32

9.8K 625 41
                                    


Setelah melewati pagi yang sangat indah dengan kebahagiaan yang sudah sangat lama dia rindukan, bermain hujan dengan kedua kakaknya. sepanjang perjalanan hingga kerumah mereka bertiga begitu menikmati hujan.
Dan sekarang, tiba waktunya dia harus pergi melanjutkan hidup.
Dengan Fauzan yang ada di gendongannya, Serta keluarga yang berada di kelilingnya Naira masih bisa tersenyum meski itu di paksa.

"Nai, kamu hati-hati ya nak disana. harus bisa jaga diri."

"Iya bun."

"Nai, apa kamu benar-benar yakin akan pergi? Apa tidak bisa dibatalkan saja?"

"Mama Kenapa tanya gitu?"

Mama mertuanya itu hanya menggeleng dengan tangis yang semakin deras.

"Ma, Nai pergi sebentar aja, setelah lulus Nai janji akan segera pulang. Mama jangan nangis dong."

"Nai, cepet pulang setidaknya untuk Fauzan."

Naira tersenyum, di serahkannya Fauzan ke gendongan Kamila lagi. dia harus pergi atau keadaan disini bisa mempengaruhi keadaanya.

"Kak, Fauzan harus tau ya kalau Nai sayang banget sama dia. Mas, jagain Ayah, Bunda, Fauzan, Kak Kamila juga mama dan papa ku ya mas."

"Pasti Nai."

Setelah berpamitan dengan semuanya, Naira kembali mencium pipi gembul Fauzan.

"Ammah pergi dulu ya sayang, nanti Ammah pulang nemuin Fauzan insyaAllah."

Naira berbalik dan ingin segera masuk ke pintu keberangkatan yang akan memisahkan raganya dengan segala yang ada di tempat ini, tapi ujung jilbabnya tertarik. Saat kembali menoleh dia melihat tangan kecil Fauzan mencengkram jilbab panjang nya.
Fauzan tersenyum sangat lucu menatap Naira.

"Sayang, Ammah pergi dulu yaaa.."

Dengan sangat hati-hati Naira melepaskan tangan Fauzan dari ujung jilbabnya.
Mereka semua haru melihat itu. Naira dan Fauzan memang sangat dekat, sejak Naira hanya bisa duduk di kursi roda dulu memang hanya Fauzan lah yang bisa membuat dia kembali tersenyum dan bahagia. Malaikat kecil penyelamat bahagianya.

"Nai pergi, Assalammu'alaikum...."

"Wa'alaikumsalam warah matullah"

Baru saja Naira mulai melangkahkan kaki hendak memasuki pintu keberangkatan, saat keluarganya berteriak menyebutkan nama Kamila.

"Kamilaaaaa!!"

Naira menoleh melihat kakak nya terjatuh, untung saja berada dalam pelukan Alwan, Refleks Naira langsung berbalik lari kearah keluarganya yang telah sibuk dengan kamila yang tiba-tiba pingsan. Mama nya dengan sigap telah mengambil alih Fauzan yang untung saja tak terjatuh. Naira bersyukur ada Alwan yang dengan sigap memeluk kakak dan keponakannya tersebut, kalau tidak Naira tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi dengan Fauzan.

Seluruh keluarga berada di depan ruang UGD, tak terkecuali dengan Naira. melihat kondisi Kamila yang seperti ini dia mengurungkan kepergiannya untuk sementara. Alwan sangat gelisah menantikan dokter yang sedang memeriksa Kamila di dalam sana, sementara Naira masih dengan setia menggendong Fauzan yang kini tengah tertidur dengan lelapnya.

Alwan merasa bingung dengan apa yang terjadi pada Kamila, apa yang membuatnya tiba-tiba pingsan, padahal dia terlihat baik-baik saja tadi, dan kenapa juga dokter begitu lama hanya mengurusi orang yang pingsan.

Dokter keluar dengan wajah yang sulit untuk di pahami, semua anggota keluarga bergerak menghampirinya dengan rasa khawatir yang tak dapat lagi di sembunyikan.

Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang