Es Krim

2K 232 26
                                    

"Kamu ngambek mulu." Shani mencubit pelan pipi Viny dari samping sementara Viny tetap diam. "Maafin aku."

"Maaf buat apa?" tanya Viny masih memusatkan pandangan pada ponselnya. Sekedar untuk membaca berita akun sosial medianya meski sebenarnya ia hanya melihat sekilas. Konsentrasinya buyar semenjak kejadian kemarin sore di rumah Shani.

"Maaf udah bikin kamu pusing."

"Gapapa."

Shani mendengus mendengar jawaban Viny yang malas-malasan seperti itu. Ia memahami Viny masih kesal kepadanya karena kejadian kemarin. Namun mau bagaimana lagi? Shani sendiri tidak mengerti kenapa itu bisa terjadi. Ia hanya merasa mual dan takut didalam kandungannya ada janin.

"Aku mau beli es krim," ucap Shani melipat kedua tangannya didepan dada, "sekarang."

"Beli di depan."

"Uangnya?"

"Emang gaji kamu abis?"

"Ya udahlah kalo gak mau bayarin."

Dengan cepat Viny menahan tangan Shani yang hendak melangkah. Ia meraih tas kecilnya 

mengeluarkan uang seratus ribu dan diletakan di telepak tangan Shani. "Jangan lama."

Shani berdehem pelan kemudian berjalan keluar untuk membeli es krim.

Viny hanya menatap punggung Shani yang semakin menghilang lalu menunduk, memainkan kembali ponselnya

"Lo kenapa deh dari awal latihan tadi gue perhatiin diem mulu?" tanya Lidya duduk disamping Viny.

"Shani,"

"Dia kenapa?"

"Dia bikin gue pusing mulu." Viny menyimpan ponselnya lalu menatap Lidya, "bingung gue."

"Masa sih? Dia kan keliatannya kaya masih polos gitu." Mata Lidya memicing menatap Viny tidak percaya.

"Ya karna kepolosannya itu yang bikin gue stres!" Viny membuang pandangannya kearah lain. Nafasnya berembus lemah, tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk menghilangkan kekesalannya pada Shani.

BUUUK

"Yaaaaah, kok kamu diem disini ? Es krim aku jatoh kan."

Viny mengangkat kepala, pandangannya langsung tertuju pada Shani yang sibuk membersihkan bajunya karena ke tumpahan es krim. Dihadapannya ada Kyla.

"Kan kak Shani duluan yang nabrak aku. Aku dari tadi diem disini, kak Shani tiba-tiba lari."

"Tuh kan, ada aja kelakuannya," gerutu Viny menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dan 

segera bangkit menghampiri Shani.

"Ada apa?" Viny berhenti disamping Shani yang tengah berjongkok membereskan es krim miliknya.

"Es krim aku jatoh," jawab Shani merengut kesal.

"Kyla duduk di kursi aja ya? Kak Shani gak marah sama kamu kok," ujar Viny yang menangkap kekhawatiran dari garis wajah Kyla. Kyla hanya mengangguk dan segera berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Viny berjongkok dihadapan Shani. "Udah jangan diambil, udah kotor. Nanti aku beli lagi kalo kamu masih mau."

"Ini es krim buat kamu," jawab Shani pelan memandangi es krim di lantai yang sudah tidak layak di makan lagi. "Aku takut es krimnya keburu cair jadi lari. Maafin aku."

Viny meraih sapu tangan di saku celananya kemudian menggenggam tangan Shani dan mulai membersihkan es krim yang telepak tangannya.

"Maafin aku." Shani menggigit bibir bawahnya cemas menunggu jawaban Viny.

Sedangkan Viny sendiri masih membersihkan telepak tangan Shani tanpa berniat menjawab apapun. Ia tidak ingin kekesalannya yang sudah ia simpan rapat-rapat, bisa lolos hanya karena es krim. Setelah selesai, Viny langsung berdiri lalu melangkah meninggalkan Shani sendiri.

Tubuh Shani terduduk di lantai, ia masih diam meratapi es krimnya yang baru saja jatuh. Padahal sebelumnya ia berniat memberikan es krim itu pada Viny agar Viny tidak marah lagi. Namun yang terjadi sekarang, Viny malah semakin marah.

***

Viny yang tertidur dikursi jadi membuka matanya saat merasakan belaian lembut di wajahnya. Pandangannya langsung tertuju pada Shani yang entah sejak kapan sudah duduk di lantai menatap kearahnya.

Shani menunduk sedikit takut, "Maafin aku. Jangan marah lagi. Kalo kamu marah, aku bahagianya sama siapa?"

Viny memperhatikan setiap lekuk wajah Shani. Ia bisa melihat penyesalan dari raut wajah Shani meski tatapan Shani tertuju ke bawah. Viny tersenyum lembut, kekesalannya tiba-tiba menghilang saat melihat wajah lugu Shani yang seperti ini.

"Aku beli es krim buat kamu." Shani mengambil es krim yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya pada Viny. Ia mengangkat wajahnya menatap Viny yang masih tersenyum. "Ini," lanjutnya seraya menyodorkan satu es krim rasa coklat pada Viny, "jangan marah lagi, ya?"

"Sini, aku mau bisikin sesuatu," ucap Viny masih tidak bangkit dari posisinya.

Sebelah alis Shani terangkat bingung, ia mendekatkan wajah sampingnya tepat didepan wajah Viny. 

Sesaat Viny terdiam memperhatikan wajah samping Shani dari jarak sedekat ini. Ia kembali tersenyum lalu mencium pipi Shani. Secara otomatis kedua sudut bibir Shani tertarik keatas membentuk sebuah senyuman yang manis.


***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Flash Fiction (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang