papah hanya menghelakan napas dan berkata, "Kamu yakin dengan keputusanmu?"
"Iyq pah aku yakin. Untuk masalah perjodohan itu maaf Pah aku tetap nggak akan nerima. Tapi Papah tenang aja, aku juga nggak akan memilih Andra,"
Sekali lagi, aku melihat papah menghelakan napas. Aku melihat ada sedikit guratan kecewa di hatinya itu.
"Ya sudah jika itu keputusanmu. Papah nggak bisa ngomong apa-apa lagi,"
Aku tersenyum mendengar jawaban papah dan langsung membawa papah ke dalam pelukanku.
"Maafin Auna Pah belum bisa membuat Papah bahagia,"
"Jaga diri baik-baik ya Na di sana,"
"Iya Pah pasti,"
"Kapan kamu berangkat?" tanya papah saat sudah melepaskan pelukanku tadi.
"Lusa Pah,"
"Apa tidak terlalu mendadak?"
"Lebih cepat lebih baik Pah,"
"Ya udah. Papah ke kamar dulu ya buat ngehubungin orang kepercayaan Papah untuk mengurus semua kebutuhan kamu di sana,"
"Nggak usah Pah. Aku bisa kok menuhin kebutuhan aku sendiri,"
"Nggak Na. Kamu anak Papah. Itu udah seharusnya Papah lakukan,"
"Makasih ya Pah,"
Papah hanya membalasnya dengan senyuman lalu berlalu dari hadapanku.
Aku berharap keputusan yang aku buat merupakan keputusan yang terbaik dan aku bisa cepat melupakan semuanya yang telah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain, I Love You [Compeleted]
Romanzi rosa / ChickLitKetika semesta mempertemukan sifat yang saling bertolak-belakang. Ketika semesta merubah segalanya yang kelam menjadi indah dan sebaliknya. Akankah semesta mempersatukan mereka di balik badai yang tak kunjung usai? *** banyak banget kesalahan peng...