KUNJUNGAN

71 5 0
                                    

Hari ini hari Sabtu, aku akan berkunjung ke sebuah makam dimana orangtuaku dimakamkan.

"Kakek, sudah sampai nih." ucapku perlahan sambil membangunkan kakekku yang tertidur. "Oh, iya. Uhuk uhuk." balas kakek yang terbangun dari taksi lalu terbatuk. "Jadi berapa pak?" tanyaku kepada supir taksi. "Jadi Rp 25.000 dek." jawab supir taksi itu. "Ok, ini pak, terimakasih." kataku sambil menyodorkan uangnya. "Sama-sama dek." jawab supir taksi itu, lalu aku dan kakek keluar dari taksi itu.

Kami berjalan agak jauh, dan akhirnya sampai di makam kedua orangtuaku. Makamnya sangat bersih karena ayah dari papaku sudah membayar perawatan makamnya.

Kami pun berdoa di depan makam kedua orang tuaku. "Ya Tuhan, berkatilah agar kedua orangtuaku hidup bahagia di surga. Walau pun aku sangat ingin bertemu dengan mereka, doakanlah aku agar tidak terlarut dalam kesedihan. Ya Tuhan, belakangan ini kakekku sakit keras, aku mohon rahmat kesembuhan bagi kakek agar ia cepat sembuh. Terimakasih atas berkatmu telah mempertemukanku dengan kakek sebaik dia. Amin." doaku kepada Tuhan. Aku menunggu beberapa saat dan akhirnya kakek juga selesai berdoa. Lalu kami menaburkan bubga yang sebelumnya sudah kami beli di toko bunga dekat makam ini. Lalu kami hening sejenak.

Sesudah itu kami keluar dari makam, dan mencari taksi. Kebetulan sekali di depan makam ini terdapat pangkalan taksi. Lalu kami menaiki salah satu taksi, lalu pulang ke rumah.

•••••

Sesampainya di rumah, kakek menyuruhku agar membasuh muka sampai kaki di selang di sekat kolam ikan karena kata kakek habis dari makam harus mencuci muka dan lain-lain. Kakek juga mencuci muka juga.

Lalu kami masuk ke rumah, aku langsung pergi ke kamarku dan mengganti pakaianku yang serba hitam. Aku mengganti pakaianku dengan kaus hijau dan celana biru.

Aku bosan dan aku pun mengambil hpku yang kuletakkan di meja. Ternyata aku mendapatkan pesan dari Rita yang berbunyi "Hei Di, kamu ada waktu luang ga?" pada pukul 11.09 tepat 15 menit yang lalu. Lalu aku mengetik dengan cepat dan membalasnya "Ada.". Lalu beberapa detik kemudian aku mendaoat jawaban, "Ayo kerumahku, aku juga ajak Nila dan Amal, kita mau bikin kue buat iseng.". Lalu kubalas "Ok.".

Setelah itu, aku pamit kepada kakek lalu langsung pergi ke rumah sebelahku ini.

"Rita!!..." teriakku. "Eh, Odi. Kok cepet banget?" tanyanya. "Kan rumah kita sebelahan." jawabku sambil berpikir kenapa dia menanyakan itu. "Oh iya, lupa.. ayo masuk." jawabnya lugu. Lalu aku masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam sudah ada Amal dan Nila yang sedang membuat adonan. "Eh Odi, apa kabar nak?" tanya tante Widia. "Baik, tante. Saya mau cuci tangan dulu." jawabku. "Iya silahkan." kata tante Widia lalu pergi ke lantai 2. Lalu aku pun mencuci tangan lalu kembali ke ruang tamu.

•••••

Setelah selesai membuat nastar, kami lalu memanggangnya. Setelah beberapa menit, kami mencoba nastar yang kami buat, dan rasanya sangat enak. Lalu kami membungkusnya untuk dibawa kerumah masing-masing.

Lalu aku berpamitan dan pulang ke rumah sambil membawa nastar dan jus stroberi yang tadi dibuat saat menunggu nastarnya matang, dan aku membawa 2, siapa tau kakek ingin coba, tapi aku kurang tahu apakah kakek boleh minun jus stroberi.

"Kakek... aku membawa jus stroberi..!" seruku saat masuk ke rumah, lali aku menaruh bawaanku di meja. Sepertinya kakek ada di kamar, dan mungkin sedang tidur. Lalu aku cepat-cepat mengeceknya karena sekarang sudah sore terlebih dulu aku memasak air panas di kompor untuk kakek mandi.

Tok tok tok...

Aku mengetuk pintu perlahan dan aku membukanya. Aku sangat terkejut saat mendapati kakek tergeletak di lantai, aku cepat-cepat membangunkan kakek, namun kakek tidak sadar juga. Lalu aku melihat tangan kakek yang mengepalkan tanganya yang sepertinya berisi sesuatu, lalu aku membukanya dan ternyata tisunya berisi darah. Jangan-jangan kakek batuk darah.

Lalu aku cepat-cepat keluar kamar untuk menelepon ambulans. Aku mengangkat gagang telepon dan menekan tombol 119 dan berbicara di telepon dan memberitahukan keadaan kakek.

Beberapa menit kemudian, ambulans datang lalu memgantarkan kakek ke rumah sakit terdekat.

Diperjalan, aku berdoa kepada tuhan agar kakek tidak kenapa-napa sambil menitihkan air mata.

Ternyata, di rumah sakit tersebut bagian UGD sedang penuh, lalu kami mencari lagi rumah sakit yang dekat. Aku sangat panik, aku tidak tahu harus berkata apa.

Lalu kami menemukan sebuah rumah sakit di desa sebelah. Lalu dengan cepat para suster mengantar kakek ke ruang UGD. Aku pun disuruh oleh suster untuk menunggu di depan ruang UGD dan terlebih dulu ke counter untuk membayar sesuatu yang aku kurang tahu pasti apa itu.

ASTAGA... aku lupa membawa dompet kakek. Untung saja aku membawa hp, dengan cepat aku menelepon Rita agar mengambilkan dompet kakek.
(Percakapan di hp)
Odi : "Halo, Rita."
Rita: "Eh Odi. Ada apa? Bagaimana kabar kakek, kudengar tadi ada suara ambulans"
Odi : "Aku kurang tahu, tapi terakhir kali kata suster keadaan kake kritis. Bolehkah aku minta bantuan, aku lupa membawa dompet kakek, dompet kakek ada di laci kamar kakek."
Rita: "Astaga...!!! Kalo begitu aku akan antarkan bersama orangtuaku, kamu di rumah sakit apa?"
Odi : "Rumah Sakit Sejahtera."
Rita: "Ok, kalau begitu, tunggu aku.".
Odi : "Ok."

Lalu aku menunggu Rita dan keluarganya datang. Saat aku menunggu, dokter keluar dari ruang UGD dan bertanya siapa keluarga Pak Jaya. Lalu aku memberitahu kakek itu bila itu aku. Lalu dokter memberitahuku bahwa...

The Lonely ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang