Satu(w)Ini

30 2 0
                                    

Satu hal yang aku rindukan dari beberapa hal yang aku rindukan. Ini.

Satu kata yang mampu menyetrum diri dan membawa pikiran menjelajah jauh ke masa lalu. Ini.

Satu makna yang menusuk kalbu menyesakkan jiwa. Ini.

Satu nama yang berhasil menyihir hati seorang. Ini.

Satu tentang perjuangan yang tak mengenal lelah. Ini.

************************************

Sepintas tentang Satu

Satu, seorang pemuda dari kota kecil memberanikan diri meminang seorang perempuan bangsawan di kota-nya.

Satu, menjadi pembicaraan orang-orang di kota-nya. Semua tak menduga akan ada seorang pemuda dari kalangan bawah yang memberanikan diri secara terang-terangan meminta kepada ayah bangsawan untuk meminang putri bangsawan.

Satu, hanya sebagian kecil orang yang berpikiran modern dari sebagian besar orang yang masih berpikiran kuno.

Satu, Ia pernah berkata "Lebih baik mengungkapkan perasaan daripada diam dan membunuh diri sendiri."

Satu, terus berjuang mendapat restu dari ayah bangsawan. Berjuang dengan sekuat tenaganya. Keras. Segala cara yang baik ia lakukan untuk mendapatkan, restu.

Satu, memaksa kehendaknya karena menurut dirinya, putri bangsawan mencintainya seperti ia mencintai putri bangsawan.

Satu, mengetahui putri bangsawan mencintainya dari surat-surat yang selalu ia terima di tanggal sepuluh senja.

Satu, mengumpulkan surat-surat itu sebagai bukti bahwa putri bangsawan mencintainya.

Semua tentang Ini

Ini, putri bangsawan yang selalu dan selalu dijaga oleh tembok manusia saat ia keluar rumah.

Ini, dianggap oleh orang sekitar, putri yang baik, pintar, penurut, dan pendiam.

Ini, tak banyak yang tahu ia menyimpan sebumi rahasia yang ia tanam dalam-dalam dan berharap akan tumbuh pada waktunya.

Ini, menyembunyikan paras cantiknya dibalik topi lebar yang selalu hinggap di kepalanya saat ia keluar rumah.

Ini, mendengar orang-orang membicarakan seorang pemuda kota kecil merasa penasaran. Jatuh cinta. Perasaan itu yang hinggap padanya saat mendengar nama seorang pemuda kota kecil.

Ini, diam-diam mengutus pelayan terdekatnya. Menaruh sebilah kertas surat di tempat tinggal pemuda kota kecil. Mengutus si pelayan menaruhnya pada saat pulang ke tempatnya.

Ini, sejak saat itu ia selalu berkirim surat tepat setiap tanggal sepuluh. Ia tidak mengetahui apakah pemuda kota kecil itu membacanya seperti koran harian atau membuangnya seperti sampah yang tak sengaja terbawa angin.

Singkat cerita

Ini tidak mengetahui apakah perasaannya kepada pemuda kota kecil itu terbalas. Berbagai pertanyaan bertengger di pikirannya.

Apakah satu mengetahui perasaanku?
Apakah satu peka dengan perasaanku?
Apakah satu akan membalas perasaanku?

Ini sudah bertahun-tahun hidup dalam ke-tandatanya-an.

Hingga akhirnya, Ini mendengar ada seorang pemuda kota kecil datang kepada ayah bangsawan. Meminta restu untuk meminang putri bangsawan, Ini.

"Tujuan saya datang kesini adalah untuk meminta restu kepada Tuan, izinkan saya meminang putri Tuan."

Kalimat itu yang sempat didengar Ini saat dia mengendap-endap dan sembunyi di balik tirai berwarna gelap. Sebelum akhirnya ayah Ini, ayah bangsawan, mengutus pengawalmya untuk menyembunyikan Ini.

Hidup dalam persembunyian

Ini tidak bisa berbuat apa-apa. Sejak hari itu, Ini tak lagi mendengar nama Satu. Ini tak lagi berkirim surat kepada Satu. Ini hidup dalam kisah cinta tanpa kejelasan. Ini hidup dengan perasaannya sendiri.

Berhari-hari Ini tidak keluar rumah. Ayah bangsawan mengharamkannya untuk menjejakkan kaki di tanah luar. Ini selalu di dalam kamarnya. Ayah dan Ibu bangsawan sering mengunjunginya dan selalu memberikan nasehat-nasehat.

Baru kali ini Ini merasakan yang namanya rindu. Sebelumnya, ia tidak pernah merasakannya, mengenalnya pun belum pernah.

Ini merasakan suatu perasaan aneh. Perasaan yang mendorong dia untuk melakukan sesuatu. Ini pertama kalinya Ini nekat keluar dari tempat persembunyiannya. Keluar dari pengawasan orang tuanya. Lepas dari genggaman orang tuanya.

Ini bingung.

Pencarian

Satu mendengar kabar Ini melarikan diri dari persembunyiannya. Ia langsung mengikuti kata hatinya. Satu berlari, melawan rintangan, membunuh kawanan kijang sebagai santapan penambah energinya.

Satu terus berlari. Menerjang ribuan pohon, semak-semak, dan hewan liar. Satu tidak peduli dia ada dimana. Yang ada di pikiran satu hanya Ini. Petunjuk mencari Ini hanya kata hatinya.

Setelah menempuh perjalanan lama, Satu menemukan Ini dia berada di sebuah gubuk kecil. Ini hidup bersama seorang nenek tua.

Satu menghampiri Ini. Membalas senyum merona Ini. Mengulurkan tangan kepada Ini. Sebagai tanda pembalasan cinta Ini kepada Satu.

Satu membawa Ini pergi dari gubuk kecil itu. Pergi dengan restu nenek tua sang penyelamat Ini.

Satu membawa Ini ke sebuah kota di balik tembok raksasa. Tembok yang tak mampu ditembus sembarang orang. Disanalah. Di kota itu, Satu dan Ini menyatukan cinta mereka. Hidup berdua, bahagia. Seperti akhir dalam dongeng-dongeng lainnya.

************************************

"Akhirnya Kakek Satu dan Nenek Ini hidup bahagia dengan keturunan mereka." Dwera menutup buku tua yang lembarannya telah menguning dalam genggamannya itu.

"Jadi, yang Mama ceritakan tadi itu kakek dan nenek Wini?" tanya Wini antusias.

"Tepat, Wini!"

Wini tersenyum lebar, sorot bangganya terpancar dari wajah mungil nan polosnya.

"Jadi, mulai sekarang. Wini harus suka ya dengan nama yang diberikan Kakek dan Nenek Wini." Titah Dwera kepada anak semata wayangnya itu.

"Siap Mama! Satu W Ini. Itu namaku! Nama tercantik sepanjang masa." Ujar Wini seraya memeluk Dwera.

################################

Cerita pendek yang entahlah hanya iseng. Terinspirasi oleh entahlah yaa :''v

Terima kasih telah membaca :D

Satu(w)Ini [Oneshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang