21. Who Are You?

4.7K 187 1
                                    

Typo bertebaran, happy reading.

***

Sia mengurung diri di dalam kamar dengan nafas memburu. Ia benar-benar kecewa saat ini. Melihat Lenuel bersama wanita menjijikan yang dikenalinya sebagai rival saat sekolah dulu membuat ia semakin merasa kecewa terhadap tunanganya itu.

Setelah melihat adegan 16++ tadi membuat Sia berasa mual walaupun hal itu bukanlah adegan panas yang berating 17,18, atau 21++ tetapi rasanya begitu menyakitkan jika Lenuel yang menjadi bintangnya.

"Arghhhh!" Sia menjambak rambutnya dan meraung kesal, bahkan tak segan memukuli seluruh tubuhnya layaknya Asmara saat ia sedang dalam pengaruh Flakka.

Tetapi setelahnya amarah Sia mereda dan ia pun mulai bisa merilekskan diri setelah meminum obat anti depresinya. Tetapi setelah tenang seperti itu, Sia termenung dengan raut sedih dan nyawanya pun sedikit melayang bak seorang pecandu narkoba.

Tak lama setelah itu, Sia terlelap dalam balutan seprainya dan bernaung dalam mimpi yang walaupun indah, itu semua tidak akan tercapai sama sekali.

***

Lenuel membukan pintu apartemenya dan mulai melirik sekitar. Biasanya ketika ia pulang seperti ini Sia selalu ada menyapanya. Bahkan ketika ia pulang larut pun tunanganya yang satu itu tetap menungguinya walaupun dengan wajah terkantuk-kantuk.

Tetapi hari ini berbeda. Walaupun harum tubuh Sia bisa ia rasakan, tetapi hanya bau itu saja sedangkan jasad sang empunya tidak ada dimana-mana.

Lenuel bisa memastikan bahwa sebelum ia pulang, entah jam berapa, Sia mendatangi kediamanya dan menyimpan sedikit keharumanya disetiap ruangan.

"Ya sebentar." Teriak Lenuel ketika pintu apartemanya diketuk.

Dan disanalah ia melihat seorang wanita yang entah bagaimana sedikit mengelus dinding dekat pintu hatinya. Lenuel tersenyum lalu mengajak sang wanita masuk.

"Mau minum?" tanya Lenuel ramah. Sedangkan sang wanita tersenyum menggoda dan sedikit terkekeh memuakan.

"Air putih saja."

Setelah memberikan satu gelas berisi air mineral dengan sebuah kue kering disampingnya, Lenuel mendudukan diri di dekat sang wanita.

"Bukanya tadi kita udah ketemu Nia? Mau ada apa lagi?" Lenuel memamerkan senyumnya yang mengembang. Sebenarnya ada secercah perasaan suka yang dimilikinya untuk Nia.

Entah bagaimana jadinya bisa seperti itu. Lenuel tahu bahwa ia tidak boleh bertindak menghianati Sia seperti ini, tetapi perasaan seseorang tidak bisa ditentukan oleh sendiri bukan? walaupun awalnya Lenuel merasa risih, tetapi dengan keluguan Nia dan keceriaanya membuat Lenuel sedikit berubah haluan.

Sebelumnya Lenuel sempat meringis ketika menyadari bahwa ada seseorang yang mengetuk dinding dekat pintunya selain Sia walaupun belum sampai pada tahap mengetuk pintu, tetapi Nia sudah hampir mengalihkan pandanganya dan hampir menutup mata dengan keberadaan Sia.

Ia tau ia sangat berengsek memainkan hati keduanya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang, ia hanya bisa menentukan semuanya pada hatinya yang akan berlabuh kemana nantinya.

"Tidak, aku hanya ingin mengunjungimu saja. Sebenernya aku pingin nagih janji pas di bioskop tadi. Aku kan sudah bilang kalo aku gasuka sama film horror, eh kamu malah ngasih film yang ga aku suka. Jadi aku pingin ngajak kamu nonton lagi besok gimana?"

"Besok aku gabisa. Ada flight."

Nia mendesah kesal lalu mulai beranjak dari tempat duduknya untuk kembali pulang, tetapi sebelum itu ia mengecup sekilas pipi Lenuel.

Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang