Tentang Les

106 10 0
                                    

Astra menemaniku mencari novel di toko buku. Aku kemudian menemukan buku itu lagi, "Story of Stars". Astra terlihat biasa saja saat melihat buku itu. Padahal aku kira dia akan lompat-lompat kegirangan saat melihat ada kata "Stars" pada judul buku itu. Aku memandangnya bingung. Tanpa sadar aku jadi melamun ke arahnya.

"Gw udah punya, Nat." Katanya sambil penepuk pundakku.

"Apaan sih lo ngagetin aja! Eh. Gw ngelamun ya?"
"Ho oh."
"Ish. Tapi kok lo tau gw mau nanya itu?"
"Nanya apa?"
"Nanya kenapa lo ga se excited yang seharusnya pas ngeliat buku ini."
"Oh. Ga lah, gw ga tau. Lo kira gw peramal? Gw cuma ngeliat mata lo yang ngeliatin gw seakan nanya gw mau buku ini apa ngga."
"Sama aja jir."
"Hahaha."
"Eh tapi beneran lo punya? Ceritanya gimana sih? Covernya menarik, tapi sinopsis nya ngga."
"Gw saranin sih lo jangan beli. Buat orang kayak lo yang ga terlalu mentingin bintang dan kawan-kawannya, buku ini ga berfaedah sama sekali."
"Oh gitu ya."
"Gw nemu judul buku yang mungkin cocok buat lo baca."
"Apaan?"
"99 tips menghilangkan kejombloan."
"Eh lo ya yang jomblo. Gw sih single. Alone by choice. Hahaha."
"Ampun nona." Katanya sambil berlagak memohon.
"Ihh udah buruan bantu gw cari. Mau les!"
"Les?"
"Iya, les. Nanti anter aja gw sampe Taman Kencana."
"Deket situ?"
"Iya."

Oh iya, aku lupa bilang. Aku tinggal di Bogor, tepatnya di jalan Salak. Makanya, aku marah banget pas pertama kali Astra minta aku ke Monas. Bayangin. Tapi, bukannya Astra tinggalnya deket Monas?? Kok dia tiap hari bisa dateng kesini? Gila.

"TRA!" Teriakku tanpa sadar sambil memukul punggungnya.
"WOY APAAN SIH CEWE GILA!" Sepertinya dia sangat kaget sehingga balik berteriak. Lucu banget reaksi kagetnya.
"Lo tinggal di Jakarta kan? Deket Monas? Kok lo bisa-bisanya dateng ke Bogor cuma biar nemenin gw?"
"Oiya gw lupa."
"Lo lupa lo tinggal di Jakarta?"
"Kaga lah dodol. Gw lupa bilang. Ibu gw dulu tinggal di Bogor sama gw. Rumahnya belom dijual, katanya buat investasi. Jadi gw lebih sering kesini karena adem."
"Gile. Lo kaya ya?"
"Kaya? Ga kok. Rumah yang di Jakarta itu warisan dari nenek gw. Cuma itu."
"Oh."

Aku liat muka Astra agak murung gitu jadi aku ga mau tanya lebih lanjut. Aku mau ngobrol, tapi ngomongin apa ya?

"Tra."
"Yo?"
"Lo bawa apa sih? Kayaknya berat banget."
"Oh ini. Gw kan bego nih-"
"Akhirnya lo ngaku."
"Dih garing lo. Gw lanjut ga nih?"
"Iya-iya."
"Gw butuh les juga. Tapi gw bego cuma di pelajaran bahasa. Kebetulan hari ini gw juga les."
"Jakarta?"
"Bogor."
"Hah?"
"Kan gw bilang. Gw lebih sering ke sini karena adem."
"Terus sekolah lo dimana?"
"Di Bogor juga."
"Di Jakarta lo ngapain?"
"Ngunjungin planetarium kesayangan. Udah gitu di Jakarta lagi seru. Banyak banget kejadian ga terduga."
"Kayak orang nemuin kartu pelajar cewe di toko buku Bogor, abis itu nyuruh cewe nya itu ke Jakarta cuma buat ngambil ya? Pasti itu peristiwa paling gila yang pernah dialamin sama cewe itu." Kataku sambil tersenyum agak kesal karena mengingatnya.
"Nat kok lo bisa sampe diselingkuhin sih?"
"Hah?"
"Gak jadi."
"Hmm oke."
"Oh iya udah jam 5 nih."
"Anjir gw les nya jam 5 woy!"
"Yaudah buruan naik."

Sesampainya di sana udah lewat setengah jam. Ah ngga apa-apa lah. Udah sering aku telat sejam.

"Dah sampe nih."
"Lo les jam berapa?"
"Jam 5 juga."
"Trus les lo dimana Tra?"

Astra ga jawab. Dia langsung ngambil helm yang aku pegang, dan menyuruhku buru-buru pergi karena aku dan dia sama-sama telat. Lalu Astra pergi. Jalan kaki ke tempat les bahasa Inggris ku hanya memerlukan waktu 4 menitan. Aku lari. Papa sama mama minta aku les disini biar aku tambah fluent dalam berbahasa Inggris. Walaupun mama sama papa ada darah luar negri, aku tetep dipaksa les disini.

Aku masuk ke kelas, dan mereka biasa aja ngeliat aku telat. Ya iya lah. Kita semua sering telat. Gurunya juga. Pas bel istirahat bunyi, aku keluar kelas pengen jajan di luar aja.

Pas sampe di tukang bakso, aku ngelamun. Gatau ngelamunin apa. Aku tiba-tiba diem gitu. Terus ada mas-mas di belakangku yang menepuk pundakku sambil berkata,

"Mba? Mba itu antrean nya udah abis. Itu abang-abangnya udah nungguin mba. Jangan ngelamun mba."

Rasanya nostalgik banget.

"Dih. Nat?"
"Lah? Tra?"
"Hehe haii."
"Gila dunia ini sempit parah."
"Pulang bareng dong nih?"
"Nah gitu dong! Boleh tuh. Baru mau ngajak hahaha."
"Eh ga jadi dah. Ntar gw dikata tukang ojeg."
"Ish."
"Canda mba."
"Yaudah. Anterin pulang yaaa."
"Iya-iya."

Abis percakapan itu, kita berdua mesen mie kuah pake bakso. Pas udah mau masuk lagi, Astra ngajak aku ngomong.

"Kok lo ga bawa buku, Nat?"
"Kasih tau ga ya?"
"Kasih tau. Kalo ngga, gw ga mau anterin lo pulang."
"Ish mainannya ngancem. Oke gini. Gw udh di kelas yang bisa dibilang lumayan tinggi levelnya. Temen-temen gw juga ga pernah bawa buku. Kenapa? Karena guru gw bilang, kalau belajar pake buku tuh useless karena kita pasti udah ngerti semua yang ada di buku itu. Mendingan ngobrol langsung. Convo pake bahasa Inggris. Jadi, di kelas gw tuh, kita cuma ngobrol, nonton film di youtube atau website lain, main games, dan gabut-gabutan."
"Wih gila enak banget. Gw harus bawa buku terus. Katanya kalo ga bawa dihukum."
"Lo tingkat dan buku apa emangnya?"
"Intermediate. Book 5."
"Rendah hahahaha."
"Sombong. Emang lo di mana? Buku berapa?"
"Advanced, book 11."
"Wey gila! Emangnya lo anak kuliahan?"
"Di kelas gw juga masih SMA semua kok. Jadi yaaa.. lo ngerti lah."
"Ngerti apa?"
"Bukan gw yang kepinteran. Lo nya aja yang bego. Hahaha."
"Jahat. Ga anter pulang nih!"
"Ampun mas!"

Jam istirahat udah selesai. Kita berdua masuk, menyelesaikan les, abis itu Astra nganter aku pulang.

"Kapan-kapan ke rumah gw ya Nat?"
"Siap bos! Tapi lo ga sendirian kan?"
"Lo kira gw bakal macem-macem? Ga lah! Tetangga gw banyak!"
"Iya mas tukang ojeg ampun!"
"Ish gatau terima kasih ah udah dianterin juga masih ngatain gw aja."
"Hehe. Makasih ya, Tra. Besok ortu gw pulang, jadi lo ga perlu dateng lagi. Mudah-mudahan kita ketemu lagi ya."
"Iya. Jangan lupa sekolah."
"Siap bos! Lo juga."
"Oke."
"Bye, Tra."
"Bye."

Aku lupa lagi mau bilang sesuatu sama Astra. Haduhh.

Tentangnya dan Para BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang