Part 14

2.8K 176 24
                                    

'Sakit hati'

Sepulang sekolah ini, Reava hendak meninggalkan Reova. Dia ingin pergi dengan sepedanya ke apartemen Reova. Sudah cukup dia menjadi bahan pembicaraan satu sekolah. Dia tidak ingin lagi mendengar namanya di antara bisikan bisikan setiap perempuan di sekolah ini.

Tetapi apalah daya, angan tinggalah angan. Saat dia berada di parkiran sepeda, dia melihat majikannya itu sudahduduk manis di sadel depan sambil melambaikan tangan kepadanya. Reava hanya bisa menebarkan senyuman manis dan mengumpat dalam hati karena menahan malu sekaligus jantungnya yang berdetak gila saat berdekatan dengan Reova.

"Gue tau niat busuk lo buat ninggalin gue di sekolah sementara lo bakalan pulang. Sayangnya lo terlalu lambat untuk ngelakuin itu." Ucap Reova penuh keyakinan. Membuat Reava kesal dengan kebenaran yang diucapkan pujaan hatinya itu.

"Fitnah doang lo, Kak. Gue gak mau ninggalin lo kok." Elaknya. Sementara Reova menaikkan sebelah alisnya menahan tawa.

"Reee... Baju olahraga lo ketinggalan di kamar mandi. Buku matematika lo juga masih di atas meja. Sama bolpoin lo jatuh tadi." Ucap Evelyn menghampiri Reova dan Reava. Sontak tawa Reova pun meledak. Dan Reava hanya bisa menahan malu.

"Ish... Kanapa ketawa sih, Kak?!" Sewotnya.

"Re.." Panggil Evelyn.

"Apaan?!" Bentaknya kesal.

"Tas lo masih kebuka." Ucap Evelyn membuat tawa Reova semakin kencang. Banyak gadis mencari sudut yang bagus untuk memotret Reova yang sesang tertawa. Karena jarang jarang mereka mendapat pemandangan gratis seperti ini.

Berbanding terbalik dengan Reova, saat ini Reava malah menunduk malu. Ingin sekali dia mengutuk bibir indah Evelyn karena telah mempermalukanya. Ingatkan dia untuk melakukannya nanti.

"Tuh, kan. Ketauan banget kalo lo bohong." Ucap Reova diantara sisa sisa tawanya.

"Emang lo bohong apa?" Tanya Evelyn kepada Reava. Reava hanya memandang Evelyn tajam seolah ingin menusuk perempuan itu dengan tatapannya.

"Apa?" Tanya Evelyn tidak mengerti.

"Tadi dia mau ninggalin gue, Ev. Bilangnya aja enggak. Padahal udah keliatan banget kalo bohong." Reova angkat bicara.

"Lo emang gak pinter bohong de, Re." Ucap Evelyn geleng geleng kepala.

"Uhh.. Udah deh.. Ayo pulang." Ucap Reava kesal sambil mencubit lengan atas Reova keras setelah mengambil barang barangnya yang ketinggalan dari tangan Evelyn, membuat lelaki itu merintih kesakitan.

"Apaan sih?!" Sewot lelaki itu. Tak lama kemudian, lelaki itu menghadap Evelyn dan tersenyum manis. "Gue balik dulu ya. Gak usah cemburu kok. Gue cuma temennya." Reova mencubit pipi Evelyn yang sudah memerah.

"A-apaan?! Gue gak cemburu kok." Evelyn menunduk dalam sambil menyangkal perkataan Reova.

"Ekhm.. Salting lo." Ucap Reava sambil melipat tangannya di depan dada.

"Gak! Udah deh.. Mending lo berdua pulang." Ucap Evelyn.

"Iya iya.. Gue pulang dulu." Ucap Reova sambil menepuk puncak kepala Evelyn. Sedangkan Evelyn hanya bisa tersenyum kikuk.

Hati Reava serasa tercubit melihat itu. Sama kayak yang dia lakuin ke gue kemarin. Bego! Jangan berharap lebih, Reava!. Tutur dewi batin Reava. Reava hany bisa tersenyum dan naik ke sadel belakang, dan setelah melambaikan tangan kepada Evelyn, Reova mengayuh sepedanya keluar dari sekolah. Dengan bisikan bisikan murid perempuan yang mengiringi mereka.

★★★★★★★★

Sesampainya di apartemen Reova, mereka berdua naik ke lantai 12, tempat apartemen Reova berada.

Saat tiba di lantai 6, pintu lift terbuka dan masukpah segerombolan -entah siapa- seperti anak kuliahan, dan semuanya laki laki. Dengan otomatis, mereka berdua terdorong ke sudut kiri lift yang penuh. Dan Reova yang berada di sebelah kanan Reava, menaruh tangan kirinya ke dinding lift, agar tubuh Reava tidak bersentuhan dengan punggung anak kuliahan itu.

Reava hanya terdiam melihat lengan kokoh berada tepat di depannya. Dia dapat merasakan harum pakaian Reova dari jarak mereka yang sangat dekat.

Saat lift kembali lengang karena anak anak kuliahan itu keluar di lantai 10, Reova menarik tangannya menjauhi dinding lift.

"Lo gak kesenggol, kan?" Tanya Reova. Reava terkekeh menutupi rasa salah tingkahnya.

"Emang dangdutan, pake disenggol segala."

"Ya, siapa tau.." Ucap Reova tersenyum menunjukkan deretan giginya.

Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka di lantai 12, Reova dan Reava keluar dari lift dan berjalan beriringan ke ruang apartemen Reova.

Reova masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian, sedangkan Reava langsung mulai mengambil sapu untuk bersih bersih.

Reova keluar kamar tepat saat Reava memasak di dapur. Dengan senandung lagu It Ain't Me keluar dari mulutnya. Reova tersenyum kecil dan mendatangi Reava.

"Re.." Panggil Reova membuat Reava menghentikan senandungnya.

"Ya? Butuh sesuatu?" Tanya Reava sambil membalikkan badannya dari kegiatan membersihkan udang.

"Gak sih. Cuma pengen manggil." Ucapnya lagi. Reava hanya mendengus dan berbalik dengan kegiatannya.

"Lo lagi masak apaan?" Tanya Reova sambil menumpukan tangannya ke meja bar yang ada di dapur itu.

"Lo gak alergi seafood, kan?" Tanya Reava. Yang dijawab Reova dengan kata tidak.

"Mmm.. Sebenernya, gue punya alergi mentimun. Getah mentimun kalo kemakan bisa bikin gue gatel gatel." Ucapnya.

"Yaudah.. Lo tunggu aja di meja makan. Gue masak udah sama cumi asam manis." Ucap Reava tanpa berbalik badan. Reova bersorak dalam hati mendengar makanan favoritnya disebut.

"Mau gue bantuin gak?" tanya Reova antusias. Reava menghela nafas. "Gak usah. Kerjaan ini buat pembantu. Majikan tugasnya nunggu aja."

Mendengar kalimat itu, dahi Reova mengernyit tidak suka. "Eh, gue gak pernah nganggep lo pembantu ya, Re. Gue akan selalu anggep lo temen gue sampai kapanpun. Niat gue murni ngebantu kok." Sanggah Reova serius.

Teman? Batin Reava seolah mencemooh dirinya sendiri.

"Tapi istilahnya emang pembantu, kan? Gue emang kerja buat dibayar, kan. Dasarnya... Gue itu jual diri." Ucap Reava tidak terkontrol. Dia menaruh piring berisi masakannya ke hadapan Reova dengan agak sedikit kasar.

"Lo kenapa sih marah marah gak jelas?! Lagi dapet, hah?!" Bentak Reova kesal. Reava hanya diam dan menunduk dalam.

Setelah beberapa saat, akhirnya salah satu dari mereka membuka mulut. "Oke.. Gue minta maaf kalo gue salah. Lo cuma perlu tau dua hal. Pertama, pekerjaan lama lo itu cuma masa lalu, lo gak usah ungkit ungkit lagi. Dan yang kedua, gue gak pernah sekalipun anggep lo sebagai pembantu." Ucap Reova sambil berdiri dan mengangkat wajah Reava agar menatapnya.

"Kita temen?" Tanya Reova sambil tersenyum semanis madu. Membuat kepala Reava mendadak hanya memiliki satu fungsi, yaitu mengangguk.

"Nah.. Sekarang, lo makan. Habis itu, gue mau ngomong sesuatu." Reova memaksa Reava duduk di kursi lain meja makan dan memaksanya makan.

Setelah makan dalam diam, akhirnya Reova dan Reava selesai makan. Sebelum sempat membereskan piring piring yang ada, Reova langsung menarik Reava menuju ruang tengah untuk duduk di salah satu sofa panjang.

"Gue.. Sebenernya.."

"Sebenernya apa?" Ucap Reava penasaran.

"Sebenernya gue mau minta bantuan lo buat.." Ucap Reova ragu.

"Buat apa? Jangan putus putus deh." Reava mendesak Reova tidak sabar.

"Buat nembak Evelyn."

Dan seketika itu pula, Reava rasa hatinya hancur.

★★★★★★★★

Boom.. Gimana tuh...:))

Vomments yang banyak yaa.. Doain aku juga, bentar lagi mau ujian nasional nih:D

Callista

Reova & ReavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang