MASA#3 : Drama sadboy beda konteks.

1.3K 101 16
                                    

Pergi saja engkau pergi dariku
Biar ku bunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
hatiku hanya tak siap terluka.

-waktu yang salah, oleh fiersa besari ft. Tantri.-










Tauran, dimana seluruh mata dan otak menilai secara langsung bahwa semua orang yang bersangkutan dengan kegiatan bahaya itu adalah orang tidak benar, brandalan, dan tak punya rasa kasihan.

Padahal sebenarnya tidak. Kegiatan mereka memang salah, namun mereka yang ikut serta adalah manusia. Seperti yang di lakukan aji dan levhi sekarang, mengobati luka satu sama lain di dalam warung teh wati setelah kabur dari tauran kala suara mobil satpol PP terdengar.

"Halah anjing, sakit banget ulu hati gue di injek si aldo yang komuknya kaya engko-engko tukang beras itu." Keluh aji seraya memegang dadanya, lain halnya dengan levhi kini lelaki itu tengah memberi obat merah di lutut aji. "Ya lo! Nyerang ga ikut strategi, ya gini. Mampus."  Ujar levhi.

Aji telah mengobati luka levhi tadi, dan sekarang giliran levhi yang mengobati luka aji. Walau levhi sedikit enggan mengobati luka aji. "JI! JI! AJI MANA?!"

Rian, lelaki itu menghampiri aji yang sedang meringis menahan sakit. "Apaan...AAAK! ANJING SAKIT! pelan-pelan apa le!" Belungsang aji.

"Ya lo jangan banyak bacot dong!!"

"Aww!!" Aji kembali terpekik kala levhi malah dengan sengaja menekan lukanya sedikit kasar. "Nah udah"

Akhirnya sesi mengobati aji yang penuh dengan keributan itu selesai. "Ada apa, yan?" Tanya aji.

"Anu.., widya ditembak galuh di lapang--"

"BANGSAT!!"

Dan disinilah aji berada, menatap lapangan yang sudah sepi penonton. Dari informasi yang di dapat levhi dari para penonton. Widya menerima ajakan galuh untuk berkencan, lantas teman sedari kecilnya itu langsung galau dibuatnya. Pasalnya, widya itu gebetan aji. Semua orang tau aji menyukai widya, dan semua orang juga tau widya selalu menolak aji.

"Emang bener menurut nadin amizah, le."

Levhi mengalihkan atensinya pada aji. "Kenapa dah?" Tanyanya.

"hidup berjalan seperti bajingan, bunda." Levhi tertawa mendengarnya begitu pula aji yang tertawa. "Gue yang deketin, tiap hari gue traktir bakwan, gue antar jemput, tapi dia yang jadian, le. Orang lain."

"Lagian lo traktir bakwan doang, air nya kagak. Mau bikin dia keselek apa gimana coba." Ucap levhi seraya mengingat dimana aji selalu memberi gadis itu dengan 3 bakwan yang sudah di potong-potong di mangkuk sterofoam, dengan taburan sambal di atasnya.

Aji menghela nafasnya. "Gue sengaja beliin dia bakwan doang berharap dia peka, dan ngasih botol tuperware pink air minumnya pas gue selesai futsal.."

"..ya semacam saling membutuhkan dan melengkapi lah le, gue memberi makan, dia memberi air. Bukankah romantis bila cinta saling melengkapi kekurangan dengan kelebihan yang ada."

Ah, si ketua berandal itu mulai lagi, levhi muak. Lantaran di balik sifat galak yang di takuti banyak orang, itu semua hanya cover.  aji itu sebenarnya dangdut dan periang. "Gimana kalo kita merayakan hati patah hati ini, le."

"Mau ngapain?"

"Sambat lah, cabut kuy. Abis istirahat kedua, tinggal 2 pelajaran doang. Mager amat di akhir kelas mantengin bu beti yang doyan cerita bukannya ngajar memberi ilmu."

MASA ; DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang