Part 1

27.7K 811 22
                                    


Sore ini hujan turun cukup deras mengguyur jalanan Wellington Abbey Road. Beberapa warga nampak berlarian menepi di sepanjang jalan di pinggiran toko. Ada beberapa yang sudah menyiapkan payung dan langsung memakainya. Percaya diri akan turun hujan untuk menyiapkan payung karena atmosfir langit yang bergelayut mendung di sepanjang siang tadi.

Seorang pemuda tengah sibuk menghitung uang pecahan kecil di meja cashier di sebuah McKenzie's Market 'Fresh Fruits and Veggie'. Ia mendongakkan kepalanya saat terdengar bunyi lonceng kecil menggema di pintu depan toko. Ia tersenyum manis saat melihat pelanggan setia-nya berkunjung untuk belanja.

"Hi Eric," sapa seorang gadis cantik dengan setelan Blazer hitam lengan panjang dan Stilleto warna Beige.

"Selamat datang, Jessy," jawab Eric masih tersenyum. Ia melihat Jessy agak kuyup, bergegas ia memberikan tissue kepada gadis itu.

"Thanks, Ric." Jessy mengulum senyum setelah menerima tissue dari Eric. 

"Duduklah Jess, aku akan mengambilkan pesananmu," kata Eric seraya meraih notes.

"Hari ini buah Pear saja, Ric."  Eric mengangguk dan langsung mengambil pesanan Jessy di area buah-buahan yang hanya beberapa lorong dari area cashier.

Pemuda itu langsung memilih buah Pear dengan cepat dan menimbangnya. Ia menghampiri Jessy yang tengah merapihkan rambut ikal shiny brown-nya.

Ia kembali terpana menatap wajah lugu Jessy. Kehadirannya hampir dua tahun yang lalu ke pemukiman ini terasa membawa angin segar bagi Eric. Love in silent. Bagi Eric itu bukan suatu kejahatan. Ia hanya tak ingin Jessy tahu dan gadis itu akan menghilang dari jangkauan matanya. Eric cukup sadar diri siapa dirinya. Hanya seorang yang mengelola toko warisan mendiang orangtua-nya, sedangkan Jessy seorang pegawai kantoran. Gadis itu tinggal di gedung apartment yang bagus dan nyaman. Sekitar dua blok dari tokonya.

Seketika Eric sadar bahwa ia menatap Jessy agak lama dari biasanya. Ia pun beranjak menuju mesin kasir dan menghitung belanjaan Jessy.

"Belanjaanmu sebesar $ 9.25 Jess," kata Eric sambil menaruh buah Pear Jessy ke dalam paper bag.

Jessy membayarnya dan segera bangkit dari kursi yang di dudukinya tadi. "Thank's Ric," ucap Jessy sambil meraih paper bag-nya dan melangkah menuju pintu depan toko.

"Anytime, Jess!!" seru Eric dari meja cashier sambil tersenyum. Jessy berbalik dan membalas senyum Eric.

Setelah kepergian Jessy, Eric kembali melanjutkan pekerjaannya menata buah-buahan yang terlihat tidak tertata pada tempatnya. Menghabiskan waktu sore berhujan hingga ia tutup toko.

***

Keesokkan harinya, Eric bangun pagi dengan tubuh yang segar dan prima. Ia melakukan stretching sejenak dan menuju kamar mandi. Bercukur dan menyalakan shower air hangat. Setelah berpakaian, ia turun ke lantai satu menuju dapur minimalis yang telah di renovasi oleh Mr. Brown dua hari yang lalu.

Aroma karbol lantai dan aroma kayu manis terhirup oleh hidung mancungnya. Menyalakan kompor, memanggang beef bacon di teflon dan memanggang dua helai roti gandum ke dalam toaster. Pemuda itu memulai sarapannya dengan tenang di temani segelas freshmilk.

Sepuluh menit kemudian, ia meraih Apron yang di gantungnya di sudut dapur dan mengenakannya sambil berjalan menuju toko. Menyalakan semua lampu dan membuka pintu depan toko. Ia melirik jam dinding, beberapa saat lagi dua asisten-nya akan datang membantunya mengelola toko ini.

Eric melakukan pekerjaan rutinnya setiap pagi. Pengecekan uang di mesin kasir, berkeliling area toko dan check list buah dan sayuran organik di gudang penyimpanan. Tak lama kemudian, Jason dan Diana datang untuk membantu.

Jessica LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang