When I hurt you

46 5 0
                                    


Ada saat kau mencintai seseorang. Kau mengejar dia, bahkan kau mengemis untuk cintanya. Namun ada pula saat dimana kau mendapatkan cinta lalu rasa itu hilang begitu saja.
Kau melepaskannya. Dengan tak bergeming. Tak mengubris rasa yang pernah ada.

*Lima tahun lalu
Lapangan didekat rumah kami adalah saksi bisu aku mengejar Nando dan mungkin, Nando mengejarku.
"Kak Freya, kak Nando ajakin ketemu. Di tempat biasa katanya." Seorang bocah menghampiriku dengan sepeda kecil miliknya.
"Oh.. ia thanks adik." Aku terdiam.

Haruskah aku pergi? Aku ingin kau berjuang, Nando. Mungkin kau butuh lebih banyak waktu untuk menungguku, sampai rasa ini kembali seperti dahulu. Aku tak ingin mengulang perkataanku.

Sore itu, aku kembali berbaring sambil memainkan facebookku. Seperti biasanya. Status dan foto yang aku post selalu mendapat like dari Nando.

"Sungguh, Nando. Aku rasa kau sudah cukup berjuang. Aku tak ingin mengulangi kalimat kasarku padamu. Mencintai tak perlu memiliki, bukan?" Freya menatap layar handphonenya. Mengingat perjuangan Nando untuk tetap bertahan. Meskipun Freya menekan bahkan menolaknya dengan keras

*Dahulu...
"I just can't. Please.. don't push me" Aku memalingkan wajahku.

"Sorry, Freya. I love you." Pria di depanku menyentuh tanganku lembut.

"Aku tahu.. Nando.. Maaf. Bestfriend?" Aku mengangkat tanganku menantikan tos dari Nando.

"Come on, Freya. Ini tentang rasa dan kau tak bisakah sedikit dewasa?" Nando berpaling dan meninggalkanku. Tubuh tegapnya terlihat agak menunduk. Mungkin kecewa.

"Nando! Apa salahku jika aku tak merasakan apapun lagi padamu?" Aku berteriak.

"No.. You don't. Selesaikan apa yang telah kau mulai, Freya." Nando kembali memulai langkah panjangnya.

Tak berhenti disana. Dihari yang sama, Freya menantikan Nando. Ia duduk di halaman rumah Nando. Tanpa ada seorangpun disana. Mama dan Papa Nando sangat sibuk dengan pekerjaan. Itu sebabnya Freya sangat bosan saat itu.

"Kamu lama deh." Freya melangkah mengikuti Nando ke dalam rumah megah di depan rumahnya itu.

"Kamu masih marah?" Freya menarik pergelangan tangan Nando. Mereka berhenti diruang keluarga Nando. Tapi Nando tak bergeming.

"Nando.  Aku sayang kamu." Nando terdiam. Cukup lama hingga Nando berbalik menatap Freya.

"Kamu sedang apa? Mempermainkan aku?" Nando terlihat kesal.

"Aku sayang kamu, Nando!" Freya berteriak. Air mata Nando jatuh begitu saja.

"Hentikan, Freya." Nando mendekati gadis berkostum abu-abu dihadapannya. Kostum yang tak biasa yang Freya kenakan membuat Nando mengerti.

"Aku sayang kamu, Freya. Mungkin aku yang harus berhenti." Nando masih memeluk Freya.

"Kau tak perlu jadi abu-abu untuk menjaga hatiku." Nando berbisik. Kali ini Freya tak dapat menahan tangisnya. Tubuh Freya bergetar.

"Maaf.." Freya memeluk Nando semakin erat.

"Aku sayang kamu, Freya. Entah sampai kapan, ku mohon kembali secepatnya." Nando melonggarkan pelukan mereka. Sekarang Nando dapat melihat jelas raut wajah sedih dari Freya.

"Aku hanya ingin kau tahu yang sebenarnya, Nan. Maaf" Freya melangkah mundur.

"Kau benar, Freya. Kau selalu benar." Nando tersenyum.

"Aku akan berhenti. Kita akan berteman. Seperti yang kau mau." Nando berbalik. Tubuhnya bergetar. Freya tak ingin memberikan harapan untuk Nando.

"Kau tahu, Nando. Suatu saat nanti.. Kita mungkin akan menemuka  cinta. Entahlah, semoga itu kamu." Freya tersenyum. Menyentuh bahu Nando. Lalu pergi meninggalkan Nando sendirian.

"Suatu saat nanti.. Semoga kita menemukan sesuatu yang mereka sebut cinta." Nando bergumam.

"Tapi sebelumnya, bisakah kau ambil rasa ini dariku?" Nando menatap kepergian Freya.

Karena kau terlebih dahulu membunuh rasa. Kau menyiksa pria yang kau cinta.

Shouldn't come backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang