Berhijrah bersama karena Allah

928 15 2
                                    

  Kamar ber cat hijau ini semakin membuat jenuh saat rutinitas yang biasa dilakukan setiap hari sudah tak ada lagi, hal itu adalah belajar, mengerjakan tugas dan membuat banyak media praktikum, rutinitas itu berakhir saat aku sudah lulus kuliah dan setiap hari ku kini hanya diisi dengan menjawab banyak pertanyaan - pertanyaan aneh dari siswaku. Jika di fikirkan kembali banyak hal yang telah aku lalui dalam hidup ini. Hal yang paling menyenangkan adalah ketika kita memiliki saudari yang bisa jadi apa saja, aku dan sepupu ku kami bisa melakukan hal apapun yang kami anggap itu adalah hal yang menyenangkan, kami iya kami adalah dua orang gadis yang seumuran dan hanya berbeda dua bulan saat lahir,mungkin ketika seluruh alat indra ku mulai berfungsi dan setiap pergerakan respon ku mulai baik dia baru lahir ke dunia, dia sepupu sekaligus adikku, sahabatku, kakaku dan segala nya karena dia bisa melakukan apapun dan bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Perajalanan kehidupan kami berbeda satu sama lain saat kami mulai beranjak dewasa kami bertemu kembali dan melakukan banyak hal gila, sejak kecil kami memang sudah sering menghabiskan waktu bersama, ketika itu dia sangat suka dengan Captain Tsubatsa entah lah dia sering menuliskan nama karakter anime itu di tangannya sampai seperti tato yang menjumbai dan memenuhi tangannya. Waktu ke waktu kami tumbuh dewasa usia kami 23 tahun sekarang, katanya sih tua tapi kami berjiwa muda.
Saat itu kami kuliah di tempat yang sama namun kami berbeda satu tahun, dulunya aku sempat masuk universitas jurusan ekonomi namun lama-lama tak nyaman karena pada akhirnya aku tau bahwa ternyata dalam jiwa ku lebih condong ke dunia sains. Dia Thifla Cahya Halimah sepupu ku, dia punya nama yang indah bukan. Arti dari namanya adalah anak perempuan yang bercahaya dan tawakal, nama ku juga tak kalah indahnya Meiza Khoirunnisa artinya perempuan yang berbuat baik. Nama kami sudah ukhti banget kan tapi sayangnya kelakuan kami tak menggambarkan seorang ukhti yang dalam konotasi anggun, lemah lembut, murah senyum, suka mendengarkan lagu nasyid, selalu baca al- ma surat, kaos kaki panjang, pemalu dan rajin pengajian, laah ... kami pecicilan, grasak grusuk dan bisa melakukan hal yang aneh. Pernah saat itu kami selalu melakukan ‘ hunting’ ceritanya dapetin foto bagus di tempat- tempat yang tak lazim misalnya di kebun eurih, sawah, di kebun pisang, kebun bambu, perumahan belum jadi dan bahkan di kuburan. Kami juga sering bikin video aneh misalnya cover lagu ngga jelas, cover video clip let it go yang di parody kan jadi duh emma duh bapa dan akhirnya aku yang harus jadi kuntilanaknya mana di bawah pohon salak lagi, video joget-joget, video wawancara kriminal dengan si Thifla yang jadi terdakwanya berbalut sarung ala ninja dan berkacamata hitam, parodi iklan parfum dengan semprotan burung punya bapak nya si Thifla dan banyak lagi hal yang kami buat yang mungkin hal tersebut tidak akan pernah di lakukan oleh para ukhti yang khimar dan begamis longgar.
Pada dasarnya aku selalu bermimpi mendapatkan pasangan ganteng syar’i gitu ke – ikhwan – ikhwanan yang selalu menjaga wudhu, murah senyum, melihara jenggot, gak pacaran, celana gak isbal dan mapan tapi aku berfikir ulang apakah gadis seperti ku bisa mendapatkan pria seperti itu, aku bahkan belum berkhimar, bergamis longgar, memperbaiki kelakuan dan ahlak, aku tidak seburuk itu aku hanya seorang gadis yang masih bercelana jeans ketat, suka menonton drama korea, mandengarkan lagu korea dan berkaos panjang tapi kerudung ku bukan khimar. Aku dan Thifla adalah orang yang setipe masih belum bisa menetapkan hati pada satu pilihan, entahlah kami sering mencoba untuk pacaran tapi jatuhnya malah menyakiti laki- laki, kalo aku masih mending paling singkat pacaran 2 mingguan lah si Thifla dia bahkan bisa pacaran dalam waktu 5 menit setelah jadian langsung di putusin, kemudian seiring berjalannya waktu kami tidak pernah punya pacar hanya selalu timbul keinginan seperti orang lain yang punya pacar dan selalu di perhatikan pacarnya, di jaga, di antar jemput, pamer foto berdua kalo di sosmed dan banyak lagi, tapi aku selalu berfikir ulang untuk apa melakukan hal seperti itu kadang membuat ku ilfeel pada laki- laki dan menurut ku tidak penting hanya buang – buang waktu. Jiwa ukhti ku bergejolak jika aku pacaran berarti aku berada dalam lumbung dosa berbagai macam zina bisa terjadi. Allah bahkan sangat membenci orang pacaran kami selalu membela diri sendiri jika ditanya kenapa masih jomblo Mei .. Thiff ?  jawabnya yaa .. lagi renovasi hati aja  supaya yang datang langsung jadi biar ngga pergi – pergi lagi, bukannya kita ngga laku banyak yang datang silih berganti tapi belum ada yang klop aja sama hati, kami juga pernah jatuh cinta.
Dulu pada saat  usia kami sekitar 20 tahun, aku dan Thifla sangat aktif menjadi bagian dari organisasi di mesjid mulai dari mengajar anak – anak mengaji, membersihkan mesjid setiap hari minggu, mempersiapkan penampilan anak - anak untuk Maulid Nabi dan jadi MC dadakan, pada usia ini pula kami jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada senior ku di kampus yang ganteng – ganteng syar’i gitu dan Thifla dia jatuh cinta sama anak bocah yang pake sarung hijau dan di selempangin udah kaya kabayan aja. Saat itu aku baru saja tingkat satu, seorang senior berkaca mata bening, berjenggot tipis dan berjaket kuning lewat dihadapan ku entahlah sejak saat itu aku mulai menyukainya kemudian aku sebagai junior di kampus diwajibkan ikut menthoring klasikal yang rutin diadakan setiap hari minggu, ya awalnya malas hari libur kok masih harus pergi ke kampus, tapi ketika itu aku lihat si senior jaket kuning itu menjadi bagian dari acara ini dan aku langsung menyimpulkan bahwa si senior ini adalah bagian dari LDK (Lembaga Dakwah Kampus) ia bernyayi didepan kami junior nya dengan maksud untuk menghibur lagu yang ia bawakan adalah Muhasabah Cinta dari Edcoutic sejak itu pula aku sangat menyukainya seiring waktu berlalu berbulan-bulan aku tidak pernah tau nama si senior itu  aku hanya menamai nya Aa. Muhasabah Cinta sampai smpai pada akhirnya aku tahu bahwa si senior itu bernama Izzan Nurdin ia berasal dari fakultas Bahasa dan Sastra Inggris, semakin hari aku semakin menyukainya ia benar- benar menunjukan kesederhanaan dan ketaatanya sebagai seorang ikhwan dari sana aku selalu berangan- angan saat ia menggengam tangan ayahku dan mengucapkan ijab qabul untuk ku, terlalu berlebihan memang karena ia bahkan tidak tahu jika aku sangat menyukainya, sebelumnya aku selalu menyisihkan waktu hanya untuk curhat dan menginap di rumah Thifla, aku katakan pada Thifla bahwa aku sedang jatuh cinta pada seorang senior.
“ Thif, aku lagi suka sama kakak senior di kampus, dia anak  fakultas Inggris namanya Izzan”
“ Oh ya, bagus kalo gitu lalu gimana bperkembangannya ? ” tanya Thifla sambil terus meng scrool hp nya entah apa yang sedang ia lihat.
“ Tidak ada perkembangan apapun, aku bahkan baru tau namanya kemarin ”
“ Kamu payah banget sih Mei .. sini aku ajarin modus ya,  aku tau kalo hari minggu depan ada acara Nasyid kampus yang diadain sama anak – anak LDK coba deh kamu buka fb mu dan tanya- tanya seputar acara minggu nanti sama si senior itu, yakin deh dia bagian dari acara itu”
“ wihh .. kamu bener banget Thif ,” di situ aku mulai menuruti apa kata Thifla tentang modusin senior Izzan lewat inbox, kemudian berbagai macam modus pun aku lakukan
“ Tif, kamu ngga lagi suka sama cowo ? tanya ku sambil nunggu balesan inbox yang menurut ku ini nekat banget
“ Aku lagi suka sama si sarung ijo Mei “ ucap Thifla malu – malu
“ Siapa sarung ijo ? anak santri di mesjid al – hikmah ya ? ” tanya ku mendesak Thifla
“ Dulunya iya, tapi sekarang dia udah jarang ngaji lagi di mesjid, waktu itu ia datang ke rumah buat  nganterin pesanan baju ku,  di lihat – lihat ko imut ya jadi suka aja gitu tiba- tiba” tutur Thifla sambil meluk bantal
“Emang itu cowo orang kampung kita juga ?” desak ku lagi pada Thifla “ Iya, dia anak nya mang Paun tukang obras yang di bawah sana namanya Lucky”                              
“ Ohh .. anak mang Paun .. atuh dia mah bocah Thiff  “
“ Ya .. iya bocah tapi yaa .. gueeh lagi suka sama si sarung ijo “
Kami curhat semalaman suntuk, kami selalu membicarakan banyak hal, apa yang akan di lakukan esok, apa yang akan dilakukan pagi hari, siang hari dan sore hari begitu seterusnya kami selalu punya kegiatan. Malam itu Thifla berfikir untuk melakukan pemotretan, malam itu juga kami menggunakan macam – macam kerudung jualannya si Thifla, kami membuat sebuah nama yang cukup besar dalam kertas HVS kami buat seindah dan sejelas mungkin nama yang aku buat IZZAN dan Thifla buat LUCKY kemudian pemotretan di mulai kami bergatian memotret satu sama lain  dengan  pose memengang nama orang yang disukai masing-masing, aneh kan kalau ukhti jam 11 malem biasa nya mereka Istikharah atau Tahajud, laah kita mah yang cerita nya lagi suka sama ikhwan malah melakukan hal –hal konyol bahkan foto kami saat itu masih tersimpan rapi dalam sebuah folder di laptop ku.
Hari sabtu saat itu di kampus stand pendaftaran untuk acara Konser Nasyid sudah di buka, harga tiketnya 10.000 rupiah tanpa fikir panjang aku membeli 2 tiket  untukku dan untuk Thifla, aku fikir ini kan ide nya Thifla untuk nonton konser nasyid jadi Thifla tidak akan ragu untuk menemani menonton, aku sangat antusias karena aku tahu bahwa senior Izzan akan berpartispasi disana, kemudian hari minggu pun datang aku dan Thifla berangkat ke kampus untuk acara itu dengan style yang berbeda menggunakan rok panjang, biasanya style kami sangat free saat kuliah celana  jeans ketat atasan kemeja atau jaket dan kerudungan di atas dada, sampai di kampus aku langsung duduk di tempat terbaik dan si Thifla masih ngobrol di luar dengan temannya, penampilan pertama di buka oleh senior Izzan, aku senang dan sangat menikmati setelah lagu pertama beres Thifla masuk dan duduk di sampingku
“ Tadi yang nyanyi siapa Mei “ tanya Thifla penasaran
“ Oh .. itu tadi senior Izzan yang nyanyi, seneng banget “ tutur ku dengan antusias
“ Laah .. ko suara nya jelek ya .. kedengeran sampe luar ngga ada enak- enaknya “
“ ahh ... elu Thif .. dia itu masa depan guehh “
Semakin siang acara semakin membosankan, akhirnya jam 12 siang kami memutuskan untuk pulang di perjalanan kami tak lupa melakukan banyak pemotretan sampai depan kantor bupati garut kita cekrek, depan pager besi tinggi kita cekrek sampai dalam gang gravity kita juga cekrek. Malamnya kami pasti tak lupa untuk mengajar ngaji anak – anak di mesjid, aku selalu kefikiran si senior Izzan aku berusaha menjadi seorang ukhti yang syar’i dengan berkerudung panjang, baju yang syar’i walaupun bukan gamis longgar kemudian aku selalu minta cekrek sama si Thifla kalo lagi pake outfit yang Syar’i kemudian aku uplod ke fb karena aku tahu kalo senior Izzan lebih aktif di fb tiap menit aku tengok siapa saja yang nge like dan ketika salah satunnya akun senior Izzan yang nge like itu senengnya bukan main, kemudian dari waktu ke waktu aku semakin sadar bahwa aku hijrah menjadi syar’i hanya karena senior Izzan yang ikhwan, aku fikir dia akan tertarik padaku jika aku berhijrah seperti itu namun semakin aku berfikir  jika aku berbeda dengan dia, senior Izzan hijrah sudah sejak lama, ia hijrah dengan thawadu dan tawakal sedangkan aku hijrah hanya karena jatuh cinta padanya semakin aku sadar bahwa cinta ku bertepuk sebelah tangan dan tidak akan berakhir bahagia pada akhirnya aku kembali menjadi diriku yang lama ber jeans ketat, atasan kemeja panjang dan kerudung di atas dada, sejak saat itu aku biarkan senior Izzan sebagai motivasi ku untuk belajar hijrah menjadi lebih baik dan menjadi syar’i, hijrah perlu proses dan itu tidak mudah.
Aku pun sudah lelah mencari laki – laki yang sesuai dengan keinginanku, aku menyerah dan membiarkan saudari – saudari ku yang mencarikannya, karena pada dasarnya ke 3 saudariku adalah ukhti dengan khimar dan gamis longgar, entahlah kenapa hanya aku saja yang rock and roll, Waktu terus berjalan akhirnya mereka menemukan laki – laki yang mereka fikir cocok untukku, kemudian membawanya kerumah bersama dengan orang tuannya menemui orang tua ku, mereka bermaksud untuk Ta’aruf dengan ku jika cocok kami akan di nikahkan jika tidak, yaaa .. tidak apa namanya juga Ta’aruf (perkenalan) tidak selalu berakhir di majelis nikah kan. Keluargannya membiarkan pemuda itu menyebutkan namanya, aku belum sempat melihat wajahnya karena teteh bilang, “Neng, nunduk dulu ya .. jangan nengok” aku menuruti perkataan teteh, sampai pada akhirnya suara lembut pemuda itu mengalun “Assalamualaikum Nama Saya Hamas Syahid Izzudin, saya datang kemari bermaksud untuk Ta’aruf dengan putri anda”, entahlah saat itu ada perasaan yang berdesir di hatiku suara nya indah, tapi biasa nya mereka yang bersuara indah tidak selalu dengan tampang yang rupawan yaa .. aku mencoba untuk slow jangan baper dulu takutnya mengecewakan. Aku terus berkutat dalam fikiran ku dalam posisi tertunduk tanpa sadar teteh pun menyadarkan ku “Neng .. neng .. ayo wajahnya diangkat Hamas mau lihat “
“ Hah ... oh iyya teh” balas ku sambil mengangkat wajah dan tepat ketika aku mengangkat wajah, aku di hadapkan dengan ciptaan Allah yang begitu sempurna, pemuda bernama Hamas itu sangat tampan, wajahnya yang mulus, hidung yang mancung dan badan yang yang tegap membuatku jatuh hati, ia menatapku seraya tersenyum aku pun membalas senyumannya dengan canggung karena sebelumnya aku telah ber Su’udzon padanya. Terdengar samar namun aku tahu apa yang dia ucapkan “Subhanallah” itu kalimat yang keluar dari mulutnya ketika kami beradu pandang, aku rasa dia tidak akan menyukaiku dia sangat sempurna seperti yang saudari ku gambarkan sebelumnya dia seorang ikhwan yang rajin pengajian ketika kuliah dia aktif di LDK, KAMMI dan Rohis, Ya Allah ... aku malu aku merasa tidak pantas aku kan termasuk kategori rock and roll, setelah itu keluarga tidak membiarkan kami membuka suara lagi hanya sesekali aku mencuri pandang hal yang sama juga ia lakukan ia mencuri pandang dan mencoba tersenyum padaku, mereka bilang dia bekerja di departemen perpajakan bagian manajer umum, ia adalah salah satu pimpinan saudara ipar ku. Dalam hati “ Ya Rabb .. pemuda ini adalah tipe ku shaleh, mapan, tampan pokoknya semua yang aku minta dalam do’a ku engkau kabulkan hari ini tapi aku tidak tahu apakah dia satu untuk seumur hidup ku atau bahkan kami tidak berjodoh sama sekali ” Su’udzon ku lagi. Kemudian majelis Ta’aruf ini diakhiri jika tidak halang rintang tiga bulan kemudian mereka akan kembali bekunjung, “Apakah ini pertanda baik ?” fikirku dalam hati, mereka pun pamit dengan diantar keluarga ku sebelum itu Hamas bersalaman dengan semua keluargaku dan mencium tangan kedua orang tua ku, kemudian kami saling berhadapan dia tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya aku pun melakukan hal yang sama “ Ya Allah ia tampan sekali”.
3 bulan kemudian
Hari ini adalah jadwal keluarga Hamas akan berkunjung dan akan memutuskan akan di bawa kemana setelah majelis Ta’aruf ini, sebelumnya keluarga ku sudah bertanya apakah akau sudah mantap menerima Hamas ? aku mantap tapi entahlah dengan Hamas dia pemuda yang sangat sempurna, tubuhku bisa saja di balut gamis longgar dan khimar tapi aku takut belum tawadhu dan istiqomah karena ketika menikah nanti ia akan tau banyak sekali kelemahan ku mengenai agama, aku takut ia akan menyesal telah menikahi ku dan kemudian meninggalkan ku, ke tiga saudariku terus saja meyakinkan ku bahwa Hamas akan menerima ku apa adanya, karena ia adalah laki- laki tipe pemimpin dan insyaallah akan jadi imam yang baik untuk membimbingku kelak, saudari ku memakaikan ku gamis longgar dan khimar yang cantik dengan warna soft nude, dan saudariku yang lain mendo’akan ku dengan meniup ubun-ubunku dengan isi do’a “ Semoga saudari bungsuku ini tawadhu dalam syar’i” dan aku hanya bisa mengucapkan “ amin ... amin .. amin “ dengan lirih. Aku sudah siap dengan jawaban Hamas jika ia menerima aku pun sudah mantap, jika ia hanya ingin kenal saja aku akan menghentikannya. Rombongan keluarga Hamas datang, keluarga ku menyambut dengan baik apalagi saudara – saudara ipar ku sudah memeluk Hamas seakan Hamas adik mereka saja, ia tersenyum pada ku dan aku pun menangkupkan tangan ku dan tersenyum padanya, majelis Ta’aruf di mulai pembicaraan sudah semakin serius ayah Hamas sebagai perwakilan mengatakan “ Ananda Meiza, putra kami Hamas ingin mengenal mu lebih dekat lagi “
aku menunduk “ Benarkan ia tidak ingin menikahiku hanya untuk mengenal lebih dekat saja, ta’aruf ini tidak akan sampai ke majelis Nikah”
ayah Hamas melanjutkan pembicaraannya “ Hamas putra kami ingin mengenalmu lebih dekat dengan membawa mu ke majelis Nikah “
aku terkejut langsung menatap sekeliling apa tidak salah Hamas si pemuda sempurna itu ingin menikah denganku ??, melihat ekspresiku Hamas terlihat khawatir dan ia pun mengatakan “ Apakah neng Meiza mau menerima pinagan saya ? “  suasana sedikit senyap beberapa menit, mereka sedang, menunggu jawaban dari ku, aku cukup lama berfikir saat itu sampai sudariku harus mencubitku halus dan memberi kode “ semua sedang menunggu jawabanmu neng “ keluarga menatap ku dengan khawatir mereka fikir aku akan menolak Hamas.
Aku menghembuskan nafas dan menjawab “ Insyaallah saya terima pinangan A. Hamas dan saya harap A. Hamas bisa membimbing saya hijrah untuk menjadi lebih baik lagi karena banyak kekurangan yang saya miliki sebagai seorang ukhti yang sempurna ”
Hamas pun kembali menjawabnya “ Insyaallah, saya akan menjadi imam yang baik untuk neng Meiza “ semua orang tersenyum lega dan mengucapkan “ Barakallah “ Ibunda Hamas mencium kening ku dan aku mencium tangannya, beliau menyisipkan sebuah cincin indah di jari manis ku. Hamas hanya tersenyum manis padaku, jika perlu diketahui aku dan Hamas berbeda 3 tahun, usia nya sekarang 26 dan aku 23 tidak terlalu jauh lah, keluarga Hamas bedomisili di Jakarta sedangkan Hamas berdomisili di Sukabumi jika kami menikah nanti aku akan dibawa hijrah ke Suakabumi, aku sih tidak masalah karena Teteh ku yang ke 3 juga berdomisili di sana. Keluarga Hamas tidak ingin berlama – lama untuk menikahkan  kami mereka meminta bulan Mei sudah diadakan majelis nikah, aku tidak terkejut karena kalau sudah begini ya harus siap nerima kapanpun pernikahan dilangsungkan, aku menawarkan tanggal 18 Mei untuk majelis nikah karena betepatan dengan hari ulang tahunku supaya bisa menjadi kado terindah juga, mereka semua setuju keluarga Hamas memberikan uang sebanyak 70 juta rupiah untuk mempersiapkan gedung dan lainnya, karena keluarga Hamas ingin yang terbaik untuk pernikahan anak pertamanya tapi kami sudah terbiasa dengan pesta yang sederhana. Keluarga Hamas berpamitan kami akan bertemu lagi di bulan Mei di majelis nikah kami, sebelum pulang Hamas meminta no kontak ku untuk berkomunikasi karena ya setengah dari diriku sudah menjadi miliknya walaupun belum seutuhnya jadi kami harus memupuk komunikasi dengan baik. Keluarga ku heran dengan uang sebanyak itu sayang kalo di buang buat pesta pernikahan saja, akhirnya kami memikirkan konsep yang sesimple mungkin tapi mewah dan tidak usah buang banyak uang. Kemudian aku berfikir Allah terlalu baik padaku, aku malu aku bukan muslimah yang sangat taat tapi Allah mengabulkan semua do’a yang aku minta “ aku ingin nikah di gedung supaya keluarga ku bahagia semua dan mamah tidak harus cape dan takut kehabisan menu makanan makanan kalo tamunya membludag “ .
H-30 Menuju majelis Nikah
Gedung  intan balarea, make up dan katering sudah siap untuk bulan Mei, komunikasi antara aku dan Hamas juga semakin  intens, ia selalu mengingatkan “ Ayo neng shalat ashar dulu ” , “ Ayo neng alma suratnya jangan di simpen di aplikasi aja” , “ Ayo neng dhuha dulu, jangan terlalu sibuk share undangan” Setiap menit ia pasti mengirim pesan - pesan singkat yang manis, itu lucu tapi aneh tiba – tiba dalam 5 bulan kepribadian dan hati ku melunak, biasanya aku benci di perhatikan, di kirim pesan yang manis tapi Allah sudah menetapkan hatiku pada satu pilihan “ Alhamdulilah “ . Kami tidak melakukan photoshoot atau preweed, sebenarnya aku juga ingin seperti orang lain punya foto preweed yang akan dipajang saat pernikahan nanti, tapi Hamas bilang “nanti kita bikin foto Afterweed biar kita bebas pake pose apapun kamu bisa share di media apapun biar semua orang bisa lihat ya .. “ kalo di fikir - fikir Hamas ada benar juga dia selalu punya cara buat aku tenang,
H-15
Undangan dengan motif yang chic dan di sisipkan sebuah karikatur sosok pemuda dan seorang gadis membuat undangan sederhana ini terlihat manis, aku mulai bagikan undangan itu lewat berbagai macam media seperti instagram, fb, WhatApps, BBM dan lainnya, aku mulai bagikan kepada teman terdekat ku Gengs ku, ketika kuliah dulu aku punya gens yang di beri nama HirHir isi nya 6 perempuan dan 1 laki – laki, kami bertujuh dulu masing – masing anggota punya pacar hanya aku sendiri yang tidak punya pacar kadang aku befikir apa aku ngga laku ya .. apa aku seburuk itu ya ?, mereka pacaran sampai bertahun – tahun tapi belum berani menikah, dulu aku selalu sesumbar “ walaupun aku sekarang jomblo tapi liat aja aku akan tau – tau nikah lebih dulu dari mereka, yang pacaran bertahun- tahun tapi ngga nikah – nikah ”. Sekarang aku bisa dengan lantang mengatakannya karena ternyata aku yang tau – tau nikah lebih dulu dari pada mereka, selesai membagikan undangan tiba- tiba banyak chat dan pesan yang masuk “ Mei .. akhirnya nikah selamat ”
“ Mei ngga pernah punya pacar tau – tau nikah, aku pasti dateng ”
“ Wihh .. Mei luu nikah ngeduluin kita –kita ya, kita pasti dateng ”
“ Mei .. moga langgeng yah, walaupun sebenernya aku ngga rela”
“ Mei aku patah hati kamu nikah tapi selamat ya”
Aku cengar – cengir sendiri membaca banyak pesan yang masuk dari teman, sahabat bahkan para mantan, yang mengejutkan adalah pesan yang datang belakangan isi nya
“ Barakallah .. Meiza, insyaallah ia imam yang baik untuk Meiza .. Selamat ya neng, insyaallah aa pasti datang “ pesan terakhir masuk dari seseorang yang pernah menjadi motivasi dan alasan ku untuk menjadi wanita muslimah yang syar’i iyah .. ia senior Izzan, ya sudah itu masa lalu ..
Kriiinggg ... Handphone ku berdering dan di lihatnya nama yang sudah tak asing lagi mungkin sudah puluhan telepon masuk dari nama itu Aa. Hamas ..
“ Assalamuaikum Aa. Hamas ? “
“ Waalaikum salam Neng Meiza .. sudah shalat ashar belum ? Ayoo “
“ Lagi banjir a , jadi kata Allah ngga boleh sholat dulu “ Ucapku polos
“ Wihh ... iia kalo gitu neng ngga boleh shalat dulu nanti malah dosa ya “ celoteh Hamas
“ Iya a .. jadi lagi libur dulu shalatnya “
“ iya neng , nanti juga shalat lagi ya ? sudah sampai mana neng persiapannya ? ”
“ Alhamdulilah semua sudah siap A .. tinggal aa sebar  soft undangannya ke temen- temen aa”
“ Syukur alhamdulilah kalo sudah siap, iyah lagi aa share ini “
“ Ya sudah aa, neng mau milihin baju sama riasan buat nanti sudah dulu ya , assalmualaikum”
“ iyah sok neng wa’alaikumusalam”
KLIK .. pembicaraan kami yang cukup panjang akhirnya harus terputus karena aku harus memilih beberapa gaun untuk di pakai di majelis nikah nanti, aku sudah minta pada penata rias nya aku tidak mau gaun yang bagian bawah nya menggelembung ingin yang sederhana saja kemudian aku juga tidak mau kerudung yang ribet dan banyak bunganya nya di kepala ingin kerudung syar’i saja yang panjang dan mahkota kecil yang cantik diletakan di kepala untuk baju pria cukup yang senada saja dan disisipkan nuansa sundanya.
H - 1
Persiapan sudah sempurna hanya tinggal menunggu hari esok, insyaallah akan berjalan dengan lancar sampai detik ini sudah dua hari Hamas tidak menghubungi tapi aku ya Husnuzon aja semua akan baik – baik saja. Malam menjelang aku perasaanku tidak karuan hanya bisa guling sana guling sini “ Kok aku rindu  Hamas ya ..  Allah sudah benar- benar menetapkan aku pada satu pilihan kali ya ... alhamdulilah sekali kalo begitu  “.
Hari HAAAAAA ....
Pagi itu keluarga ku berbondong – bondong menuju gedung pernikahan yang sudah dipesan kami akan didandani di sana, aku memilih Teteh – teteh ku dan keponakan ku untuk menjadi pagar ayu dan pagar bagus nya tak lupa si Thifla juga. Aku selesai didandani sesuai dengan apa yang aku inginkan simple tapi tetap syar’i, aku tidak boleh keluar sampai ijab qabul selesai aku masih tidak percaya semua hal yang aku minta dalam do’a ku selama ini benar- benar terjadi, terimakasih Ya Allah Ya Rabb ... waktu terus berjalan tepat pukul 09 : 00 Wib rombongan keluarga Hamas datang, dan ia calon suami ku berjalan menuju meja akad dan berhadapan langsung dengan ayahku, aku tidak bisa melihatnya langsung saudari – saudariku melarangnya hanya saja suasana disana terdengar hening kemudian beberapa menit kemudian suara pria tua melantukan “ Saya nikahkan dan kawinkan putri saya yang bernama Meiza Khairunnisa binti Ismail dengan Hamas Syahid Izzudin bin Hamaadin emas kawin tersebut tunai “ kemudian suara lembut pria muda menjawab “ Saya terima nikah dan kawinnya Meiza Khoirunnisa dengan mas kawin tersebut .. tunnai “ keadaan hening sejenak, kemudian seorang penghulu mengajukan pertanyaan “ Apakah SAAAH ? “ dan di saut oleh semua hadirin di sana “ SAHHHHHH ” ... “ Barakallah lahuma wabarikalaikuma wajaah baina khuma fikhoirrr ” dan disitu air mata ku mulai menetes tak tertahan untungya eyeliner dan maskaranya waterproof jadi tidak akan luntur, kemudian Teteh bilang “ Neng sudah sah jadi istrinya Hamas, mulai sekarang jangan Ogo lagi sudah dewasa harus bisa menyelesaikan masalah sendiri, sanggup sayangku ? ” dengan sedikit terisak aku menjawab dengan lantang “ Insyaallah aku sudah siap “, saudari ku memapah ku menuju meja penghulu disana sepasang mata indah dengan wajah bebinar dan senyuman manis yang tak redup menatapku lega seolah berkata aku berhasil mengucapkannya dalam satu kali nafas dan kau ditakdirkan untukku, kami disandingan di meja akad, penghulu bilang “cium tangan suaminya neng “ aku mencium tangan pemuda yang kini menjadi suami ku itu dengan penuh ketulusan dan Hamas menyentuh lembut kepala ku .. “ Jang sok di cium kening istrinya ” kemudian Hamas mencium keningku, rasanya aneh karena aku tidak pernah di cium pria sebelumnya, untunglah Allah tidak membiarkan aku pacaran kalau tidak aku tidak akan merasakan kenikmatan frist kiss, Kami menandatangangi buku nikah dan bersiap disandingkan di pelaminan untuk menerima banyak tamu.
Tamu undangan mulai membludag satu per satu bisa ku kenali wajah – wajah teman, sahabat bahkan para mantan, “ Meiizaaaa .. akhirnya nikah beneran tanpa pacaran “ seorang gadis menggandeng pacarnya dengan baju couplenya memelukku bahagia ia Syafia sahabat karib ku saat kuliah “ Laah elu kapan mau nikah fia .. pacaran aja terus dosa luu “ celotehku sambil mencubit pipi nya lembut, “ ah .. gua mah kagak tau Meii kapan mau di halalin sama ni bocah, oh ya selamat ya Meii jadi ngantri bgini gua malah curhat di pelaminan “ dan satu persatu geng HiHir ku bersalaman dengan aku dan Hamas “ Tanteu selamat pisan ya .. tanteu selamat ber Hijrah pula ya “ Ucap manja si bungsu dari geng kami Risty “ A. Hamas nya ganteng pula “ Ucap Hilmi sahabatku yang lain sambil mencium pipi ku” aku senang mereka datang karena sudah 5 bulan setelah wisuda kami tidak bernah bertemu lagi. Tamupun semakin banyak “ Aku lelah a, haus ingin minum “ tanpa basa basi Hamas meninggalkan pelaminan dan membawakan segelas air minum untukku “ Neng minum dulu “ semua tamu yang menyaksikan jadi bersorak cie .. cie so suiitt banget .. jadi malu. “ Meiza barakallah ya “ ucap seorang pemuda sambil menangkupkan tangannya di depan dada, ketika ku tengok, itu senior Izzan dan kemudian ia bersalaman dengan Hamas mereka terlihat akrab, tak di sangka mereka saling mengenal dalam organisasi KAMMI, Hamas adalah ketua organisasi KAMMI cabang Sukabumi dan Izzan ketua cabang Garut mereka sering bertmu dalam sebuah kajian organisasi.
     Majelis nikah pun telah berakhir kini aku dan Hamas telas resmi menjadi suami dan istri malam itu kami tidak melakukan apapun karena kami benar – benar letih, hanya saja saat itu Hamas mengajak ku untuk shalat isya berjamaah suasana malam yang tenang dan hening menciptakan kekhusyukan dalam shalat, sebelumnya aku terdiam sejenak ketika menatap punggung tegap seorang pemuda yang kini menjadi suamiku kemudian berdiri di hadapanku sebagai seorang imam untuk memimpinku shalat, rasanya aneh biasanya aku shalat sendiri di samping lemari di kamar ku tapi sekarang ada seseorang yang mendampingiku, aku hanyut dalam ketakjuban ini tanpa sadar suara lembut mengalun dihadapan ku
“ Neng .. ayo shalat dulu, kenapa malah melamun ?
“ Eh .. iia a maaf ayo , Neng sudah siap jadi ma’mum aa “
Hamas tersenyum manis dan kami pun mulai melakukan shalat berjama’ah, kemudian kami berdo’a aku khusyuk mendengar lantunan do’a nya dan hanya menjawab amin.. amin.., Hamas berbalik kehadapan ku, aku meraih tangannya dan menciumnya, Hamas menatapku dan mencium keningku dengan lembut. Subuh sekitar pukul setengah 5 Hamas membangunkanku, aku malu harusnya aku yang membangunkannya
“ Neng .. ayo bangun kita shalat subuh ?
“ Hmmmm ... masih ngantuk matinn ..” tanpa sadar akhirnya aku membuka mataku sedikit demi sedikit ada pemuda tampan tersenyum manis tepat dihadapanku wajah kami sangat dekat.
“ Bukan mamah Entin, ini aa “ ia tersenyum lagi
“ Astagfirullahhalazim “ aku bangun seketika, aku lupa kemarin aku sudah menikah, aku menatapnya dan hanya nyengir kuda ..
“ Neng bobo pake mukena ya ? ayo wudhu dulu dan oh iya aa juga belum liat neng tanpa khimar “
“ Hehehe .. iya , Neng mau ambil wudhu dulu”
“ Neng, Aa mau shalat di mesjid Neng di rumah aja ya”
Kemudian aku hanya shalat subuh sendirian, “ aku fikir kami akan shalat berjama’ah lagi, kenapa harus membangunkan ku jika ia mau shalat di mesjid”
Sekitar pukul 5 pagi aku mandi dan melihat diluar Hamas belum juga pulang dari mesjid, sudah 30 menit padahalkan mesjid tidak terlalu jauh dari rumah, aku memakai pakaian biasa tanpa gamis longgar dan khimar panjang, tak apalah toh dia suamiku .
“ Assalamualaikum “ seseorang berbadan tegap bebalut koko, sarung dan peci , dia tampan sekali memasuki ruangan kamar kami.
“ Kenapa lama sekali aa ? Shalat subuh ko sampai setengah jam ”
“ Iya maaf Neng, tadi ustazd yang di mesjid bertanya dan mengajak ngobrol mungkin dilihatnya aneh ko ada orang baru, ya aa bilang aja aa ini suaminya Neng Meiza anaknya Bapak Ismail, Ustazd itu bilang kemarin sedang ada di luar Garut jadi tidak tau kita nikah”
“ Oh gitu ya A , ya udah ngga apa – apa .. hheheh”
“ Neng rambutnya tebal ya, cantik juga kalo ngga pake khimar “
“ Kalo gitu Neng ngga usah pake Khimar aja ya biar cantik”
“ Eiits “ Hamas menyentil jidat ku lembut “ ngga boleh, nanti rambutnya kemana – mana diliat sama cowo lain kan cantiknya Neng tanpa khimar mah cuman punya aa aja”
“ hihi... iya aa, Neng cuman bercanda”
“ Oh ya .. Neng hari ini ada Tarbiyah KAMMI cabang Garut, ngundang aa soalnya mereka tau aa lagi ada di Garut, Neng ikut ya temenin Aa ?”
“ KAMMI ya a .. dalam fikirku aduh aku bisa ketemu sama senior Izzan lagi kalo begitu terus aku bisa ketemu sama si Azzam juga .. males pisan deh kenapa harus ngajak aku juga sih”
“ Gimana mau ngga Neng ? ayo sekalian aa kenalin sama anggota organisasi aa biar mereka iri liat aa punya istri cantik kaya Neng”
“ Euh si Aa mah bisa aja kalo ada maunnya teh , iya Neng ikut”
Sekitar pukul setengah sepuluh pagi aku dan Hamas pergi ke Mesjid Agung Garut untuk melakukan kajian tarbiyahnya untungnya Hamas sudah mapan dan punya mobil sendiri jadi aku tidak harus cape naik turun angkot, kami kemudian sampai di pekarangan masjid agung, benar saja ketika masuk kami disambut teman- teman kajiannya Hamas “ Barakallah ya Hamas .. ih istrinya cantik sekali” seorang ibu paruh baya menghampiriku dan memujiku habis – habisan, aku malu disisi lain beberapa gadis berpenampilan sama dengan ku tersenyum dan mengucapkan Selamat atas pernikahan kami, “ Sayang ya A. Hamas yang dari cabang Sukabumi itu udah nikah, jadi ilang deh kesempatan ku buat Ta’arufan sama dia” samar terdengar nada penyesalan dari bebrapa gadis dipojokan sana, Hamas memang tampan pasti banyak ukhti – ukhti yang suka padanya. Di sebrang sana Azzam pemuda yang sekarang masih tingkat empat dikampusnya hanya bisa tersenyum manis padaku dia pernah dekat denganku dia menyukaiku sejak dia tingkat satu dan aku tingkat dua, sayangnya aku selalu menolak pernyataan cintanya karena dulu aku belum siap sampai akhirnya aku sekarang menikah dengan orang lain dan kami bertemu lagi dalam keadaan seperti ini, sedangkan senior Izzan perasaanku sudah biasa saja padanya karena pada kenyataannya dia tahu bahwa dulu aku sangat menyukainya tapi dia nya saja yang tidak peka sehingga ya .. perasaan ku tidak terlalu dalam. Seorang gadis berpenampilan sama denganku manghampiriku dan memelukku, aku heran siapa gadis itu ketika dia berhadapan denganku ternyata itu Anggia teman sekelas ku waktu di kampus dulu, dia mengucapkan selamat sudah nikah dan maaf karena kemarin tidak sempat hadir, “ Mei .. alhamdulilah kamu udah hijrah, semoga tetep istiqomah ya “
“ Insyaallah gia .. aku juga masih perlu banyak bimbingan, takutnya tiba – tiba melenceng”
“ Iya Mei .. Insyaallah A. Hamas bisa membimbing kamu”
“ Aminn .. makasih ya gia “
Hamas memberikan kode untukku maju kedepan, aku mikir mau ngapain lagi ni orang ngajak aku ke depan itu kan isi nya cowo semua, aku mendekati Hamas dan merangkul tangannya kan malu disana ada orang – orang yang pernah dekat deganku.
“ Perkenalkan ini istriku Meiza Khoiruunisa, untuk kalian yang kemarin tidak datang, kemana saja ?”
Aku menangkupkan tangan ku di depan dada saat Hamas memperkenalkan ku kepada semua orang.
“ Maaf Kang Hamas kemarin aku di luar kota “ ucap seorang pemuda berjaket KAMMI
“ Kang Hamas Barakallah ya, istrinya cantik banget”
“ Kang Hamas semoga jadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah ya”
Aku hanya tersenyum, suasana nya berbeda sekali jika berada di lingkungan ukhti dan akhwat.
Aku harap aku bisa istiqomah dalam berhijrah semoga Hamas juga bisa membimbingku menjadi lebih baik dalam berhijrah.
Amiiin ...

       Selesai















































Pembimbing HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang