"Aduh... Lama bener sih lu! Lu ngapain sih?! Boker ya?! (Hening tidak ada jawaban) Clara! (Lampu berkedip dengan cepat) Clar! (Tok tok tok tok tok... {Suara seseorang mengetok sambil berlari dari pintu utama}).
Aku berjalan mendekati pintu secara perlahan. Aku merasa hawa angin yang dingin itu masih ada di belakangku. (Muncul wanita bayangan tertunduk dan menatapku). Saat aku mendekati pintu hawa angin dingin semakin kencang. Bulu kudukku merinding. Wangi-wangian semakin kuat. Aku memberanikan diri untuk membuka pintunya. Saat aku akan menyentuh gagang pintu tiba-tiba....
Puk!
Ada yang menepuk pundak ku. Langsung aku berbalik badan dan terkejut melihat Clara yang sudah keluar dari kamar mandi. Ia memasang wajah datar dan menatap mataku seperti ada sesuatu yang ia tutupi."Heh! Katanya nggak mau ninggalin, kalo iya terus lu ngapain mau buka pintu?!" tanya Clara dengan ekspresi jutek.
"Anu, e... Itu, gue... Tadi ada yang ngetok pintu ini. Jadi gue mau buka aja... Gue gak ninggalin lu kok." jawabku yang kebingungan mau menjawab apa. Karena aku tidak mungkin juga memberitahu hal yang tidak-tidak.
"Oh... Awas lu ya kalo lu mau ninggalin gue lagi! Udah gue dulu yang keluar, biar gue yang di depan!" jawab Clara dengan mimik wajah yang kesal dan jutek.
"Iya-iya! Udah buruan hawanya dingin disini!" ucapku dengan terburu.
Langsung aku dan Clara keluar tanpa menghiraukan apa yang terjadi. Saat aku ingin keluar, aku merasa ada seseorang di belakangku. Aku tak ingin melihatnya, langsung ku tinggal dan pergi dari sana. (Berdiri seorang wanita yang sama).
Cahaya mentari telah hilang dan cahaya bulan mulai menerangi lautan biru, dan memancarkan silau kaca pada lautan. Aku dan yang lainnya bersiap untuk beristirahat.
Semua sudah berkumpul di kamar dan sudah ada di posisi yang aku atur tadi, hanya Adella dan Kenzie masih belum kembali dari tadi. Kami masih bercengkrama membahas tentang pengalaman masing-masing. Beberapa menit kemudian, pak Darto datang dan mengetuk pintu dengan pelan.
"Gimana non? Ada yang di butuhkan?" tanya pak Darto dengan menundukkan badannya di hadapanku dan yang lain.
"Oh bentar pak. Hei! Ada yang di butuhkan atau ada yang mau di minta gak?" tanyaku.
"Enggak kayanya Put" jawab Adisa meyakinkan ku.
"Bener? Kalo gak ada biar gue bilang ke pak Darto" ucapku memastikan semuanya tidak ada yang butuh sesuatu.
Chelsea yang terdiam dan menaruh tangannya di dagu tiba-tiba menyela.
"Yaudah... E... Pak... sudah, sudah tidak ad-"
"Eh, Put! Gue minta air hangat sama selimut dong. Selimutnya kurang anget" sela Chelsea hingga memutus perkataan ku.
"Oh... Oke. Itu pak, air hangat sama selimut tambahan pak. Sudah itu saja" ucapku.
"Baik non. Saya ambilkan" jawab Pak Darto sambil membungkukkan badannya lagi.
Aku masih memikirkan kemana Adella dan Kenzie sekarang. Karena sudah malam seperti ini kok mereka belum juga kembali ke kamar ini. Belum Pak Darto meninggalkan kamar, ia hampir menabrak Adella dan Kenzie yang tiba-tiba muncul tepat di belakangnya.
"Eh, non Adella." ujar Pak Darto.
"Eh, Pak Darto. Enggak, ini saya mau masuk" kata Adella dengan lembut.
Mendengar suara Adella yang lembut dan halus membuatku langsung menoleh terkejut ke arah pintu.
"Dell! Lu darimana aja sih?! Kita semua pada nungguin Lo!" tanyaku yang merasa khawatir dengan Adella.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth of Villa
Horror"Hah... Bete gue. Males banget, liburan garing kaya kerupuk. Hm... Oh! apa gue..." Keluhku di liburan kali ini, benar-benar membosankan. Namun rasa bosan itu terselamatkan dengan adanya villa eyang ku. Hari pertama liburan sangat menyenangkan, suasa...